Keoptimisan melahirkan kemampuan brilliant. Walaupun pasukannya kalah jumlah juga kalah dalam soal kualitas, namun Yu Shi berhasil membuat mereka mampu menekan Chang sedikit demi sedikit. Caranya adalah dengan memasang jebakan serta memaksa pasukan Chang melewati daerah-daerah berbahaya. Pasukan Liang akan membunyikan tambur dan genderang dan menyerbu Chang dengan ganas, tetapi saat melihat pasukan Chang mulai terpancing emosi, mereka akan segera mundur, membiarkan pasukan Chang yang tidak puas membiarkan musuhnya kabur begitu saja berlari masuk ke dalam jebakan yang mereka buat. Kalaupun tidak memancing mereka ke dalam jebakan, Yu Shi membuat mereka memasuki area seperti hutan rimba yang mudah membuat mereka tersasar sementara pasukan Liang yang telah bersembunyi di area yang tidak diketahui pasukan Chang mengamati musuhnya kebingungan dari jauh.
“Liang benar-benar dikarunia area pertempuran yang sempurna, ada banyak jalur rumit yang bisaDitemani Rong Xun dan para Tetua An Dao Dui, Yu Shi pergi menuju alamat yang ia dapatkan dari kitab kakeknya. Letaknya di Song, dan merupakan kediaman seorang tabib serta herbalist terkemuka bernama Liu Zhenghua. Dan setelah mereka sampai di sana, mereka justru memandangi dengan bingung kediaman yang lebih pantas disebut puing-puing reruntuhan itu. Kediaman itu memang besar dan megah, tapi terlalu rusak hingga mengesankan bisa ambruk kapan saja. “Katamu, ini kediaman tabib terkenal pada masa pemerintahan kakekmu?” tanya Rong Xun, arah pandangannya berpindah dari satu retakan tembok ke retakan tembok yang lain. Yu Shi mengeluarkan buku kakeknya dari sakunya, membalik ke halaman yang ia cari. “Memang benar di sini. Tabib kenamaan dari Song, Liu Zheng Hua,” berulang kali ia memandangi tulisan yang tertera. “Apa mungkin ia sudah pindah tempat, karena dalam kurun waktu begitu lama apapun juga bisa
Liu Na Xuan - cucu tunggal tabib terkemuka Liu Zheng Hua - benar-benar seorang wanita dengan bakat herbologi yang luar biasa. Hanya diperlukan waktu sebentar baginya untuk menciptakan racun wabah yang amat mematikan. Yu Shi sampai menahan nafas karena begitu terpukau akan kepandaian Na Xuan. Sekaligus merinding. Begitu mudahnya ia menciptakan wabah yang dapat merenggut ratusan, bahkan ribuan nyawa orang dalam sekejap. Bagaikan dewa pencabut nyawa. Benar-benar mengerikan... Untung saja ia berada di pihak kita. “Wabah ini bernama Tidur Pulas Bagaikan Mati.” Na Xuan mulai menjelaskan, sembari menunjukkan pada mereka semua seekor serangga besar yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. “Nyamuk inilah yang menjadi penyebarnya...” “Itu nyamuk?” Rong Xun tidak dapat menyembunyikan kebingungannya. Na Xuan mengangguk. “Nyamuk ini sangat langka, untunglah. Dan lebih untung lagi bagi kita orang-orang Daratan Tengah, nyamu
Wajah kaisar Chang berubah cerah. Ia mulai tertawa terbahak-bahak. “Bagus sekali Lu Hai benar-benar bagus hasil kerjamu!” Ia menarik mereka berdua mendekat ke arahnya tepat saat Yu Shi dan seluruh pasukannya datang menyerbu istana, dan kini tengah berdiri di hadapan mereka. “Yu Shi!!!” Melihat kedatangan puteranya, Madame Zhao berseru terharu bercampur bahagia. Naluri keibuannya dapat segera mengenali puteranya walaupun waktu telah memisahkan mereka selama tiga belas tahun lebih lamanya. Begitu terharunya, Madame Zhao pun meneteskan air mata. Nyaris saja ia berlari menghambur ke arah puteranya, namun kaisar Chang bergerak lebih cepat. Kaisar tua itu menarik Madame Zhao ke arahnya, lantas menyorongkan pedangnya ke leher wanita malang itu sembari berteriak, “Buang senjatamu dan menyerahlah, kalau tidak, kubunuh wanita ini!” “Ibunda!!!” Yu Shi menjerit frustrasi. Langkahnya terhenti. Ia hanya dapat mema
Yu Shi mengamati Lu Hai, dengan putera-puterinya yang masih kecil meringkuk ketakutan dalam pelukan sang ayah yang sibuk menghibur mereka. Kilasan-kilasan memori berputaran di benaknya, semua kilasan yang memperlihatkan penghinaan dan kekejaman yang dilakukan kaisar Chang dan Lu Hai kepada ia dan keluarganya juga termasuk terhadap Feng Lan. Pandangannya berganti ke arah ibundanya yang tewas berlumuran darah. Ia menggenggam pedang kebesarannya erat-erat, tangannya bergetar hebat akan perasaan amarah yang tengah menguasainya. Saat ini, ia sangat menyetujui kata-kata Tuan Li yang membenarkan tindakan kakeknya bertindak kejam terhadap musuhnya. Ia pun juga akan bertindak sama. Lu Hai dan seluruh keluarganya orang-orang yang telah banyak membuat ia dan keluarganya menderita ini tidak akan ia ampuni, tidak peduli putera-puteri Lu Hai masih sangat kecil dan bahkan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan segala sepak terjang ayahnya.
Tetapi seperti yang telah mereka duga, pihak istana sama sekali tidak merestui pernikahan mereka. Salah seorang bibi kerabat Feng Lan menukas, “Kau bukan hanya melangkahi kakakmu sendiri, tapi juga memilih seorang Darah Sesat sebagai suamimu. Demi Tuhan, masih banyak pria lain yang jauh lebih baik daripada dia!” Menyusul komentar-komentar lain yang sejenis dan tak kalah panas, yang memaksa Feng Lan berseru keras, “Pokoknya inilah keputusanku! Tak seorangpun bisa mengubahnya!” Semua orang sampai terdiam karena seruannya yang begitu keras membahana. Saat itulah, Tuan Li ikut angkat bicara, “Daripada meributkan masalah pernikahan, lebih baik sekarang kita membahas masalah lain yang lebih penting. Yakni mengenai takhta kekaisaran yang masih kosong.” Kata-katanya segera mendapatkan perhatian penuh. Feng Lan dan Yu Shi yang mengetahui maksud Tuan Li yang sebenarnya membiarkannya melanjutkan, “Kekaisa
Seruan-seruan itu membuat orang-orang di sekeliling menoleh, dan sebentar kemudian mereka semua segera mengelilingi Yu Shi yang sibuk menyapa mereka satu per satu dengan wajah penuh sukacita. “Yu Shi... kau mengenal mereka?...” Feng Lan bertanya lambat-lambat. Sambil tersenyum gembira Yu Shi menjawab, “Mereka adalah para penduduk Desa Kenangan!” “Penduduk desa yang kauceritakan tempo lalu itu?” Feng Lan langsung tertarik. “Tetapi mengapa sekarang malah berkumpul di sini?” Mendadak Rong Xun menyeruak muncul. “Aku memberitahukan mereka mengenai segala hal yang tengah kalian hadapi. Mereka tidak terima kau tidak diizinkan mengikuti tes penyeleksian, dan mereka berkeinginan untuk menyampaikan aspirasi mereka pada para pejabat istana.” “Dan kalau itu masih belum cukup, kami akan menggalang dukungan dari masyarakat lainnya. Kami yakin rakyat
Keesokan paginya, Yu Shi, Feng Lan, Yong Quan, Ying Lan, Zhen Xi dan Xiu Lan berkumpul di Aula Istana. Mereka berdiri berdampingan, dengan tegang memandangi sekelilingnya. Di kiri kanan mereka telah berderet para kerabat istana dan pejabat teras. Yu Shi mengamati Zhen Xi. Ini adalah untuk pertama kalinya ia bertatap muka dengan remaja berusia awal belasan itu. Zhen Xi seorang remaja bertubuh tinggi kurus, berkulit putih susu serta berwajah pucat - rupa yang umum dimiliki cendekiawan yang menghabiskan waktunya di dalam rumah dan jarang terkena panas matahari. Pemuda ini kelihatannya pintar, dan juga licin, nilai Yu Shi dalam hati. Namun tetap masih Yong Quan yang harus aku jadikan pusat perhatian. Zhen Xi sendiri kadang-kadang mencuri pandang mengamati Yu Shi, namun selalu buru-buru memalingkan wajah saat Yu Shi balik menatapnya. Yu Shi melengos melihat remaja belia yang tampak benci tetapi takut kepadanya itu, lantas ganti melihat ke ara
“Putri Feng Lan!” Yu Shi bergegas bangkit, berlari secepat kilat menuju asal muasal suara tersebut. Betapa terkejutnya ia saat dilihatnya gerombolan berpakaian serta bercadar hitam tengah menculik Feng Lan. Mereka berjumlah sekitar sepuluh orang, Feng Lan jelas tak mampu melepaskan diri dari cengkeraman mereka. “Siapa kalian?! Beraninya kalian menyerang putri!” Yu Shi telah siap dengan pedang teracung menantang lawan. Namun alih-alih membalas tantangannya, gerombolan bercadar itu malah berderap menjauh. Langkah mereka cepat sekali. Hanya dalam beberapa detik mereka telah menghilang dari pandangan. Membiarkan Yu Shi hanya dapat berteriak putus asa, “Putri Feng Lan!” “Ada apa, Yu Shi?! Apa telah terjadi sesuatu?!?” Rong Xun yang telah mendengar jeritan Yu Shi dengan tergopoh-gopoh menghampirinya. Yu Shi menggigit bibir jengkel. “Ada yang menculik Put