Share

5. PERNIKAHAN KEDUA

Prang!

Bersamaan itu lantai kamar telah penuh dengan semua alat rias Reyna. Barang-barang yang ada di atas nakas telah berpindah tempat dan hancur tak berbentuk.

"Brengsek!'

Reyna terkejut, wanita itu menatap Aldi dengan gamang. Sedih dan kecewa terhadap reaksi tadi. Tidak terbersit di benak akan dibentak dengan kasar.

Selama tiga tahun pernikahan, baru kali ini Mas Aldi berkata kasar padaku, batin Reyna dalam benak. Benar-benar menyakitkan, lanjut Reyna dalam hati. 

Tanpa sadar air mata menetes dan membanjiri pipi. Tidak terbayangkan suami yang sangat dicinta telah melontarkan kata kasar.  

"Tidak perlu melakukan itu untuk membuatku percaya dengan apa yang kau katakan, Mas," ucap Reyna terisak sedih.

Aldi terdiam dan tersadar saat itu juga. Emosi di hati tiba-tiba luruh begitu saja ketika melihat Reyna menangis . Hati pun ikut merasa sakit melihat ada air mata di wajah cantik memenuhi pipi wanitanya. Baru kali ini dia membuat sang istri mengeluarkan air mata. Dan, semua itu karena sebuah kesalah-pahaman dan ketidak-jujuran. 

Tidak! Bukan ini yang kuinginkan. Aku tak pernah ingin membuat dia kecewa, sesal Aldi dalam hati.

"Maafkan aku, Sayang," bisik Aldi kemudian merengkuh tubuh Reyna. 

Tubuh indah sang istri dibawa ke dalam dekapan, menempelkan dagu di kepala wanita itu seraya membelai lembut rambut panjang Reyna penuh perasaan. Air mata yang bercucuran membasahi dada Aldi. Laki-laki itu merasa terpukul dengan yang baru saja dilakukan terhadap wanita lembut itu.

"Jangan pernah menduakan aku, Mas," bisik Reyna dengan suara bergetar.

Aldi memejamkan mata seraya tetap membelai kepala sang istri penuh kasih. Dia tahu saat ini Reyna mencurahkan isi hati, tentang rasa takut kehilangan dan begitu pun dia yang merasakan hal yang sama.

"Tidak akan. Aku tidak akan pernah bisa menduakanmu dengan wanita mana pun. Hanya kau satu-satunya wanita dalam hidupku, tidak akan pernah terganti," jawab Aldi tegas.

Reyna melepaskan pelukan Aldi, wanita itu mendongak menatap manik mata Aldi, seakan ingin masuk ke dalam dan mencari kejujuran di sana. Air mata yang belum mengering membuat wajah cantik itu terlihat sembab.

"Benarkah?" tanya Reyna menatap suaminya.

Aldi menarik bibirnya membentuk sebuah lengkungan kecil yang menciptakan senyuman manis untuk Reyna untuk meberikan kepastian jawaban atas pertanyaan.

"Iya, Sayang. Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita, percayalah padaku," ucap Aldi kembali tersenyum dan mencium puncak kepala Reyna. 

Wanita cantik dengan mata bulat indah itu kembali menyeka air matanya, dia terlihat lebih tenang, bibir merah muda yang selalu menjadi candu untuk Aldi akhirnya mengembangkan senyum yang teramat manis untuk Aldi.

"Sekarang, izinkan suamimu ini mandi. Apakah Tuan Putri sudah bisa mengijinkan aku pergi sebentar untuk membersihkan diri?" goda Aldi kepada Reyna.

Reyna menutup bibir dengan tangan seraya terkekeh kecil, mata bulat indahnya seakan ikut tersenyum membuat Aldi teramat lega dan bahagia. 

"Maaf, aku lupa, Mas," ucap Reyna.

"Kumaafkan. Asal ...," jawab Aldi dengan senyum iblis penuh makna.

Reyna memicingkan mata menatap Aldi curiga. Bulu mata lentik milik wanita itu ikut bergoyang akibat gerakan mata membelalak. Dia tahu, jika Aldi mengeluarkan kata-kata seperti itu artinya, akan ada syarat  yang harus Reyna lakukan dan penuhi dari keinginan sang suami.

"Mas, jangan bilang kalau ...," jawab Reyna menggantung kalimat seraya mengerucutkan bibir.

Aldi tergelak mendapati respon mata Reyna, dia gemas jika sang wanita sudah memasang wajah kesal dengan memainkan bibirnya seperti yang baru saja Reyna lakukan.

"Nanti malam tiga ronde, oke?" kerling Aldi nakal.

Reyna menggeleng cepat dengan membulatkan mata indahnya yang memang sudah bulat.

 "Banyak banget, Mas! Ah, Mas Aldi curang, satu ronde saja! Hari ini aku lelah," tawar Reyna.

Aldi kembali tergelak geli seraya melangkah berjalan ke kamar mandi.

"Deal dua ronde!" serunya sambil terus melangkah dan tetap terkekeh menuju ke kamar mandi.

"Massssss ...," jerit Reyna gemas dengan keisengan suaminya.

Masih terdengar gelak tawa Aldi yang telah meninggalkan Reyna yang hanya bisa membelalakkan mata, membayangkan pertempuran panas malam itu bersama Aldi.

***

Seminggu kemudian ....

Tak butuh waktu lama, Aldi dan Nadia menikah disaksikan oleh orang tua Nadia, serta beberapa orang saksi dan bapak penghulu. Saat melakukan pernikahan ini, Aldi merahasiakan pernikahan siri itu dari Reyna dan orang tua Aldi.

"Malam ini Pak Aldi menginap di sini, bukan?"  tanya Nadia pelan ketika ijab kabul telah usai mereka lakukan.

"Hm, aku sudah izin dinas luar sehari pada Reyna."

Nadia mengangguk. Dia melangkah menuju lemari pakaian, mengganti pakaian dengan gaun tidur, lalu menyiapkan pakaian ganti untuk Aldi, terlihat sekali perasaan lega di raut wajah wanita itu. Nadia menoleh melihat bayangan Aldi yang berdiri di balkon kamar seraya memunggunginya. Nadia membiarkan laki-laki itu menyendiri, dia tahu saat ini laki-laki itu butuh waktu untuk sendiri.

Aldi mendongak menatap langit yang malam ini bertaburan bintang. Kerlap-kerlip sinarnya membuat dia mengingat Reyna yang sangat suka saat langit penuh bintang. 

“Ah … aku merindukan Reyna,” gumam Aldi yang seketika merindukan Reyna. “Aku telepon saja.”

Dia tidak bisa menahan untuk tidak menghubungi wanita yang sangat dicintai. Mengambil ponsel dan mencoba mengobati rasa rindu sekaligus rasa bersalah.

“Sayang, sudah tidur?” tanya Aldi pada Reyna ketika panggilan telepon langsung dijawab.

“Belum. Entah kenapa hari ini aku merasa kurang nyaman, Mas. Mataku tidak bisa terpejam. Apakah suamiku  baik-baik saja di sana? Mas jadi pulang besok, bukan?”

Aldi sejenak terdiam, dia diserang rasa gugup yang tiba-tiba saja datang. “I-ya, Sayang, aku baik-baik saja. Aku usahakan besok sudah pulang. Dan selamat tidur ya, sayang. I love you,” ucap Aldi mengakhiri percakapan. 

“Aku tak sanggup berbicara terlalu lama. Rindu ini semakin membuat rasa tersiksa. Rasa bersalah ini benar-benar menyakitkan,” kata Aldi pelan setelah menyadari kesalahan besar dan sudah dia lakukan. “Aku benar-benar merindukanmu.” Menarik dan membuang napas begitu berat pertanda rasa sakit yang teramat sangat. 

Mata mengarah ke arah langit yang sudah berwarna hitam gelap, sama seperti keadaannya saat ini. Merasa curam dan takut jika sang kesayangan mengetahui peristiwa hari ini. Sungguh sangat menakutkan jika suatu saat Reyna tahu suaminya sudah menikah lagi. 

“Aku memang pengecut. Tidak berani berkata jujur dan mengakui kelalaian dan kesalahanku.” Aldi berbicara sendiri dan mengacak-acak rambut dengan kasar. “Hal yang sangat kutakutkan di dunia ini adalah kehilangan Reyna. Aku sangat mencintai dia.”

Kembali bayangan wajah kecewa Reyna terbersit dalam benak ketika tahu apa yang terjadi, belum lagi jika Reyna tidak terima dan kemudian meninggalkan dia dengan alasan pernikahan ini.

"Tidak, Reyna tidak boleh meninggalkan aku karena alasan aku menikah lagi. Aku tidak mencintai wanita ini, aku hanya bertanggungjawab pada bayi yang dia kandung. Reyna tidak boleh tahu tentang pernikahan ini. Sampai nanti, waktu aku bisa mengambil hak asuh anakku pelan-pelan," lirih Aldi merencanakan sesuatu agar dia tetap bersama Reyna selamanya. 

***

Aldi terbangun saat dia merasakan ada seseorang yang menyentuh tangannya dengan lembut. Mata Aldi  terbuka dan menatap wanita cantik di hadapannya. Wanita cantik dengan gaun putih tipis yang menampakkan semua lekuk tubuh. Sesaat Aldi terpana melihat Nadia yang berada di hadapannya. 

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Aldi bingung.

"Bukankah kita sudah menikah, Pak?" jawab wanita itu santai.

"Oh, aku lupa. Maaf," ucap Aldi tidak merasa bersalah.

Beranjak dari sofa yang dia gunakan sebagai pengganti ranjang walau masih di kamar yang sama dengan Nadia. Bersiap mandi dan memutuskan untuk pulang. 

Ketika Aldi baru akan melangkahkan kaki ke kamar mandi, tiba-tiba Nadia berlari kecil mendahului Aldi menuju kamar mandi. Aldi mengikuti langkah Nadia dan melihat wanita itu mengeluarkan isi perutnya di closet. 

"Apa setiap hari seperti ini?" tanya Aldi menghampiri.

"Sudah dua minggu terakhir," ucap Nadia lemas setelah mencuci mulut. 

"Apa kau juga selalu menginginkan sesuatu seperti wanita hamil yang lain?"

"Ngidam maksud Pak Aldi? Sudah mulai seperti itu, hanya yang sulit  ketika sudah larut malam, tiba-tiba si baby menginginkan sesuatu.  Dan aku terpaksa memendam saja."

"Jangan dibiasakan. Aku dengar itu tidak baik untuk tumbuh kembang bayi. Aku tidak ingin karena alasan itu anakku tidak tumbuh sehat di perutmu."

Nadia terkesiap, ada rasa  bahagia, walau Aldi hanya peduli dengan anak yang dia kandung, namun tetap saja dia merasa senang. Dia berharap kelak Aldi benar-benar bisa mencintai dia karena  alasan anak itu.  Harapan seorang istri siri yang bermimpi bisa menjadi satu-satunya wanita istimewa bagi sang suami.

"Aku akan pulang. Katakan saja saat jadwal pemeriksaanmu tiba dan juga beritahu aku jika ada sesuatu yang kau butuhkan untuk si baby," ucap Aldi mengingatkan.

Nadia  mengangguk senang. Wajah wanita itu berseri-seri, melepas kepergian Aldi dengan seribu harapan di hatinya. Tangan Nadia  mengelus dan menelusuri perut yang mulai membuncit dengan gerakan naik turun.

"Sabar, My Baby. Kelak, dia pasti akan menjadi papamu seutuhnya," gumam Nadia yakin seraya mengelus perutnya.

****

AN :

Nadia sepertinya mulai berpikir untuk menguasai Aldi. Berhasil tidak?

Kuy lanjut ya sayang-sayangkuh. Jangan lupa tinggalkan jejak dengan komen di tiap bab dan kirim 5 bintang buat Author biar semnagat up.

Love u sekebon.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status