Hari ini Reyna sangat sibuk di butik untuk persiapan event bersama perusahaan David. Dua hari kemarin bahkan Reyna, dibantu Ika dan beberapa karyawannya harus lembur.
Baru hari ini Reyna sedikit lega karena dia sudah selesai bekerja saat hari masih sore, ini berkat Ika asisten Reyna bersama tim yang membantu tugasnya, sehingga Reyna tidak harus lembur lagi.
"Aku pulang ya, Ka. Besok aku akan datang pagi-pagi sekali."
"Baik Mbak Reyna, hati-hati di jalan," ucap Ika sambil melambaikan tangannya saat Reyna telah masuk ke dalam mobil.
Reyna kemudian masuk ke dalam rumah yang terlihat sepi, padahal Reyna yakin Aldi pasti telah pulang dari kantor ketika dia melihat mobil Aldi telah parkir di garasi.
"Apakah mas Aldi dan Nadia ada di halaman belakang? Biasanya mereka bermain bersama Azlea saat pulang dari kantor, apalagi ini hari pertama Nadia kem
Author gak tau mau ngomong apa? Kalian gimana? Love you all
"Bangsat kau! Apa yang kalian lakukan!" bentak Aldi. "Kami tidak melakukan apapun," jawab Abi santai. "Kau pikir aku percaya dengan melihat kalian seperti in,i brengsek!" Kembali Aldi menyerang Abi membabi buta. Hatinya panas melihat istrinya berada dalam satu kamar bersama laki-laki lain, bahkan dengan kondisi hanya menggunakan kimono mandi, membuat Aldi gelap mata. "Dasar bajingan, bangsat! Kau apakan istriku, hah! Apa yang kalian lakukan di belakangku, apakah kalian selalu melakukan ini tanpa aku ketahui?" Aldi menarik kerah baju Abi dan kembali akan memukulnya, namun dengan sigap Abi menghindar seraya mencekal tangan Aldi. "Kau kenapa sih menuduh tanpa bukti? Kau pikir istrimu wanita murahan yang bisa gampang menyerahkan dirinya pada laki-laki lain? Kau sudah berapa lama hidup bersama Reyna? Bisa-bisanya kau tidak mengenal is
Reynaaaa!" tangis Aldi memeluk Reyna. Dipeluknya tubuh Reyna yang sudah tidak sadarkan diri. Aldi menggendong Reyna dan membaringkan Reyna di tempat tiidur. Aldi kemudian mengambil pakaian untuk Reyna lalu mengenakannya. Tubuh Aldi bergetar hebat ketika menatap luka lebam yang membiru serta tangan Reyna yang memerah dan melepuh. Tubuh Aldi kembali berguncang, laki-laki itu menangis melihat perbuatannya sendiri. Dia merasakan kesakitan menyadari betapa kejamnya dia pada Reyna. "Oh Tuhan, aku benar-benar laki-laki biadab yang tidak pantas untuk dimaafkan. Aldi menangis memeluk Reyna dengan segala penyesalan. Aldi kembali menghubungi Mario, dia takut Reyna mengalami hal yang serius. "Rio, segeralah kesini!" "Apalqgi yang kau lakukan padanya, Aldi?" tanya dokter Mario.
Nadia terdiam dengan wajah mendongkol. Dibenak iwanita itu dia harus segera menyingkirkan Reyna dari hidup Aldi. Rencananya harus berhasil. "Kau menjadi penghalang kebahagiaanku dengan Azlea. Padahal mas Aldi ketika bersama kami, dia selalu menjadi suami dan papa yang sangat menyayangi kami, tidak sedikitpun dia mengingat dirimu," ucap Nadia berdusta. Nadia lalu mengeluarkan sesuatu dari tas yang dia bawa "Apalagi yang kau inginkan dariku. Tujuanmu sudah berhasil bukan?" tanya Reyna. "Belum, ada satu lagi, Reyna. Semoga kali ini juga membuatmu ikhlas mengikuti keinginanku," ucap Nadia tersenyum penuh arti. Reyna mengernyitkan dahinya memperhatikan Nadia yang masih sibuk dengan dokumen yang dia bawa, dia kemudian berbicara sebentar pada notaris yang datang bersamanya. "Aku minta sekali lagi kau tanda tangani surat kuasa balik nama serti
"Kau pasti bisa, Reyna." jawab laki-laki itu sambil mengelus punggung tangan Reyna berusaha menenangkannya. Reyna tersenyum getir sembari memperhatikan wajah tampan di sampingnya. Sekitar beberapa menit kemudian, mereka tiba di sebuah pulau. Terlihat sebuah villa berada di tengah-tengah pantai tersebut. Hanya ada 3 villa di sana. Namun villa itu yang paling besar. Sepertinya 2 villa yang lain hanya sebagai tempat peristirahatan para penjaga keamanan atau tamu jika ada. Sosok laki-laki tampan yang sejak tadi menemani Reyna kembali menggendongnya masuk ke villa mewah di pinggir pantai. Terlihat beberapa pengawal menjaga di depan villa tersebut. Laki-laki itu membawa Reyna ke kamar utama, perlengkapan medis telah lengkap. Bahkan ada dokter yang ternyata sudah menunggu. Reyna kembali di infus dan diberi suntik antibiotik untuk mencegah inf
"Reyna, apa kau sengaja ingin melawanku?" tanya Aldi dalam hati dengan tangan terkepal dan wajah menegang. "Cepat kalian cari kemana istriku! Cek semua cctv yang ada di rumah sakit ini dan jalan raya yang ada di sekitar sini! Cepat! Dan cari juga laki-laki ini! Selidiki apa istriku bersamanya atau tidak!" perintah Aldi pada pengawal pribadinya seraya menyerahkan selembar foto laki-laki. Aldi melajukan mobilnya ke butik milik Reyna, namun lagi-lagi dia tidak menemukan Reyna di sana. Aldi marah, berulang kali dia memukul kemudi yang dia jalankan seraya mengeraskan rahangnya geram. "Kemana kau, Reyna? Apa ini sengaja kau lakukan untuk membuatku marah? Kau pergi bersama laki-laki itu? Awas saja jika aku menemukanmu bersama laki-laki itu! Kali ini aku akan mrmbunuhnya!" geram Aldi. Aldi kembali ke kantor, dan kembali melampiaskan kekesalannya di sana. "Reynaaaaaaaaa!"
"Kakek!" protes Reyna kesal digoda kakeknya. Bima terkekeh melihat cucunya protes. Belum lagi melihat Farel yang wajahnya sudah seperti kepiting rebus saja, dan itu menjadi hiburan buat Bimantara. "Kenapa Reyna dijodohkan sama kakak sendiri sih, Kek? ada-ada saja Kakek," ucap Reyna lagi. "Farel hanya kakak angkatmu, tentu saja bisa, kata siapa tidak bisa," jawab Bima tersenyum. "Kek, lebih baik istirahat dulu, aku tahu kakek capek," potomg Farel mengalihkan percakapan. *Baiklah, Kakek akan beristirahat beberapa saat, setelah itu kakek siap-siap kembali," jawab Bima. "Kakek, bermalam semalam dulu bersamaku, aku masih rindu," bujuk Reyna dengan wajah permohonan. "Perusahaan tidak bisa ditinggal lama-lama, cu. Kakek harus kembali, apalagi Farel di sini, jadi di sana tidak ada yang mengawasi. Belum lagi banyak projek baru masuk
Sekitar satu jam kemudian Farel yang sibuk dengan laptopnya terkejut ketika dia merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Farel mendongak ke arah pintu. "Reyna! Kenapa hanya berdiri di sana? Ada apa?" tanya Farel menatap Reyna yang wajahnya terlihat pucat pasi. ""A ... a-da kecoa di kamar mandi Kak," ucap Reyna yang tidak sadar dia hanya menutup tubuhnya dengan kimono mandi. Wajah Reyna pucat pasi membuat Farel beranjak dan menarik tangan Reyna kembali ke kamar mandi yang ada di kamarnya. Farel membuka kamar mandi dan mengamati setiap sudut ruangan namun tidak menemukan apa-apa di sana. "Tidak ada, Reyna. Di sini tidak ada kecoa satu pun." "Ada kak, aku tadi sungguh-sungguh melihat binatang itu jalan di lantai ini," tunjuk Reyna pada lantai kamar mandi dengan wajah sungguh-sungguh. Dan baru saja Reyna aka
Farel tidak menanggapi ucapan Reyna, dia hanya tersenyum kecil menatap wajah Reyna yang memerah akibat malu membuat Farel bertambah gemas saja pada Reyna. Di tempat lain, tepatnya di ruang kerja milik Aldi, terlihat kembali wajah tegang dan marah saat dia membaca surat yang di kirim dari pengacara Reyna. Surat gugatan cerai dari Reyna yang telah di tandatangani oleh istri pertamanya itu. Aldi mengepalkan tangan seraya menatap marah pada selembar kertas yang ada di hadapannya. "Oh, ini yang kau mau Reyna? Selama ini aku sungguh-sungguh salah menilaimu! Kau ternyata tidak lebih hanya wanita murah yang tidak pantas aku cintai, Nadia benar, kau wanita yang tidak pantas untuk dicintai. Kau penghianat!" ucap Aldi geram. "Simpan surat ini dan panggil pengacara Reyna yang menangani kasus ini. Aku ingin bertemu dengannya terlebih dahulu," pinta Aldi pada Nadia. "Baik, Pa," ucap