"Baiklah. Hua Rongzhou, silakan duduk di kuris kosong sebelah Qiao Zhi Jing," himbau Guru Fang."Apa?!" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit dari posisinya dan mengejutkan seisi kelas. Mata memandang tertuju kepadanya. Untuk pertama kalinya, Qiao Zhi Jing dijadikan sorotan oleh seluruh teman kelasnya."Ada masalah apa, Qiao Zhi Jing?" tanya Guru Fang."Ah ... itu ... maaf, maaf, saya hanya terkejut." Qiao Zhi Jing dengan sungkan dan canggung kembali duduk di kurisinya.Selang kemudian, murid pindahan bernama Hua Rongzhou melangkah menuju kursi kosong yang terletak di samping kanan Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutupinya dengan buku. Ia terlalu enggan menatap siswa pindahan bernama Hua Rongzhou yang sempat beradu konflik dengannya pada pagi tadi."Aissshh ... sial! kenapa dia malah muncul di sini?" gerutunya kesal. "Tidak! untuk apa juga aku bersembunyi seperti ini? jelas-jelas dia yang salah karena menabrakku lebih dulu, bahkan perg
"Jadi, namamu Qiao Zhi Jing?" Entah sejak kapan dia berdiri di sana, lalu tiba-tiba mencekal lengan Qiao Zhi Jing, lalu memojokkannya ke dinding.Hua Rongzhou sudah lama menunggu Qiao Zhi Jing keluar dari toilet. Mana kala pada saat itu, kelas tengah berlangsung dan Qiao Zhi Jing meminta izin untuk pergi ke toilet. Selang setalah 5 menit berlalu, giliran Hua Rongzhou yang turut meminta izin pergi ke toilet. Tak disangka, ternyata izin Hua Rongzhou hanyalah alasan agar dia dapat berbicara dengan Qiao Zhi Jing.Qiao Zhi Jing reflek mengernyitkan kedua alisnya seraya berontak dari cekalan Hua Rongzhou yang begitu kuat mencengkram lengannya. Tak hanya satu lengannya saja, kini Hua Rongzhou bahkan dengan beraninya mencengkram kedua lengan Qiao Zhi Jing dan mengangkatnya ke atas."Hei, apa yang kaulakukan?" protes Qiao Zhi Jing karena tak dapat menahan emosinya, apalagi melawan tenaga Hua Rongzhou yang jauh lebih besar dibandingkan tenaganya."Jawab aku! apa namamu Qiao Zhi Jing?" Nada suar
Para tetua Negara Tang membawa kavalerinya untuk memerangi tentara Negara Qing yang menjaga di perbatasan. Sebelum berangkat ke Ibu Kota, Bai Wuxin sempat menitipkan perbatasan kepada Ling Yi untuk berjaga-jaga. Sesuai dengan prediksi, ternyata masih ada sisa-sia prajurit Negara Tang yang tidak terima dengan perjanjian perdamaian. Namun, melihat Kaisar Wan yang tampak baik-baik saja, seketika para tetua menghentikan para prajuritnya. Setelah itu, Kaisar Wan sendiri yang mencetuskan dekret bahwa Negara Qing dan Negara Tang telah menjanjikan perdamaian. Jika ada yang berani melawan dekret tersebut, maka dialah yang akan dicap sebagai pemberontak.Seketika para tetua dan segenap prajurit Negara Tang menerima dekret tersebut tanpa melawan. Sejak saat itu, Negara Qing dan Negara Tang akhirnya damai setelah berperang selama puluhan tahun. Rakyat menjadi lebih makmur, aman, dan tentram, sementara kursi singgasana Negara Qing masih dibiarkan kosong karena Bai Wuxin menolak posisi tersebut."P
“Nona, akhirnya Anda sadar juga.” Samar-samar terdengar suara seorang wanita. Dia tak lain adalah Ban Xia, pelayan pribadi Qiao Zhi Jing yang senantiasa menjaga di sisinya saat Qiao Zhi Jing terbaring di ranjang tak sadarkan diri. Perlahan Qiao Zhi Jing membuka netranya, setelah sekitar 2 hari dalam kondisi koma. Aroma dupa tercium menyengat di hidungnya, seketika membuat kepalanya terasa pusing karena tak biasa menghirupnya. Tatkala kesadarannya mulai terkumpul, Qiao Zhi Jing tercengang seketika kala mendapati dirinya di tempat asing. Netranya terbelalak. Antusias memperhatikan ke sekelilingnya. Sementara Ban Xia yang melihat sikap tidak normal yang ditunjukkan oleh Qiao Zhi Jing pun merasa heran dibuatnya. “Di mana ini? Bukankah tadi aku ada di perpustakaan?” gumamnya. Qiao Zhi Jing semakin terkecoh kala mencermati pakaiannya yang aneh. Bukannya memakai seragam SMA, ia kini malah menggunakan kostum china kuno yang disebut Hanfu. “Apaan ini? Cosplay? Bisa-bisanya aku memakai paka
"Tidak masuk akal. Masuk ke dalam novel yang sedang kubaca? Ini tidak mungkin. Aku pasti sedang bermimpi," gumam seorang wanita yang tengah menekuk lututnya sembari mengikis kuku jarinya karena syok dan ketakutan menghadapi kenyataan yang tengah dia alami."Nona Kedua, buka pintunya. Apa Anda baik-baik saja? Nona Kedua, tolong jangan seperti ini."BRAK!BRAK!BRAK!Seorang pelayan berusaha menerobos masuk ke dalam kamar majikannya yang telah lama mengurung diri di dalam kamarnya. Sebelumnya, majikannya yang dipanggil Nona Kedua itu sempat menunjukkan tanda-tanda keanehan, juga mengatakan hal-hal absurd, lalu mengurung dirinya di kamar sendiri. "Nona kedua ... .""Pergi! Pergi kalian semua!!!" usirnya dengan lantang.Qiao Zhi Jing. Mereka memanggilnya Nona Kedua, seorang putri dari Klan Xing. Anak dari seorang Jendral yang sangat dihormati. Rasanya benar-benar gila. Dia berharap agar segera bangun dari mimpi yang dia anggap mimpi sial ini.Dia memang bernama Qiao Zhi Jing, tetapi buka
Sekitar tengah malam, Qiao Zhi Jing terbangun. Dia menoleh ke sampingnya dan mendapati Ban Xia yang terlelap menjaganya. "Apa ini? kukira semuanya hanya mimpi, tapi kenapa aku masih ada di sini?" keluhnya dengan suara yang lemah.Ban Xia yang mudah terbangun pun menyadari bahwa Qiao Zhi Jing akhirnya telah sadarkan diri."Nona, akhirnya Anda sadar juga. Tahukah Anda, semua orang sangat mengkhawatirkan Anda," kata Ban Xia."Bukan hanya orang lain saja. Aku juga sangat mengkhawatirkan diriku sendiri. Aissh! hidupku sial sekali," deciknya.Qiao Zhi Jing mengehela napas. Meratapi alur hidupnya yang bernasib sial. Rasanya dia masih tidak bisa menerima perihal yang terjadi kepadanya saat ini. Bisa-bisanya dia berakhir di tubuh seorang Qiao Zhi Jing, seorang figuran antagonis dari sebuah novel. Sekilas saja Qiao Zhi Jing menebak bahwa kehidupannya kali ini akan sangat menyulitkan.Berdasarkan cerita yang telah dia baca, Qiao Zhi Jing telah melakukan banyak kejahatan. Semua orang membencinya
"Nona, Anda mau pergi ke mana pagi-pagi begini?" tanya Ban Xia kala dia baru masuk ke dalam kamar Qiao Zhi Jing dan mendapati Qiao Zhi Jing yang telah bangun dan berdandan.Tidak biasanya Qiao Zhi Jing bangun sepagi ini. Apalagi dia sebagai putri utama sama sekali tidak pernah menyentuh air dingin untuk digunakan mandi. Tentu saja semua peralatan mandi termasuk air hangat perlu disiapkan setiap hari. Namun kali ini, Qiao Zhi Jing telah selesai mandi tanpa dilayani oleh seorang pun pelayan."Kenapa? apa aku tidak boleh berdandan?" balas Qiao Zhi Jing. "Jika dilihat-lihat, Qiao Zhi Jing ini memang lebih hebat merawat tubuhnya dibanding diriku. Lihat saja kulit wajahnya ini. Sangat halus dan kenyal," gumam Qiao Zhi Jing sembari mencubit-cubit pipinya sendiri."Tidak, bukan begitu. Maaf, Nona." Ban Xia tampak ketakutan dan hampir saja berlutut andai saja Qiao Zhi Jing tak langsung mencegahnya."Eiiittt ... jangan berlutut lagi. Mulai saat ini, jangan pernah berlutut di hadapanku lagi. Ten
"Nah, antarkan surat ini untuknya," titah seorang pemuda kepada pengawal bayangannya."Baik." Tanpa banyak bertanya, pengawal bayangan itu pun melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh majikannya."Ah, jangan lupa dengan pesanku tadi. Kau yang akan menggantikanku nanti. Aku memberimu waktu 10 menit. Jangan sampai terlambat." Memperingati pengawal bayangannya."Anda tidak perlu khawatir. Saya akan pasti akan melakukannya," cetus sang pengawal bayangan. Usai menyelesaikan perkataannya, ia pun berlalu pergi melompati dinding demi melaksanakan tugas majikannya.Seorang pria berparas tampan berpenampilan tegas nan gagah itu tengah memandangi bunga persik yang memekar indah di luar jendela. Tampak jelas kekhawatiran dalam benaknya. Entah apa yang tengah dipikirkannya, yang jelas saat ini dia tengah merasa bimbang dan gelisah."Pangeran, waktunya sudah tiba. Silakan Anda bersiap-siap," ucap seorang kasim dari luar kamar pria yang disebutnya sebagai pangeran."Aku tahu. Aku akan keluar setel