Pangeran Bai Wuxin, Hua Rong, termasuk Lei Yan. Mereka adalah ketiga pria yang saling mengenal. Selain Hua Rong yang beridentitaskan sebagai pengawal bayangan, tentu saja Bai Wuxin dan Lei Yan termasuk kategori pria tampan di Ibu Kota. Meskipun ketampanan Lei Yan masih berbanding jauh dari Bai Wuxin, tetapi dia tetap masuk ke dalam nominasi.Usai memastikan identitas Qiao Zhi Jing, akhirnya dia dibebaskan tanpa syarat. Masalah itu sudah pasti. Selain Qiao Zhi Jing tidak bersalah, dia juga adalah seorang putri dari Klan Xing, dan juga kini telah menjadi istri sah Pangeran Bai Wuxin. Karena identitasnya saat ini adalah istri Pangeran, maka dia pun dipulangkan ke kediaman Bai Wuxin. Hancurlah sudah niatnya untuk melarikan diri. Sepertinya setelah ini, akan susah bagi dirinya untuk keluar dari Kediaman Bai Wuxin."Kau ternyata Pangeran Bai Wuxin?" tanya Qiao Zhi Jing sembari melipatkan kedua lengannya di depan dada."Benar," jawabnya singkat.PLAK!Tamparan mendarat di wajah Bai Wuxin seca
“Bagaimana dengan hasil yang telah kauselidiki?” tanya Bai Wuxin kepada Hua Rong dengan mimik wajah serius. “Sesuai dengan dugaan Anda. Dalang di balik panah yang menembus tubuh Anda terakhir kali adalah ulah Pangeran Bai Ruyu,” ungkap Hua Rong tanpa ragu sedikit pun. Hua Rong yakin setelah menyelidiki asal usul perajin panah yang hampir membunuh Bai Wuxin terakhir kali saat sedang menjalankan perintah militer di Xianjiang Selatan. Tepat 2 bulan lalu, Bai Wuxin sempat dititahkan untuk memimpin militer dan menenangkan korban banjir di daerah Xianjiang Selatan. Pada waktu itu, seseorang secara diam-diam melepaskan panah hingga menembus tubuh Bai Wuxin. Butuh waktu sekitar 2 minggu bagi Wuxin memulihkan diri saat itu. Tentang bagaimana Bai Wuxin terluka, termasuk terlukanya Bai Wuxin, tak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Hua Rong. Sebab ketika Bai Wuxin terluka, hanya Hua Rong yang mengetahui hal itu. Bai Wuxin meminta agar Hua Rong merahasiakan tentang lukanya dari siapa
“Jangan menghalangiku. Aku ingin pergi dari sini sekarang juga!” cetus Qiao Zhi Jing dengan lantang. Keributan terjadi di halaman Taman Aprikot tempat kediaman Qiao Zhi Jing. Para pelayan mencekal tangan dan kaki Qiao Zhi Jing agar dia tak dapat melarikan diri. Sementara Qiao Zhi Jing terus meronta bagaikan cacing kepanasan. Para pelayan yang memeganginya mulai kewalahan dan akhirnya terjatuh ke tanah bersama Qiao Zhi Jing. “Aawww. Sakit sekali!” Qiao Zhi Jing mengerang kesakitan tatkala pantatnya terbentur keras ke tanah. Meskipun para pelayan yang mencengkram Qiao Zhi Jing telah berusaha semaksimal mungkin agar Qiao Zhi Jing tidak terluka, tetapi mereka tetap gagal mengendalikan Qiao Zhi Jing yang terlalu sulit untuk dikendalikan. “Maaf, Nona!!!” Serentak keempat pelayan yang mengekang Qiao Zhi Jing berlutut di hadapan Qiao Zhi Jing.Masih berusaha menahan rasa sakit yang dia rasakan, Qiao Zhi Jing sengaja tak mempedulikan permintaan maaf dari para pelayan itu. “Yaampun, No
"Kakak sepupu, apa maksudmu? aku tidak mengerti." Qiao Li Ying sengaja berpura-pura tidak tahu. "Qiao Li Ying , jangan berpura-pura lagi. Sandiwaramu itu tidak berpengaruh padaku," timpal Zhong Chen Xiao.Helaan napas terhembus lembut dari mulut Qiao Li Ying. Seulas senyum tipis pun terukir di wajah cantiknya."Baiklah. Karena sudah seperti ini, aku tidak akan berpura-pura lagi. Aku memang membenci Qiao Zhi Jing. Sangat, sangat membencinya. Kehadirannya di dunia ini adalah malapetaka bagiku. Dia merenggut segalanya dariku. Jangan salahkan aku. Aku hanya ingin mengembalikan apa yang dari awalnya adalah milikku." Akhirnya Qiao Li Ying menunjukkan wajah aslinya di hadapan Zhong Chen Xiao.Tidak mengejutkan sama sekali bagi Zhong Chen Xiao tatkala mendengar pernyataan jujur dari Qiao Li Ying, karena sudah sejak lama dia memantau segala perbuatan Qiao Li Ying selama ini. Akan tetapi, Zhong Chen Xiao berusaha menahannya. Namun karena tindakan Qiao Li Ying sudah di luar batas, Zhong Chen Xia
Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu dari luar pintu kamar Qiao Zhi Jing, sentak mengejutkan Qiao Zhi Ying. Seketika membuyarkan lamunannya, dia reflek menatap ke arah pintu kamarnya yang sengaja dikunci dari arah dalam karena ketenangannya tak ingin diganggu oleh siapa pun."Maka sudah kubilang. Jangan ada yang menggangguku. Aku ingin sendiri!" cetusnya dengan suara lantang."Nona, ini aku. Ban Xia," ucapnya dari luar pintu.Awalnya tak ingin menghiraukan. Namun mengetahui bahwa orang yang berada di balik pintu kamarnya adalah Ban Xia, Qiao Zhi Jing pun reflek bangkit dan membuka pintu kamarnya."Ban Xia? kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Qiao Zhi Jing dengan sikap antusias."Nyonya besar yang mengirimku ke sini. Nyonya besar khawatir pelayan orang lain tidak memuaskan Anda. Nona, apa Anda tidak menginginkanku di sini?" Ban Xia memasang wajah memelas karena merasa kecewa."Tidak, bukan seperti itu. Sudahlah, lupakan saja. Cepat masuk!" Tanpa aba-aba, Qiao Zhi Jing dengan sigap men
"Tuan Putri, sudah waktunya bangun. Tuan putri." Pagi hari sekitar pukul 06.00 pagi, Bibi Tian mulai membangunkan Qiao Zhi Jing. Hari ini Qiao Zhi Jing harus mengikuti kelas khusus yang dijadwalkan oleh Bai Wuxin."Emmhhh ... jangan ganggu aku. Aku tidak akan datang. Masih terlalu pagi. Jangan membangunkanku," jawab Qiao Zhi Jing dengan rasa malas seraya menarik selimutnya guna menutupi wajahnya. "Tuan putri, Anda harus bangun sekarang juga. Jika tidak, Pangeran akan ... ."Reflek kedua netra Qiao Zhi Jing terbuka lebar sebab teringatkan ancaman dari Bai Wuxin. Permainan dimulai. Bai Wuxin sengaja mengerjai Qiao Zhi Jing dengan memasukkannya ke akademi kerajaan yang terletak di istana. Setiap hari, Qiao Zhi Jing wajib hadir di kelas, serta diawasi oleh Hua Rong yang juga sengaja mendaftar ke kelas yang sama demi mengawasi tingkah laku Qiao Zhi Jing di istana.Awalnya Qiao Zhi Jing mulai bisa menerima kehidupannya saat ini. Ia akan menganggapnya sebagai liburan. Namun, setelah tahu b
“Nona, untuk apa Anda menanyakannya? Jika Anda sudah lupa, sebaiknya lupakan saja, Nona. Saya memiliki kesan buruk tentang danau itu,” ujarnya dengan wajah memelas. “Tidak, aku hanya ingin tahu saja. Siapa tahu jika aku mendatangi tempat yang pernah kudatangi, mungkin akan ada percikan-percikan ingatan yang muncul.” Qiao Zhi Jing mencari-cari alasan demi membujuk Ban Xia. Bodohnya Ban Xia mulai goyah. Ia merasa bahwa ucapan Qiao Zhi Jing sedikit masuk akal. Siapa yang tahu jika seseorang yang melupakan banyak hal akan kembali mengingatnya ketika datang ke tempat-tempat yang pernah didatangi sebelumnya. “Bagaimana menurutmu?” Qiao Zhi Jing menaik-naikkan kedua alisnya. Terbaca jelas dari wajah Ban Xia walau tanpa dikatakan secara langsung. Ban Xia tampaknya setuju dengan usul Qiao Zhi Jing. “Emm … Sepertinya masuk akal. Mungkin bisa dicoba,” jawabnya usai menimbang-nimbang begitu lama. “Bagus! Kalau begitu, berhubung kita sudah di luar, ayo! Antar aku menuju danau itu.” Qiao
“Jangan tertawa! Kau kira ini lucu apa?” protes Qiao Zhi Jing dengan nada bicara ketus seperti biasanya. Sayang sekali, Bai Wuxin sedikit pun tak mengindahkan perkataan Qiao Zhi Jing. “Hahahaha.” Bai Wuxin terus-menerus tertawa terbahak-bahak. Tak mempedulikan semua orang yang terdiam menatapnya dengan tatapan heran. Tentu saja semua orang yang mengenal kepribadian Bai Wuxin akan merasa janggal tatkala melihat seorang Pangeran berwibawa seperti Bai Wuxin yang biasanya sedikit bicara dan berwajah dingin ternyata bisa tertawa hingga seperti itu. Kira-kira, ini pertama kalinya mereka melihat seorang Bai Wuxin tertawa demikian. “Menyebalkan! Aisssh!” Qiao Zhi Jing tampak kesal dengan gelak tawa Bai Wuxin yang terdengar nyaring saat menertawakan kesialan yang menimpa dirinya. Karena sudah terlalu lelah dan lapar, Qiao Zhi Jing sudah tak bersemangat untuk bertengkar dengan Bai Wuxin. Qiao Zhi Jing mendorong tubuh Bai Wuxin yang menghalangi jalannya, lalu masuk ke dalam dengan santai