Share

Bab 7

Tidak mungkin ada toko makanan yang memajang sebuah manekin, jarang terjadi! Kemungkinan hanya 0.01% saja. Yang kutahu toko makanan selalu memajang panel atau banner diluar tokonya. 

Wanita itu hanya berdiam diri dan matanya melihat ke arah Cafe ini. Dia sedang melihat apa? 

Wanita itu memakai baju lengan panjang berwarna biru, juga memakai rok selutut berwarna merah. Dia membawa kantong hitam di tangan kiri dan payung di tangan kanan. 

Mataku tidak berhenti memperhatikan wanita itu bahkan tanpa berkedip. kepalaku juga mulai penuh dengan pertanyaan - pertanyaan. Kenapa dia berdiam diri disana? Apakah dia sedang menunggu seseorang? Kenapa dia hanya melihat ke arah Cafe ini? 

Aku merasakan hal janggal, banyak orang yang melewatinya tetapi, tidak seorang pun yang melihat ke arah nya, seolah - olah wanita itu tidak ada disana. Apakah dia hantu? 

"Aku sudah melihat hantu pagi ini, masa harus melihatnya lagi?" pikirku. 

"Ini pesanannya, silahkan dinikmati," suara pelayan yang membawa pesanan ku dan kedua temanku. 

Aku terkejut mendengar suara pelayan itu, suara nya membuat diriku yang sedang duduk melihat ke arah jendela sedikit melompat dari kursi. 

Aku mengatur nafas, juga mengeluskan dada, sambil melotot ke arah pelayan itu, "Astaga, mengagetkan saja!" 

Pelayan Cafe itu hanya senyum dan sedikit tertawa. Sedangkan, Hana dan Lauren tertawa terbahak - bahak. 

"Tidak ada yang lucu!" ucapku. 

Hana tertawa dengan menutupi wajahnya, "Ini sangat lucu, kau kaget dengan melompat dari kursi,"

"Ekspresi wajahmu sangat kocak, kenapa tidak sekalian terbang saja?" ucap Lauren sambil menirukan gaya burung terbang. 

Aku menggebrak meja dan berkata, "Tidak ada yang lucu sama sekali!" 

Suasana hatiku mendadak berubah, aku menjadi tidak berselera dan tidak nyaman. 

Hana memegang lenganku, "Allea, jangan marah, ini hanya bercanda."

"Iya Allea ini hanya bercanda saja," ucap Lauren. 

Aku menyandarkan bahu ke kursi, "Hmm.. Ya, ya, Aku tidak marah." 

"Mari makan, kita makan bersama - sama ya," ucap Lauren.

"Allea, makan berdua dengan ku, ya?" Hana menggeserkan piring makanan nya ke arahku. 

"Tidak usah, kalian aja yang makan, aku sedang tidak berselera," ucapku. 

Aku melihat kembali ke arah jendela, wanita itu masih berada disana dengan posisi yang sama. 

"Jika kamu malas mengambil, mau ku suapi?" 

"Anggap saja aku mama mu," tambah Lauren. 

"Benar itu! Anggap saja aku ini ayahmu," ucap Hana. 

Aku sedikit tertawa sambil kedua tanganku membentuk silang, "Tidak cocok sama sekali."

Aku memandangi gelas minuman pesananku, tenggorokan ku mulai terasa kering.  

"Makanlah," Hana menyodorkan makanan. 

"Tidak, aku tidak berselera makan, Hana." 

"Dia memang keras kepala," ucap Lauren sambil menunjuk ku menggunakan sendok. 

Aku meminum pesananku, saat aku minum suhu ruangan menjadi dingin. Mataku melihat ke arah jendela wanita itu sudah tidak ada disana. Oh Syukurlah! Aku sudah tidak ingin berpikiran yang aneh. 

"Wah rasa makanan ini membuat aku ingin memesan lagi," ucap Hana sambil menunjuk makanan nya dan memasang ekspresi terkagum. 

"Itu saja belum kau habiskan," ucap Lauren. 

Hana tersedak lalu terbatuk - batuk. Aku menepuk pundaknya, sambil berkata, "Kau ini kebiasaan sekali makan sambil berbicara."

"Namanya juga Hana, kalau tidak berbicara saat makan itu bukan dia tapi Arbeloa," Lauren tertawa cekikikan

Hana melotot ke arah Lauren dengan menancapkan garpu yang di pegang nya ke meja, "Hey! Itu nama panjangku!"

Aku yang sedang minum, hampir tersedak karena melihat ekspresi Hana saat melototi Lauren. 

"Ssst, kalian berisik sekali," ucapku sambil menahan tawa. 

Saat kami sedang berbicara dan bercanda, terdengar suara dentuman keras dari arah luar. 

"Suara apa itu?" tanya Hana. 

Aku menggelengkan kepala, "Aku tidak tahu, dari mana asal suaranya?" 

"Lihat disana!" Lauren menunjuk ke arah luar jendela. 

Hana dan Lauren langsung bangun dari kursinya dan menuju arah pintu untuk keluar, disusul aku yang mengikutinya dari belakang. 

Saat kami berjalan keluar, terlihat orang-orang yang sudah berkerumunan ramai.

"Kenapa ramai sekali, ada apa ini?" ucapku dengan heran. 

Salah satu pria paruh baya sedang berbicara dengan beberapa orang, pria paruh baya itu berkata, "Korban nya anak kecil, anak itu sedang berdiri disana menunggu ibunya yang sedang di dalam toko makanan."

"Kasihan sekali, ibunya sangat teledor!" ucap orang yang sedang mendengarkan pria tersebut. 

Hana berbicara kecil padaku dan Lauren, "Ada kecelakaan! Korban nya anak kecil!"

"Allea."  

"Allea."

Aku mendengar namaku dipanggil oleh suara yang tidak ku ketahui dari mana asalnya. 

Pundakku terasa ada yang menepuk, aku melihat ke belakang tidak ada satupun orang, dan aku juga melihat kearah Lauren dan Hana, mereka sedang berbicara pada orang yang melihat kejadian kecelakaan itu.

Lalu siapa yang memanggil ku dan menepuk pundakku? 

Tolong beri saran dan kritik yang membangun tentang ceritaku ini:)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status