"Mas Aldi?" tanya Reyna dengan wajah bingung.
Abi mengangguk yakin. Dia mengamati reaksi Reyna yang terlihat masih tidak percaya.
"Kau tidak percaya?" tanya Abi.
Reyna mengangguk, dia yakin Aldi tidak akan mungkin berbuat jahat padanya dan Evan, anak kandungnya sendiri.
Abi membuka ponselnya, lalu menekan rekaman suara seseorang.
"Jangan sampai Reyna tahu aku yang mengatur semua nya. Pastikan semua tersusun rapi sampai waktunya tiba. Aku punya alasan sendiri untuk melakukan ini," suara Aldi terdengar jelas dari ponsel Abi.
"Masih tidak percaya padaku?" tanya Abi pada Reyna yang diam mematung. Sungguh dia tidak mau percaya dengan apa yang dia dengar. Tapi rekaman itu menyatakan Aldi yang seolah-olah mengatur semua nya.
Reyna menggeleng sekali lagi. Dia sungguh tidak ingin percaya dengan apa yang dikata
Maafkan author yang belum bisa melanjutkan cerita ini berhubung sedang fokus berobat. Mohon bantu doa dari kalian semua, semoga Allah menyembuhkan penyakit saya, dan saya sehat kekbali...Aamiin. Sayang kalian.
Wanita cantik dengan mata bulat indah dan bulu mata lentik sempurna melangkahkan kaki menghampiri sosok laki-laki tampan yang baru saja memasang arloji di tangan kiri. Sedangkan si wanita, saat ini tengah berdiri menghadap sang suami yang menampilkan kaki jenjang putih mulus berbalut gaun hitam sebatas lutut berkerah sabrina. "Sayang, apa semua sudah selesai?" tanya Reyna. Wanita itu sembari memasang dasi suaminya dan tidak lupa mengecup pipi pria itu. Pria tampan bermata tajam dengan alis tebal yang menambah sempurna keindahan wajah, tersenyum seraya membalas, memberikan kecupan di kening Reyna dengan lembut. Sorot mata penuh cinta terlihat jelas di mata pasangan itu. Aldi—nama suami Reyna adalah seorang CEO Mayapada Group yang sukses dan cerdas. Sedangkan, dia sendiri adalah seorang fashion designer yang bisa dikatakan sukses. Pernikahan mereka telah berjalan tiga tahun. Dengan dibumbui pertengkaran kecil yang biasa dal
Reyna beranjak dari ranjang, melangkah menuju jendela kamar dan membuka gorden yang menghalangi kaca bening di balik kain panjang berwarna keemasan. Mata indah wanita itu menatap sendu ke arah jalan raya yang telah lengang. Terngiang suara lembut wanita yang memanggil nama suaminya seperti suara desahan penuh nikmat. Desiran halus tetapi pedih di dada seakan menusuk tanpa ampun."Ah, sakit sekali. Mas Aldi, kau di mana? Apa yang kau lakukan?" gumam Reyna seraya refleks menekan dada yang terasa sakit.Segera Reyna membantah pikiran buruk tentang Aldi. Suaminya itu tidak mungkin selingkuh. Aldi sangat mencintai dia. Setidaknya, itu yang ada di dalam benaknya. Tanpa sadar dia menggelengkan kepala berusaha mengusir pikiran buruk tentang Aldi.Malam itu Reyna tidak bisa memejamkan mata hingga fajar tiba. Berulang kali dia ingin kembali menghubungi Aldi. Namun, urung dilakukan mengingat pesan Aldi untuk tidak mengganggu saat itu. Hingga pagi menjelang barulah Reyna te
Aldi mentap Reyna dengan pandangan rumit. Dia tidak ingin Reyna curiga padanya."Semoga saja apa yang kau katakan semuanya benar, Mas.""Reyna, kenapa kau masih tak percaya kepadaku? Sudah kukatakan tidak ada yang terjadi tadi malam kecuali hanya karena kami meeting hingga larut! Dan aku tidak punya hubungan apapun dengan wanita itu !" bentak Aldi dengan bulir-bulir keringat menuruni pelipisnya. Entah kentara atau tidak, tapi jantungnya berdetak kencang, merasa sangat khawatir dengan persepsi tajam istrinya.Beberapa saat yang lalu, Aldi baru saja berhasil menjelaskan pada istrinya mengenai apa yang terjadi di malam sebelumnya. Yah, tentu saja dengan setumpuk skenario palsu yang dia bangun dalam benaknya."Lalu siapa wanita yang aku dengar memanggil namamu dengan begitu mesra, Mas?" pertanyaan itu sempat dilemparkan kepada Aldi beberapa saat yang lalu.Lalu, apa jaw
*Flashback on*Manik hitam kecokelatan itu tak bergeming, menatap tajam ke arah satu sosok maskulin yang terduduk di hadapannya. Terlihat sebuah senyuman angkuh terlukis di wajah pria tampan tersebut, membuat wanita yang memandang ke arah pria itu menghela napas."Setelah meeting bessok" tanya wanita tersebut, ada keraguan dalam nada bicaranya. "Aku merasa sedikit khawatir, David," ujarnya kepada pria tampan bernama David tersebut."Ayolah, Nadia," David memutar bola matanya sembari mendengus. Jari pria itu kemudian tertuju ke arah Nadia."Kau menyukainya, bukan? Dengan begitu kau hanya perlu mengikuti rencanaku saja! Setelah itu, kau bisa mendapatkan Aldi."Pandangan Nadia kembali bergeser kepada David. "Apa yang sebenarnya Aldi dan Reyna lakukan padamu sampai kau begitu bertekad untuk menghancurkannya?" tanya Nadia kali ini seakan menusuk manik mata David meminta
Prang! Bersamaan itu lantai kamar telah penuh dengan semua alat rias Reyna. Barang-barang yang ada di atas nakas telah berpindah tempat dan hancur tak berbentuk. "Brengsek!' Reyna terkejut, wanita itu menatap Aldi dengan gamang. Sedih dan kecewa terhadap reaksi tadi. Tidak terbersit di benak akan dibentak dengan kasar. Selama tiga tahun pernikahan, baru kali ini Mas Aldi berkata kasar padaku, batin Reyna dalam benak. Benar-benar menyakitkan, lanjut Reyna dalam hati. Tanpa sadar air mata menetes dan membanjiri pipi. Tidak terbayangkan suami yang sangat dicinta telah melontarkan kata kasar. "Tidak perlu melakukan itu untuk membuatku percaya dengan apa yang kau katakan, Mas," ucap Reyna terisak sedih. Aldi terdiam dan tersadar saat itu juga. Emosi di hati tiba-tiba luruh begitu saja ketika melih
Beberapa minggu berikutnya ...Aldi segera beranjak dari kursi dan menutup laptop. Laki-laki itu melirik ke arah layar ponsel. Sekilas mata menangkap bayangan jarum jam di dinding, menegaskan bahwa malam sudah mulai larut. Dia kemudian menggeser tombol hijau untuk menjawab.“Ada apa?" bisik Aldi menjawab panggilan itu seraya perlahan menutup kamar agar tidur Reyna tidak terganggu.“Dedek bayi ingin makan gudeg langgananku, Pak," jawab wanita di seberang sana."Kirimkan saja nama dan lokasi warung makannya, nanti aku akan minta jasa ojek online untuk mengantarkan padamu.""Dedek maunya diantar langsung oleh papanya," ucap Nadia pelan.Sesaat Aldi membisu, keinginan itu artinya menyatakan bahwa dia harus langsung bertemu dengan Nadia untuk membawakan apa yang diinginkan calon bayi mereka, Aldi dan Nadia.&ldq
“Mas, mengapa ada suara wanita? Siapa dia?” tanya Reyna beberapa saat setelah mereka terdiam, dia menatap Aldi tajam dari layar ponsel meminta penjelasan. Aldi menutupi rasa cemas di wajahnya, pertanyaan dari wanita yang dia cintai selalu saja menyudutkan, membawa tangan kanannya untuk menyeka peluh yang menetes dari kening. “Oh, itu ibu yang jaga rumah dinas di sini. Dia yang akan menyiapkan semua kebutuhanku selama aku di sini. Ya sudah, Sayang, aku makan dulu.” Aldi segera menutup ponsel tanpa menunggu jawaban dari Reyna. “Aku tidak percaya suara itu berasal dari penjaga rumah dinas. Aku tidak tahu entah apa alasan kecurigaanku ini. Hatiku hanya tidak memercayai suamiku saat ini.” Reyna bicara pada diri sendiri. “Aku yakin, suara tadi dari ibu si bayi yang bersama Mas Aldi.” Reyna diam untuk sesaat dan merasakan beratnya hati seorang istri. “Mas, mengapa kau membohongiku?”
Aku tidak peduli! Jawab pertanyaanku tadi!" ucap Aldi dengan suara keras. Reyna meringis kecil karena Aldi masih saja tidak melepaskan tangannya. "Kau selalu saja ingin aku mengikuti apa maumu dan aku selalu patuh. Tapi, hanya karena aku makan siang di sini tanpa izinmu, kau semarah ini? Sedangkan kau? Kau pergi ke mana, bersama siapa dan di mana, kau tidak pernah meminta izinku atau hanya sekedar memberi kabar padaku. Kau egois, Mas!" teriak Reyna ikut emosi. "Kau harusnya tahu alasannya." Aldi merasa dia sebagai suami berhak membatasi langkah Reyna. Segala sesuatu yang dikerjakan istrinya harus seizin dia dan sepengetahuan dia sebagai suami. "Aku keluar semua karena kepentingan pekerjaan, untuk apa aku harus izin padamu? Aku tidak wajib memberitahukan apa yang aku lakukan, Reyna," lanjut Aldi sombong penuh keangkuhan. Reyna mengigit bibirnya kesal. Wanita