Home / Young Adult / TO GET HER / 42. Menguntit Lagi

Share

42. Menguntit Lagi

last update Last Updated: 2025-10-15 22:33:21
Chapter 42

Menguntit Lagi

Sinar matahari sore di Los Angeles jatuh miring di atas taman yang luas di rumah keluarga Barron, langit berwarna keemasan lembut, perlahan bergradasi menjadi jingga muda.

Aneesa keluar dari mobil, ia mengenakan gaun berbahan satin lembut berwarna biru muda yang memberikan sentuhan halus setiap kali tersentuh cahaya, potongannya fit di tubuh bagian atas, menonjolkan lekuk bagian balutan lipit-lipit kecil yang jatuh alami dari dada hingga pinggul, memberikan kesan anggun namun tidak berlebihan. Bagian lehernya halter scraft neckline dengan selendang tipis melingkari leher yang jatuh lembut di punggung.

Gaun tanpa lengan itu menampilkan bahu dan lengan Aneesa yang lembut dan bagian bawahnya yang memanjang menyapu lantai dengan belahan tinggi hingga paha di sisi kanan menciptakan keseimbangan antara kesopanan dan sensualitas. Ketika Aneesa berjalan, kain bergoyang mengikuti langkah, memberikan langkah yang memikat.

Barron tersenyum menyambut Aneesa se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • TO GET HER   117. Memiliki Saingan

    Chapter 117Memiliki Saingan Malam di rumah orang tua Aneesa berakhir tanpa seremoni, setelah makan malam yang diselingi obrolan-obrolan ringan tentang keluarga mereka, Marcello dan Aneesa meninggalkan rumah itu. Marcello mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang menuju rumah orang tuanya. Di sana juga tidak ada penyambutan dan perayaan, juga tidak ada pengakuan resmi dari Marcello dan Aneesa di depan keluarga Marcello. Namun, tangan Aneesa yang terus digenggam oleh Marcello, sikap, dan gesture mereka sudah cukup menegaskan jika keduanya tidak lagi berada dalam hubungan pertemanan seperti dulu sehingga kalimat pengakuan tidak lagi diperlukan. Mereka duduk di ruang keluarga, menikmati camilan yang dibuat sendiri oleh ibu Marcello dan minuman hangat sembari berbagi cerita dengan seekor anak serigala Alaska yang meringkuk dengan manja di pangkuan Aneesa. “Aku ingat saat kau kecil, kau paling suka dengan serigala Jessie. Bahkan kalian tidak terpisahkan, kau mengajak serigala Jessie ti

  • TO GET HER   116. Meminta Terlalu Banyak

    Chapter 116Meminta Terlalu Banyak Rabu siang waktu Barcelona, tim Haas tiba. Tanpa sambutan dan iring-iringan kamera, hanya wajah-wajah lelah dan jadwal yang menunggu tanpa janji, bagi dunia balap mungkin ini hanya kedatangan rutin. Tetapi, bagi Marcello kota ini menyimpan kebahagiaan yang tak tercatat di jadwal tim dan kedatangannya kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Aneesa menunggunya, bukan di paddock melainkan di tempat yang aman yang selama ini hanya sebatas angan-angan.Pukul enam sore setelah mengikuti briefing internal, Marcello meninggalkan hotel tempat tim Haas menginap dan mengemudikan mobil ke rumah ayah Aneesa, di sana Aneesa menunggunya. Tempat di mana pertama kali Marcello melihat Aneesa, saat pesta pernikahan bibinya dan ayah Aneesa.Marcello menghela napas pelan, bibirnya menyunggingkan senyum, pandangannya menyapu seluruh tempat itu. Bangunan rumah itu modern dan tenang, warnanya pucat seolah menyatu dengan cahaya Barcelona, dan berada di atas tebing M

  • TO GET HER   115. Berbagi Lelah dan Kesedihan

    Chapter 115Berbagai Lelah dan Kesedihan Dengan lembut Marcello meraih telapak tangan Aneesa lalu dikecupnya, matanya terpejam beberapa saat, dan berkata, “Kukira dengan bakatku ini aku sudah cukup kuat," Marcello tersenyum hambar, "ternyata bakat saja tidak cukup.”Aneesa meletakkan telapak tangan Marcello di pipinya. “Justru kau terlalu kuat dan menjadi ancaman bagi beberapa orang. Dan seharusnya kau tidak perlu mengalaminya."Marcello tersenyum lembut. “Aku tidak mau mendengar kau menyalahkan dirimu lagi.""Aku tidak menyalah diri, hanya saja kau tidak layak mengalami semua ini karenaku," kata Aneesa dengan muram.Marcello menarik napas pelan. "Semua ini akan segera berakhir. Jangan khawatir.""Kau selalu meyakinkan aku kalau Barron tidak akan melakukannya, tetapi aku yakin sebenarnya kau hanya tidak mau aku mengkhawatirkanmu," ujar Aneesa pelan."Semua ini pasti terjadi, sejak dia bilang menyukaimu," sahut Marcello. Aneesa menatap Marcello beberapa saat. “Dan kau juga bilang pad

  • TO GET HER   114. Sisi Lemah

    Chapter 114Sisi LemahMarcello memegangi jaketnya di tangan kiri dan membuka pintu kamar tempatnya menginap, tirai masih terbuka sama seperti saat ia meninggalkan tempat itu siang tadi. Namun, lampu di kamarnya menyala dan Aneesa berdiri di sana. Tersenyum lebar dan menatapnya dengan mesra. Marcello terbengong sesaat, sedikit melongo seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kemudian membuang begitu saja jaket di tangannya dan langkahnya lebar-lebar mendekati Aneesa. Aneesa tersenyum lebar hingga deretan giginya terlihat lalu melompat ke dalam pelukan Marcello, seperti seekor koala memeluk kayu. Kedua lengannya melingkar di leher Marcello dan kakinya melilit pinggang Marcello.“Aku sangat merindukanmu!” kata Aneesa.“Kenapa tidak bilang kalau kau datang?” kata Marcello sembari memegangi bokong Aneesa agar gadis itu tidak merosot dan mencium pipinya berkali-kali. Aneesa merapatkan lengannya dan menyeringai lebar. “Aku ingin memberimu kejutan. Jadi, aku menyusulmu,” ujarnya d

  • TO GET HER   113. Berdiri di Tempat yang Benar

    Chapter 113Berdiri di Tempat yang BenarMarcello menatap Narnia, tetapi sorot matanya tidak bersahabat meskipun tidak menunjukkan permusuhan. “Apa masih ada yang harus dibicarakan?” Narnia tersenyum dan melangkah mendekati jendela kaca besar lalu berdiri di depan jendela itu, sementara Marcello menyusulnya dengan tetap mempertahankan jarak mereka. “Aku tahu sepupuku menekanmu sampai ke titik ini," kata Narnia .Marcello tersenyum sinis. “Justru aku ingin melihat sampai sejauh mana dia menekanku.” “Ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya di Haas, pernahkah kau mempertimbangkannya?” tanya Narnia pelan. Marcello menarik napas pelan dan menatap langit. Katakan saja dia egois, atas dasar: cinta memerlukan pengorbanan. Dan bukan hanya dirinya yang berkorban, bahkan harus mengorbankan orang lain.“Kenapa tidak menyerah saja?” tanya Narnia seraya menoleh pada Marcello. Sudut bibir Marcello melengkung tipis membentuk senyuman sinis. Menyerah pada Barron? Di mana dirinya harus melet

  • TO GET HER   112. Haas Bare

    Chapter 112Haas Bare Paddock Haas tampak asing pagi itu. Dinding garasi yang biasanya penuh logo kini polos, hanya warna dasar tim yang tersisa. Tak ada banner besar, tak ada hospitality unit mewah. Bahkan nama tim di papan pit terasa lebih kecil dari biasanya.Beberapa kru datang lebih awal, bukan untuk persiapan teknis—melainkan memindahkan peralatan agar tampak rapi meski seadanya. Seragam mereka tetap sama, tapi tanpa emblem sponsor di dada, terlihat seperti seragam latihan, bukan pakaian tim F1 di hari balapan.Di grid, mobil Haas berdiri tanpa kilap. Catnya bersih, terlalu bersih—seolah baru keluar dari pabrik, belum "dibeli" siapa pun. Kamera televisi hanya menyorot sekilas, lalu cepat berpindah ke tim-tim besar yang penuh warna dan nama.Marcello duduk di dalam kokpit, visor terbuka. Di radio, briefing berlangsung singkat dan dingin. Tak ada kalimat motivasi berlebihan, tak ada janji performa. Hanya instruksi dasar, seolah semua orang tahu: hari ini mereka hanya bertahan.Di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status