Share

PEMILIK UANG TRILIUNAN

Sungguh angkuh Kevin petantang petenteng di depan Joe. Sikapnya sudah seperti pemilik Bank X saja. 

"Apa kau ingin mengantar makanan ke sini?" Kevin mengada ngada dengan menganggap Joe sebagai kurir makanan online. Sambil itu, dia celingak celinguk seperti mencari sesuatu. "Dimana sepeda motormu yang butut itu? Kenapa aku tidak melihatnya?" 

Kevin sengaja membuat Joe malu dengan mengungkit barang rongsok yang sering Joe pakai mengantar jemput Jilly dulu. Tentu saja Joe memilih motor Honda tahun 93 untuk transportasinya sehari hari. Kalau dia mengendarai Porsche GT 2021 tentu keluarga Jilly akan mengira Joe sudah mencuri mobil orang lain. Mana mungkin bekerja sebagai sekurity mampu membeli mobil seharga belasan milliar seperti itu. Padahal mobil jenis itu seperti barang receh bagi Joe. 

Sungguh malas Joe menghadapi Kevin yang tidak penting. Dia tidak tertarik meladeni karyawan rendahan ini. 

"Beri tahu Jack Palm kalau Joe Hans mencarinya," ujar Joe dengan lantang. 

Tentu saja membuat semua orang tergelak. "What? Hei! Apa kau sadar siapa yang sudah kau sebut itu?" Kata Kevin, dia meninggikan suaranya. Hingga beberapa orang yang berpapasan sampai menahan langkah saking penasaran dengan apa yang terjadi. 

"Siapa laki laki ini? Apa dia pengemis?" Tanya seorang pengunjung wanita. Bersamaan dengan itu, dia mengambil beberapa uang receh lalu memberikannya pada Joe. "Ambilah dan kau bisa pergi dari sini," katanya. 

Yang baru saja memberikan uang adalah Nyonya Kim. Dia customer prioritas di Bank X. Hampir semua pegawai bank hormat padanya lantaran kekayaan Nyonya Kim yang tersohor. 

"Nyonya Kim. Selamat datang," sapa dua petugas sekurity dan juga Kevin. Tentu saja mereka lagi berbasa basi demi mengemis hormat dari janda kaya ini. 

"Tidak usah dipedulikan, Nyonya. Dia hanya pengemis gelandangan," ujar petugas. 

"Ambilah! Kau membutuhkan uang itu untuk makan seminggu kedepan, bukan," titah Kevin dengan gaya angkuhnya. 

"Ayo ambilah!" Timpal petugas yang satunya.  

Joe membuang napas kasar, sambil meremang rahang. Kalau saja ini bukan di tempat umum, sudah pasti Kevin akan kehilangan hidungnya yang mancung. Sayangnya, Joe akan dihukum berat kalau sampai membuat keributan di tempat terbuka seperti ini. Tapi Joe punya cara lain untuk membalas Kevin. 

Liat aja nanti! Setelah aku bertemu Jack Palm, kau akan tau siapa aku! Gumam Joe dalam hati. Dia sudah sangat geram melihat Kevin yang kebanyakan gaya. Padahal dia hanya berlindung di bawah ketiak ayahnya. Apa dia tidak malu, sudah sebesar ini masih disuapi orang tuanya ck ck. Joe masih ingat betul bagaimana Kevin merengek kayak anak kecil memohon pada ayahnya untuk berbicara pada Jack Palm agar bisa diterima di Bank X. Saat itu, Joe geleng geleng kepala sambil tertawa dalam hati melihat rengekan Kevin. Kebetulan saat itu, Joe lagi bersama Jilly menghadiri undangan pernikahan sepupu Jilly. Tapi tetap saja, mereka semua tidak ada yang menghargai Joe. 

Merasa diabaikan, wanita paruh baya itu meletakan uangnya di lantai persis di depan Joe berdiri. Sepertinya dia nampak tulus memberi, tidak bermaksud menghina. Hanya saja dia tidak mengerti kalau Joe memang bukan pengemis. 

Tidak tanggung tanggung, nyonya Kim meletakan 200 US, sehingga membuat bola mata kedua sekurity itu ijo. 

Setelah itu Nyonya Kim pun beranjak. 

"Silakan masuk Nyonya, mari saya antar," kata laki laki yang bertugas menyambut nasabah. 

"Terima kasih. Saya ingin bertemu tuan Jack. Apa dia ada?" 

"Tentu ada, Nyonya. Tuan Jack sudah menunggu anda sejak tadi." 

Joe semakin panas melihatnya. Kenapa wanita itu mudah sekali bertemu dengan Jack Palm? Apa karena dia orang kaya? Kurang ajar sekali mereka semua! 

Begitu Nyonya Kim berlalu, Kevin lah yang justru memungut dua ratus dollar itu lalu dimasukannya ke dalam saku. Sungguh Kevin sangat tidak tahu malu melakukan itu. 

Lalu, siapakah pengemis sebenarnya? 

Dan kemudian, Kevin mengeluarkan recehan senilai pecahan sepuluh dollar dua sen dari saku celananya untuk menggantikan uang Nyonya Kim yang sudah dia ambil. 

"Kau lebih layak menerima itu!" Ujarnya. "Itu sudah cukup untukmu, bukan." 

Kejadian ini sempat membuat dua sekurity keki. Mereka pun berbinar melihat 200 US yang diambil Kevin. Mereka juga menginginkannya. Sampai harus menelan ludah untuk mengikhlaskan uang itu masuk ke saku celana bosnya.  

"Kau tadi ingin bertemu siapa?" Tanya Kevin. 

"Jack Palm," sahut Joe sekenanya. 

"Ada urusan apa kau mau bertemu tuan Jack?" Kali ini Kevin sengaja meladeni Joe. Dia punya rencana tersendiri. 

"Aku ingin mengambil Black Diamond di bunker." 

Melotot lah kedua mata Kevin juga sekurity yang bersamanya. Lalu mereka tergelak bersama. Disangkanya Joe sudah membual. 

"Hei apa kau tau apa itu Black Diamond?" 

"Aku rasa kau lebih paham," sahut Joe santai. 

"Tentu aku tau. Karena Black Diamond itu kartu khusus yang limitnya unlimited. Justru aku heran bagaimana bisa kau menyebutnya? Apa kau tidak gemetar, hah?" Kevin kembali terkekeh. Menertawai Joe sampai terpingkal pingkal. Dikiranya Joe sedang melawak karena menyebutkan satu satunya kartu khusus dan juga tidak banyak dimiliki orang. 

"Sepertinya dia sedang bermimpi, tuan," kata security, ikut mengejek Joe. 

"Tidak. Tapi dia sedang menghayal. Berangan angan menjadi orang kaya yang memiliki kartu Black Diamond." 

Kemudian, keduanya pun terpingkal pingkal bagai menonton komedi receh di televisi. 

"Oh i see. Baiklah. Kau ingin mengambil Black Diamond milikmu? Ayo ikutlah denganku." 

Tentu saja Kevin tidak benar benar membantu Joe. Dia sengaja mengajak Joe ke dalam dan ingin mempermalukan Joe di depan khalayak. Kevin yakin kalau Joe hanya berangan angan saja. Mungkin dia sudah stress karena ditinggal Jilly. 

Kevin sudah mendengar berita itu. Salika yang mengatakannya kalau Jilly akan berpisah dengan Joe dan memilih Vino. 

Semua keluarga pun mendukung keputusan Jilly yang dianggap waras. 

Kevin merangkul Joe layaknya sahabat. Tapi rona wajahnya begitu jahat. 

Begitu sampai di depan kasir khusus untuk pendataan diri, Kevin berkata dengan suara keras, "laki laki ini akan mengambil Black Diamond di bunker. Mari kita beri tepuk tangan yang meriah." 

Kevin sendiri yang pertama kali melakukan itu. Akibatnya, semua pengunjung mendadak heran. 

"Benarkah? Dia seorang pemilik Black Diamond?" 

"Tapi kenapa penampilannya seperti itu? Sungguh tidak meyakinkan?" 

"Oh maay good! Benarkah! Berarti dia orang paling kaya di negeri ini?" 

Sejatinya, semua pengunjung di Bank X tidak ada yang memiliki Black Diamond. Minimal mereka nasabah prioritas dan sebagiannya hanya sampai di Silver. Tentu saja, mereka akan berbinar dan penasaran dengan orang yang menjadi nasabah Black Diamond. Karena selama ini, mereka hanya mendengar tanpa tau siapa siapa saja orang yang memiliki kartu ajaib itu. 

Rupanya di dalam sini ada Meli dan suaminya, Higuain yang sedang mengurus transaksi. Mereka sepupu Jilly yang juga begitu benci dengan Joe. Sungguh, ini kesempatan bagus untuk mereka ikut membully Joe. 

"Hei Joe! Sedang apa kau di sini?" Sinis Meli. 

"Hei Meli, apa kau tidak dengar kalau dia ingin mengambil kartu Black Diamond?" Sahut Kevin. 

Sungguh, membuat telinga Meli dan Higuain gatal mendengarnya. Mereka pun terpingkal pingkal. 

"Sudah gila! Sepertinya otaknya sudah rusak karena ditinggal Jilly," hardik Higuain. 

"Hei Joe! Kenapa kau harus berpura pura menjadi orang kaya seperti ini?" Cibir Jilly. 

"Mungkin dia lagi mencari perhatian Jilly." 

"Kau pikir Jilly akan kembali padamu karena kelakuan konyolmu, hah?" 

Panas sudah telinga Joe mendengar ocehan orang orang sampah seperti itu. 

"Hei, kalian jangan begitu. Joe memang memiliki Black Diamond, bukan begitu Joe?" Ujar Joe. Dia sengaja membuat Joe terbang melayang karena ada orang yang mendukungnya. 

"Ah sudahlah! Buang buang waktu saja mengurusi orang gila sepertinya," balas Meli. 

Sebenarnya Meli dan Higuain masih belum puas membully Joe. Hanya saja karena mereka mempunyai urusan lain, mereka pun pergi meninggalkan bank X. 

"Tuan Kevin, apa anda yakin orang ini pemilik brankas Black Diamond?" Tanya Kelie, petugas yang mengurusi administrasi nasabah sebelum membuka brankas khusus, menatap remeh Joe. 

"Kenapa aku tidak yakin? Apa kau meragukannya?" Sahut Kevin. Tentu saja dia bukan benar benar membela Joe, namun sebaliknya. Kevin sudah siap dengan sejuta urat leher untuk menertawakan Joe di depan banyak orang begitu Joe membuka brankas namun failed. 

Nampak jutek sekaligus merendahkan sekali tatapan Kelie memandang Joe. 

"Tapi tuan bagaimana nanti kalau tuan Jack Palm ma-."  

"Sudah. Kau ikuti saja perintahku. Aku yang bertanggung jawab," sela Kevin penuh penekanan. Dia bertindak seolah olah seperti penanggung jawab tunggal di bank X. Padahal semua keputusan ada di tangan Jack Palm. Sayangnya Jack Palm sedang sibuk dengan nyonya Kim yang baru saja datang bertamu. 

Sungguh ceroboh Kevin. Tapi, dia berani berbuat suka suka seperti ini bukan tanpa alasan. Tentu saja Kevin mengandalkan papanya yang akan menjadi tameng jika terjadi apa apa nanti pada dirinya. Secara Jack Palm sangat begitu menghormati papa Kevin. 

Sementara Kelie sudah khawatir kalau dia sampai salah bertindak, resikonya terlalu besar. Sejatinya, semua pegawai di sini tau kalau brankas Black Diamond hanya satu. Tapi mereka tidak mengetahui siapa pemiliknya selain Jack Palm. 

"Sial! Kau menambah pekerjaanku saja!" Keluhnya. 

Pada akhirnya, Kelie pun harus mengikuti perintah Kevin sebagai atasannya dengan terpaksa. Tapi sungguh, ekpresi wajah Kelie sudah tidak enak dipandang. Padahal, seharusnya dia bersikap ramah kepada semua nasabah tanpa membedakan, bukan? 

Urusan administrasi pun selesai, Kelie memberikan berkas persetujuan pembukaan brankas pada Kevin dengan jantung berdebar. 

Ini bukan masalah ringan. Bagaimana kalau ternyata laki laki ini perampok? Pikiran Kelie sudah meracau kemana mana. 

"Ayo, kau ikut denganku," ajaknya. 

Kevin membawa Joe ke ruangan khusus penyimpanan brankas. Seharusnya ini bersifat pribadi. Namun lantaran tujuan Kevin hanya ingin mempermalukan Joe di depan banyak nasabah, dia sampai lupa aturan yang berlaku. Akibatnya, beberapa nasabah yang penasaran pun mengikutinya. 

Dan sekarang, di hadapan Joe sudah ada sebuah kotak dengan ukuran cukup besar yang bermaterial bahan khusus yang anti pecah, anti bakar dan anti peluru namun sangat tranparan. 

Joe harus mampu membuka itu terlebih dahulu sebelum sampai ke brankasnya. 

Serumit inikah hanya untuk mengambil sebuah kartu kecil saja? Gumam Joe dalam hati, menatap heran sejadi jadinya dengan manusia yang sangat diperbudak uang. 

Sementara yang lainnya pun ikut tegang menunggu aksi Joe. Begitupun dengan Kevin yang sudah bersilang tangan di atas dada sambil tersenyum senyum. Dia sudah siap tertawa sekencang kencangnya untuk menyaksikan kegagalan Joe.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status