/ Horor / THE SHADOWED LEGACY / **Bab 10: Kebenaran yang Tersembunyi**

공유

**Bab 10: Kebenaran yang Tersembunyi**

작가: Aaiyuu_195
last update 최신 업데이트: 2024-08-20 16:24:21

**Bab 10: Kebenaran yang Tersembunyi**

Matahari telah mulai tenggelam di balik bukit ketika Aria akhirnya mencapai rumah Nenek Nyai. Suasana di desa terasa aneh, seolah-olah ada sesuatu yang merayap di balik ketenangan senja. Aria tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa setiap bayangan yang terlihat, setiap angin yang berdesir, membawa pesan dari kegelapan yang semakin dekat.

Nenek Nyai menyambut Aria dengan wajah serius. Tanpa basa-basi, dia segera mempersilakan Aria masuk ke ruangannya yang penuh dengan buku-buku kuno, ramuan, dan benda-benda aneh lainnya. Nenek Nyai tahu ada sesuatu yang mendesak yang harus mereka bicarakan, dan tatapan mata tajamnya mengisyaratkan bahwa dia sudah menunggu kedatangan Aria.

“Anakku, apa yang terjadi sejak terakhir kali kita bertemu?” tanya Nenek Nyai, suaranya lembut tapi tegas.

Aria menggenggam erat batu kristal di sakunya, merasakan getaran aneh setiap kali dia mengingat peristiwa di rumahnya. Dia menceritakan semua yang terjadi—tentang suara-suara dari cermin, tarikan kegelapan yang hampir menyeretnya, dan bagaimana cahaya kristal menyelamatkannya. Selama dia berbicara, Nenek Nyai mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali mengangguk dan menggumamkan sesuatu dalam bahasa yang tidak dimengerti Aria.

Ketika Aria selesai, Nenek Nyai terdiam sejenak, memandang keluar jendela yang menghadap ke hutan. "Cermin itu adalah portal, Aria. Portal yang menghubungkan dunia kita dengan dunia yang seharusnya tidak pernah bersinggungan. Kegelapan yang kau lepaskan bukanlah sesuatu yang bisa dengan mudah dikendalikan."

Aria merasakan hawa dingin menjalari punggungnya. "Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bisa menghentikan mereka?"

Nenek Nyai bangkit dan mengambil sebuah buku tua dari raknya, membukanya pada halaman yang tampak telah sering dibaca. "Kau bukan satu-satunya yang pernah menghadapi kegelapan ini. Generasi-generasi sebelum kita telah berusaha menjaga keseimbangan antara dua dunia ini. Ada ritual kuno yang bisa menutup portal itu, tapi kau harus melakukannya dengan hati-hati."

Aria merasa harapan kecil mulai tumbuh di dalam dirinya. "Ritual apa itu? Apakah aku bisa melakukannya sendiri?"

Nenek Nyai menggeleng pelan. "Tidak, Aria. Ritual ini membutuhkan lebih dari sekadar kekuatan. Ini membutuhkan pengorbanan. Portal itu tidak akan tertutup tanpa harga yang harus dibayar."

Kata-kata Nenek Nyai menggema di pikiran Aria, menimbulkan perasaan takut yang dalam. Dia belum pernah membayangkan bahwa semua ini akan memerlukan pengorbanan sebesar itu. Namun, sebelum dia sempat bertanya lebih lanjut, suara dentuman keras terdengar dari luar rumah, diikuti oleh teriakan yang memecah kesunyian malam.

Aria dan Nenek Nyai segera berlari keluar, dan apa yang mereka lihat membuat jantung Aria hampir berhenti berdetak. Dari arah hutan, bayangan-bayangan hitam meluncur cepat menuju desa, menjerat dan menyeret segala sesuatu yang mereka temui dalam perjalanan mereka. Orang-orang di desa mulai berlari, berusaha menyelamatkan diri dari serangan bayangan-bayangan yang seakan-akan hidup itu.

“Apa yang terjadi?” Aria berteriak, mencoba menahan ketakutannya.

Nenek Nyai segera meraih tangan Aria dan menariknya kembali ke dalam rumah. “Itu adalah roh-roh yang kau lepaskan, Aria. Mereka semakin kuat, dan mereka tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.”

“Lalu apa yang mereka inginkan?” tanya Aria dengan suara bergetar.

Nenek Nyai mengambil sebuah wadah kecil dari meja, membuka tutupnya, dan mengeluarkan bubuk berwarna putih yang dia taburkan di lantai membentuk lingkaran. "Mereka ingin kembali ke dunia mereka, tapi untuk itu, mereka membutuhkan jiwa yang kuat—jiwamu, Aria."

Aria merasakan darahnya membeku. Dia adalah target mereka. Mereka menginginkan hidupnya, jiwanya, untuk bisa kembali ke dunia mereka. Perasaan tak berdaya mulai menguasainya, tapi tatapan Nenek Nyai yang penuh keyakinan memaksanya untuk tetap fokus.

“Ada satu cara untuk menghentikan mereka,” lanjut Nenek Nyai sambil menambahkan ramuan lain ke dalam lingkaran di lantai. “Kau harus melakukan ritual penutupan portal ini. Tapi kau harus melakukannya di tempat yang semuanya bermula—di depan cermin.”

Aria menggigit bibirnya, merasa ketakutan membanjiri dirinya. “Tapi aku nyaris terseret masuk ke dalam cermin tadi malam. Bagaimana kalau kali ini aku tidak bisa melawannya?”

Nenek Nyai menatapnya tajam. “Itu adalah risiko yang harus kau ambil, Aria. Ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan mereka.”

Aria terdiam. Pikiran tentang harus kembali ke depan cermin itu, menghadapi kegelapan yang hampir menguasainya, membuatnya gemetar. Tapi dia tahu bahwa ini bukan hanya tentang dirinya. Ini tentang menyelamatkan desa, orang-orang yang dia cintai, dan mungkin seluruh dunia dari ancaman kegelapan yang lebih besar.

Nenek Nyai melihat keraguan di mata Aria, dan dia mendekatkan tangannya ke bahu Aria dengan lembut. “Aku akan membantumu, Aria. Kau tidak sendirian dalam menghadapi ini.”

Aria mengangguk perlahan, meski rasa takut masih menggantung di hatinya. Dengan napas dalam, dia menyiapkan diri untuk kembali ke rumah, ke tempat di mana semuanya dimulai, dan tempat di mana semuanya harus berakhir.

Dengan Nenek Nyai di sisinya, Aria memutuskan untuk mengambil risiko itu. Mereka tidak punya pilihan lain. Ketika mereka melangkah keluar rumah Nenek Nyai, malam sudah semakin pekat, dan bayangan-bayangan di langit tampak semakin gelap. Mereka berjalan cepat, menyusuri jalanan desa yang sekarang dipenuhi dengan suara-suara gemuruh dan bisikan-bisikan dari kegelapan.

Setiap langkah menuju rumahnya terasa seperti satu langkah mendekat ke takdir yang tak terelakkan. Aria tidak bisa tidak merasa bahwa dia sedang berjalan menuju perangkap, tapi dia juga tahu bahwa jika dia tidak melangkah maju, kegelapan akan menelan segalanya.

Ketika rumahnya mulai tampak di ujung jalan, Aria menarik napas panjang dan menguatkan hatinya. Dia tahu bahwa apa pun yang akan terjadi, dia harus siap. Ritual ini adalah harapannya yang terakhir, dan dia tidak boleh gagal.

---

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 12 Cahaya di Tengah Kegelapan

    **Bab 12 Cahaya di Tengah Kegelapan**Aria menatap halaman-halaman kuno itu dengan mata yang membulat karena keterkejutan. Pikiran tentang pengorbanan jiwa terasa seperti bayangan hitam yang menyelimuti harapannya. Namun, dia tidak ingin menyerah begitu saja. Pasti ada jalan lain, sebuah cara untuk menghentikan kegelapan ini tanpa harus kehilangan nyawa seseorang.Nenek Nyai menyadari keraguan dan ketakutan yang melintas di wajah Aria. Dia meletakkan tangannya dengan lembut di bahu Aria, menyalurkan ketenangan yang dia miliki. "Jangan khawatir, Ariane. Pengorbanan adalah cara yang tercatat di sini, tapi kita tidak boleh terburu-buru memutuskan. Kita harus memahami seluruh konteksnya dan mencari alternatif sebelum membuat keputusan."Aria mengangguk, meskipun perasaan tidak nyaman masih menyelimutinya. Dia menatap lebih dalam ke halaman buku yang terbuka di hadapannya, mencoba menangkap petunjuk apa pun yang bisa membimbing mereka menuju solusi yang lebih baik. Di antara tulisan-tulisa

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 11: Pertarungan Melawan Kegelapan**

    **Bab 11: Pertarungan Melawan Kegelapan**Malam itu, angin dingin berhembus kencang, membawa aroma lembab dan rasa takut yang menggantung di udara. Aria dan Nenek Nyai berjalan dengan cepat menuju rumah Aria, hati mereka dipenuhi ketegangan. Setiap langkah terasa semakin berat, seakan bumi itu sendiri enggan membiarkan mereka melangkah lebih jauh. Bayangan-bayangan yang merayap di jalanan semakin nyata, membuat Aria merasa seolah-olah setiap sudut desa ini dipenuhi mata-mata tak kasat mata yang mengintai mereka.Sesampainya di depan rumahnya, Aria berhenti sejenak. Rumah itu tampak berbeda sekarang—bukan lagi sebagai tempat berlindung, melainkan seperti jebakan yang siap menelannya hidup-hidup. Nenek Nyai merasakan kegelisahan Aria, tapi dia tahu bahwa tidak ada waktu untuk ragu. Mereka harus segera melakukan ritual sebelum kekuatan gelap di balik cermin itu menjadi lebih kuat."Aria, ingatlah satu hal," kata Nenek Nyai dengan suara tegas, "Kau harus tetap fokus. Jangan biarkan ketaku

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 10: Kebenaran yang Tersembunyi**

    **Bab 10: Kebenaran yang Tersembunyi** Matahari telah mulai tenggelam di balik bukit ketika Aria akhirnya mencapai rumah Nenek Nyai. Suasana di desa terasa aneh, seolah-olah ada sesuatu yang merayap di balik ketenangan senja. Aria tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa setiap bayangan yang terlihat, setiap angin yang berdesir, membawa pesan dari kegelapan yang semakin dekat. Nenek Nyai menyambut Aria dengan wajah serius. Tanpa basa-basi, dia segera mempersilakan Aria masuk ke ruangannya yang penuh dengan buku-buku kuno, ramuan, dan benda-benda aneh lainnya. Nenek Nyai tahu ada sesuatu yang mendesak yang harus mereka bicarakan, dan tatapan mata tajamnya mengisyaratkan bahwa dia sudah menunggu kedatangan Aria. “Anakku, apa yang terjadi sejak terakhir kali kita bertemu?” tanya Nenek Nyai, suaranya lembut tapi tegas. Aria menggenggam erat batu kristal di sakunya, merasakan getaran aneh setiap kali dia mengingat peristiwa di rumahnya. Dia menceritakan semua yang terjadi—tentang suara-

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 9: Suara dari Kegelapan**

    **Bab 9: Suara dari Kegelapan** Aria menghabiskan sisa malamnya dengan membaca buku tua yang diberikan Nenek Nyai. Setiap kata terasa seperti petunjuk penting dalam teka-teki besar yang sedang dihadapinya. Namun, meski dia sudah memahami banyak hal, ada bagian-bagian yang masih membingungkan. Pikirannya terus melayang ke hutan tempat dia menemukan cermin, dan perasaan bahwa sesuatu yang gelap masih mengintai di sana tak bisa diabaikan. Ketika fajar mulai menyingsing, Aria tahu dia harus kembali ke rumahnya. Nenek Nyai sudah memberinya batu kristal, tapi dia tidak yakin kapan atau bagaimana menggunakannya. Saat dia keluar dari rumah Nenek Nyai, udara pagi terasa dingin dan sunyi. Desa itu masih tertidur, tapi Aria merasa seolah-olah dia sedang diawasi. Setiap langkahnya membawa bayangan ketakutan, dan dia tahu bahwa ancaman yang dia rasakan bukanlah khayalan semata. Sesampainya di rumah, Aria segera masuk ke kamarnya. Di sana, dia meletakkan batu kristal itu di atas meja dekat tempa

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 8: Warisan yang Terlupakan**

    **Bab 8: Warisan yang Terlupakan** Aria berlari dengan napas terengah-engah, meninggalkan hutan yang mencekam di belakangnya. Jalan setapak menuju desa terasa lebih panjang dari biasanya, seolah-olah setiap langkah yang dia ambil menariknya lebih dalam ke dalam ketakutan yang baru saja dia temukan. Meskipun udara dingin malam mulai menyelimuti sekitarnya, Aria merasa keringat dingin mengalir di punggungnya. Sesampainya di desa, Aria langsung menuju rumahnya. Saat dia menutup pintu di belakangnya, perasaan aman yang biasa dia rasakan di dalam rumah itu tampak hilang. Semuanya terasa berbeda sekarang, setelah apa yang baru saja dia alami di hutan. Ada sesuatu yang gelap yang mengintai, dan rumah ini, yang dulu menjadi tempat perlindungannya, tidak lagi terasa cukup kuat untuk menahannya. Aria tahu dia perlu melakukan sesuatu, tetapi langkah pertamanya adalah memahami lebih banyak tentang apa yang sedang dia hadapi. Pikiran pertamanya adalah kembali ke buku tua yang pernah dia temukan

  • THE SHADOWED LEGACY   Bab 7: Jejak Bayangan di Desa**

    **Bab 7: Jejak Bayangan di Desa** Hari-hari berlalu sejak pertemuan terakhir Aria dengan cermin di dalam gua. Desa tempat tinggalnya kembali tenang, seolah-olah badai gelap yang mengancam kini telah berlalu. Namun, bagi Aria, ketenangan ini terasa aneh, hampir tidak nyata. Meski semua tampak kembali normal, ada sesuatu yang mengganggu di dalam dirinya, sebuah perasaan bahwa segalanya belum benar-benar berakhir. Aria berusaha menjalani hidup seperti biasa, tetapi bayangan dari peristiwa-peristiwa di gua itu terus menghantuinya. Setiap malam, dia terbangun dari mimpi buruk yang sama—cermin besar yang menghancurkan dirinya sendiri dan suara tawa Willem yang terus menggema di telinganya. Bahkan di siang hari, bayangan itu mengikuti setiap langkahnya, membuatnya merasa tidak pernah benar-benar sendirian. Namun, yang paling mengganggu Aria adalah kenyataan bahwa dia masih hidup. Dia tahu bahwa pengorbanannya seharusnya menyegel nasibnya bersama Willem di dalam cermin, tetapi entah bagaim

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status