Home / Young Adult / TO GET HER / 40. Pengakuan Cinta

Share

40. Pengakuan Cinta

last update Last Updated: 2025-10-14 20:51:28

Chapter 40

Pengakuan Cinta

Barron memasuki tempat tinggal Narnia yang bergaya minimalis modern di kawasan West Hollywood yang dikelilingi pagar kaca buram dan taman batu bergaya Jepang. Bangunannya berwarna putih pucat dengan garis tegas dan jendela besar dari lantai ke langit-langit, dari dalam setiap sudut tampak seperti hasil majalah desain—bersih, rapi, dan terlalu sempurna untuk ditinggali.

Ruang tamunya hanya berisi sofa abu muda dan meja kaca bening tanpa hiasan, kecuali sebuah vas bunga kecil yang berisi bunga segar. Aroma lilin sendalwood memenuhi udara, lembut tetapi menyesakkan. Di dinding bingkai foto hitam putih menggantung simetris berisi foto Narnia berdiri di keramaian arena F1 menjadi satu-satunya benda yang tidak sesuai dengan tema ruangan.

Barron melangkah melewati ruang tamu menuju area belakang rumah—ruang keluarga terbuka yang biasa Narnia gunakan untuk berkumpul bersama teman-temannya. Dari tempatnya berdiri, suara musik terdengar mengalun lembut, cahaya l
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • TO GET HER   115. Berbagi Lelah dan Kesedihan

    Chapter 115Berbagai Lelah dan Kesedihan Dengan lembut Marcello meraih telapak tangan Aneesa lalu dikecupnya, matanya terpejam beberapa saat, dan berkata, “Kukira dengan bakatku ini aku sudah cukup kuat," Marcello tersenyum hambar, "ternyata bakat saja tidak cukup.”Aneesa meletakkan telapak tangan Marcello di pipinya. “Justru kau terlalu kuat dan menjadi ancaman bagi beberapa orang. Dan seharusnya kau tidak perlu mengalaminya."Marcello tersenyum lembut. “Aku tidak mau mendengar kau menyalahkan dirimu lagi.""Aku tidak menyalah diri, hanya saja kau tidak layak mengalami semua ini karenaku," kata Aneesa dengan muram.Marcello menarik napas pelan. "Semua ini akan segera berakhir. Jangan khawatir.""Kau selalu meyakinkan aku kalau Barron tidak akan melakukannya, tetapi aku yakin sebenarnya kau hanya tidak mau aku mengkhawatirkanmu," ujar Aneesa pelan."Semua ini pasti terjadi, sejak dia bilang menyukaimu," sahut Marcello. Aneesa menatap Marcello beberapa saat. “Dan kau juga bilang pad

  • TO GET HER   114. Sisi Lemah

    Chapter 114Sisi LemahMarcello memegangi jaketnya di tangan kiri dan membuka pintu kamar tempatnya menginap, tirai masih terbuka sama seperti saat ia meninggalkan tempat itu siang tadi. Namun, lampu di kamarnya menyala dan Aneesa berdiri di sana. Tersenyum lebar dan menatapnya dengan mesra. Marcello terbengong sesaat, sedikit melongo seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kemudian membuang begitu saja jaket di tangannya dan langkahnya lebar-lebar mendekati Aneesa. Aneesa tersenyum lebar hingga deretan giginya terlihat lalu melompat ke dalam pelukan Marcello, seperti seekor koala memeluk kayu. Kedua lengannya melingkar di leher Marcello dan kakinya melilit pinggang Marcello.“Aku sangat merindukanmu!” kata Aneesa.“Kenapa tidak bilang kalau kau datang?” kata Marcello sembari memegangi bokong Aneesa agar gadis itu tidak merosot dan mencium pipinya berkali-kali. Aneesa merapatkan lengannya dan menyeringai lebar. “Aku ingin memberimu kejutan. Jadi, aku menyusulmu,” ujarnya d

  • TO GET HER   113. Berdiri di Tempat yang Benar

    Chapter 113Berdiri di Tempat yang BenarMarcello menatap Narnia, tetapi sorot matanya tidak bersahabat meskipun tidak menunjukkan permusuhan. “Apa masih ada yang harus dibicarakan?” Narnia tersenyum dan melangkah mendekati jendela kaca besar lalu berdiri di depan jendela itu, sementara Marcello menyusulnya dengan tetap mempertahankan jarak mereka. “Aku tahu sepupuku menekanmu sampai ke titik ini," kata Narnia .Marcello tersenyum sinis. “Justru aku ingin melihat sampai sejauh mana dia menekanku.” “Ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya di Haas, pernahkah kau mempertimbangkannya?” tanya Narnia pelan. Marcello menarik napas pelan dan menatap langit. Katakan saja dia egois, atas dasar: cinta memerlukan pengorbanan. Dan bukan hanya dirinya yang berkorban, bahkan harus mengorbankan orang lain.“Kenapa tidak menyerah saja?” tanya Narnia seraya menoleh pada Marcello. Sudut bibir Marcello melengkung tipis membentuk senyuman sinis. Menyerah pada Barron? Di mana dirinya harus melet

  • TO GET HER   112. Haas Bare

    Chapter 112Haas Bare Paddock Haas tampak asing pagi itu. Dinding garasi yang biasanya penuh logo kini polos, hanya warna dasar tim yang tersisa. Tak ada banner besar, tak ada hospitality unit mewah. Bahkan nama tim di papan pit terasa lebih kecil dari biasanya.Beberapa kru datang lebih awal, bukan untuk persiapan teknis—melainkan memindahkan peralatan agar tampak rapi meski seadanya. Seragam mereka tetap sama, tapi tanpa emblem sponsor di dada, terlihat seperti seragam latihan, bukan pakaian tim F1 di hari balapan.Di grid, mobil Haas berdiri tanpa kilap. Catnya bersih, terlalu bersih—seolah baru keluar dari pabrik, belum "dibeli" siapa pun. Kamera televisi hanya menyorot sekilas, lalu cepat berpindah ke tim-tim besar yang penuh warna dan nama.Marcello duduk di dalam kokpit, visor terbuka. Di radio, briefing berlangsung singkat dan dingin. Tak ada kalimat motivasi berlebihan, tak ada janji performa. Hanya instruksi dasar, seolah semua orang tahu: hari ini mereka hanya bertahan.Di

  • TO GET HER   111. Reputasi Keluarga

    Chapter 111Reputasi Keluarga Agnes tersenyum tipis, hampir licik seraya menatap tes kehamilan di tangannya. Garis dua itu muncul begitu jelas seolah mengejek dunia yang selalu berpihak padanya. Ia telah menunggu momen ini terlalu lama. Bukan sekedar cinta, bukan pula kebetulan. Kesempatan itu jarang dan Agnes tahu kapan harus meraihnya. Malam ketika Barron mabuk berat hingga kehilangan kendali lalu dijemput olehnya-bukan oleh Narnia, bukan pula oleh gadis yang diinginkan Barron adalah malam yang langsung ia tandai sebagai kemenangan.Jackpot, pikir Agnes saat itu. Sebuah peluang emas yang tidak akan datang dua kali.Kini dengan bukti di tangannya Agnes tahu ia tak lagi hanya menjadi bagian dari permainan, ia adalah kartu trufnya dan Barron suka tidak suka-tak akan pernah bisa pergi. Tidak perlu tes DNA, seluruh keluarga mereka tahu Agnes tidak pernah bersentuhan dengan pria lain dan rekaman CCTV di kamarnya sangat jelas. Tidak ada lampu dipadamkan malam itu, tidak ada sehelai kain

  • TO GET HER   110. Tidak akan Meninggalkan

    Chapter 110Tidak akan Meninggalkan Suasana kantor Haas pagi itu tidak seperti kemarin pagi, ponsel mereka berdering bersahutan, layar menampilkan grafik yang terus jatuh, sementara orang-orang berlalu lalang dengan kepentingan mereka masing-masing. Wajah-wajah yang biasanya tenang kini tegang, kepanikan tak lagi mampu disembunyikan.Di ruangannya, Elio duduk dengan muram bersama uang yang lenyap sebelum digenggam. Kemarin siang kepercayaan dirinya meningkat pesat ketika di ruang rapat Barron menunjuknya untuk menjadi pembalap utama Haas, menggeser Marcello. Namun, harapannya patah ketika Roy menolak mentah-mentah usulan Barron. Katanya, Elio tidak cukup layak untuk menjadi pembalap utama di Haas. Bahkan data mengatakan saat Marcello mengalami kendala di sirkuit dan Elio mengambil alih posisi Marcello, performa tim langsung turun sehingga apa pun alasannya Elio tidak seharusnya dijadikan pembalap utama. Kata-kata Roy sangat tajam dan tanpa basa-basi. Pemilik Haas juga ikut menguatk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status