Badan laki-laki itu sontak merapat pada sang sahabat. Bulu kuduknya berdiri dan matanya memandang awas ke arah pintu kamar.
"Katanya nggak takut," sindir Caca.
"I--iya emang nggak takut, cuma kaget aja," elak Dafa. Kalau ngaku gengsi dong.
Caca mencibir lalu menyuruh sahabatnya itu agar membukakan pintu. Jelas saja Dafa langsung menolak.
"Mager, kamu aja sana," katanya sok-sokan malas gerak padahal Caca yakin dia sedang ketakutan setengah mati.
Tok tok tok ....
Kembali terdengar ketukan dari arah pintu. Terpaksa dia harus membukanya sendiri, secara sengaja Caca mempercepat film hingga bagian paling seram dan mengeraskan volume suaranya.
Mati-matian Dafa menahan air yang hendak keluar dari kandung kemihnya. Sahabatnya itu benar-benar berniat menyiksa. Dalam batin laki-laki itu sudah merapalkan segala macam doa yang ia bisa.
Caca menyunggingkan satu senyum tipis. Dia menarik daun pintu dan muncullah 2 sosok laki-laki jangku
2 hari kemudian Devan benar-benar pulang. Tidak ada yang berubah, semua berjalan seperti biasa. Hanya saja kini hidup si kembar dan adiknya lebih teratur karena adanya Lily yang membantu.Saat ini, Caca dan ketiga temannya tengah berada di kafe milik Gema. Sebenarnya Gema dan Gama bukan asli saudara sepupunya, ibu kedua laki-laki itu hanya anak panti yang diangkat oleh kakek-nenek Caca agar anak tunggal mereka tidak kesepian.Meski begitu, perlakuan pada mereka tidak dibedakan. Bude Ambar juga sudah dianggap seperti anak sendiri."Buset, Ca ... abang lo ganteng banget deh." Mata Naya tak berkedip saat melihat Gama dan Gema bolak-balik melayani pembeli.Setiap kafe ramai mereka langsung membantu karyawannya, dulu Caca pernah ingin membantu mereka tapi langsung dilarang dan dimarahi. Menjadi satu-satunya anak perempuan di keluarga Kingstone membuat dia begitu dimanja."Astaga ... lihat otot-otot tangannya itu, ya ampun, gue jadi penasaran giman
Caca terus berjalan hingga bertemu Kiara di depan toko kacamata."Lah, nggak jadi beli sepatu, Ca?"Caca menggeleng lalu berkata, "gue baru tau kalau Fahry pacaran sama Vania.""Hah, apa? Kok bisa, sejak kapan? Ya ampun gue juga baru tau," ujar Kiara dengan histeris, namun Caca langsung memberi kode pada gadis itu agar memelankan suaranya."Kok bisa sih, Ca. Bukannya tuh cowok lagi deketin lo, ya?""Gue juga bingung," jawab Caca keheranan. Dia sendiri juga tidak tau maksud dan tujuan Fahry mendekatinya. Mungkin laki-laki itu memang sengaja mempermainkan dia."Udahlah nggak usah diambil hati. Toh di dunia ini cowok bukan cuma dia. Lagian fans lo kan banyak, tinggal tuding juga pasti langsung dapat pacar."Caca tak menjawab apa-apa, dia berjalan dijajaran kacamata dan memilih satu yang menurutnya paling menarik. Gadis itu kalau membeli apa-apa bukan menurut bagus atau tidaknya, tapi asal menarik dan nyaman pasti langsung dipilih.
"Martabak. Abang kalau mau minta sama Lily.""Kakak!" Devan menatap tajam sang adik."Iya, maksudnya minta ke Kak Lily."Padahal menurut Caca lebih enak menyebut namanya tanpa embel-embel 'kak' karena terasa lebih akrab, tapi abangnya pasti akan marah. Katanya tidak sopan, padahal si pemilik nama juga tidak mempermasalahkan."Jangan kebiasaan jajan sembarangan, Ca. Nanti perutnya sakit," ujar lelaki yang kini duduk di depan meja bar."Enggak kok, kan udah langganan. Abang kembar juga biasa makan ini tapi nggak sakit perut," sanggah gadis berambut cokelat itu.Devan memang sangat berhati-hati dalam memilih makanan, lelaki itu juga jarang membeli di pinggir jalan. Bukan sombong karena orang kaya, tetapi dia sudah kapok karena dulu pernah sekali membeli nasi goreng dan pulang-pulang langsung sakit perut. Makanya sekarang dia lebih suka makan di restoran atau masakan rumah.Tapi bagi Caca makanan yang dibeli dari pedagang kaki lima justru
Pagi harinya, Caca yang hendak ke kampus secara tidak sengaja bertemu Erza di jalan. Lelaki dengan motor sport berwarna hitam dan jaket geng motor kebanggaannya itu langsung mendekat dan membunyikan klakson.Keduanya melaju hingga sampai ke tujuan masing-masing. Memang sudah beberapa minggu ini dia lebih dekat dengan Erza, apalagi setelah tau Fahry berpacaran dengan musuhnya."Heh, cewek ganjen! Lo pasti sengaja kan deket-deket sama anak UKS biar bisa narik perhatian pacar gue?"Caca yang akan beranjak dari area parkir langsung disembur tuduhan berkedok pertanyaan dari Vania and the geng. Ketiga perempuan berwajah menor itu memandang gadis di depannya dengan angkuh, sebenarnya hanya dua sih soalnya Angel tidak terlalu berani berhadapan dengan Caca.Gadis yang menjadi sasaran hanya melirik dengan malas, meladeni mereka sama saja dengan membuang waktu secara percuma."Lo tuli, ya?!" Vania mencekal lengan Caca dengan kencang."Biasalah ..
Caca berguling-guling diatas ranjang. Sesi nonton drakor sudah selesai, kini ia bingung harus melakukan apalagi untuk mengusir rasa bosan yang mendera.Seharusnya waktu luang seperti ini digunakan untuk istirahat, menjauhkan diri sebentar dari gadget. Tapi apa daya, rasa jenuh yang kian menggunung membuat gadis itu segera meraih ponsel dan membuka insta*ramnya.Banyak sekali notifikasi yang masuk, padahal baru 2 jam dia tidak membukanya.Gadis itu memilih membuka pesan teratas, dari akun @veninistin berisi pertanyaan tentang sebuah foto yang diunggah oleh salah satu akun.Dia lantas beralih pada notifikasi, banyak sekali akun yang menyebutnya dalam sebuah komentar. Karena penasaran, Caca langsung melihat postingan tersebut.Betapa mengejutkannya, ternyata Dafa yang membuat postingan tersebut. Sahabat laki-lakinya itu mengunggah foto seorang gadis yang wajahnya tertutup buku. Itu foto saat di toko buku kemarin, Caca sangat mengingatnya.S
"Lo, cewek yang ada di foto insta*ram Dafa-Dafa itu?" Tanya Erza menatap lekat gadis disampingnya.Saat ini dia dan Caca sedang menikmati bakso dipinggir jalan. Caca balas menatapnya."Menurut lo gimana, gue atau bukan?"Rasa canggung tiba-tiba menyerang Erza, laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Em ... menurut gue kayaknya iya."Caca menghentikan gerakannya yang sedang menyeruput kuat bakso, sambil tersenyum dia bertanya, "terus kenapa masih nanya?"Erza kembali diliputi rasa tak enak. Jawaban gadis didepannya selalu mematikan. Kenapa tadi dia harus bertanya hal seperti itu?"Nggak usah tegang mukanya, kasian bakso di depan lo udah nangis-nangis minta dilahap," kata perempuan yang kini memakai setelan pendek.Pakaian berwarna kuning mustard membuat gadis itu terlihat imut dan lebih mungil dari biasanya."Bye the way, gue baru tau lo punya poni gini," Erza menyentuh poni model see trough bangs milik Caca
Caca langsung teringat sesuatu. Agar berita tentangnya mereda, gadis itu segera mengirim pesan pada Erza dan meminta laki-laki itu mengirim foto yang tadi mereka ambil."Lama banget sih, lagi berak apa gimana nih?" Monolognya.Karena jengah menunggu balasan pesan, netranya mengarah kembali pada layar televisi yang menampilkan film barat.Sekitar 15 menit kemudian dia pergi ke dapur, mengambil minum dan juga buah. Ketika mengecek ponsel ternyata sudah ada foto-foto yang ia minta. Dengan antusias gadis dengan rambut dikepang itu langsung memposting foto-foto tersebut diakun insta*ram miliknya. Tak lupa menambahkan caption agar seolah-olah mereka teman dekat.Hanya beberapa detik postingannya langsung kebanjiran like dan komentar. The power of netizen Indonesia, benar-benar luar biasa. Tanpa membalas satupun komentar atau pesan gadis itu langsung mematikan ponselnya.***Pagi-pagi sekali Caca pulang ke rumahnya. Sekarang hari
Selepas sarapan, Caca menyempatkan diri ke rumah Dafa, dia akan membuat perhitungan pada sahabatnya.Setelah berkali-kali mengabaikan kini laki-laki itu juga menempatkannya pada situasi sulit. Apa mereka ditakdirkan berteman hanya agar Dafa bisa menyakitinya? Saat kecil laki-laki itu pernah membuatnya tercebur danau dan dirawat di rumah sakit berminggu-minggu.Sebenarnya apa dosa Caca dimasa lalu hingga harus hidup seperti saat ini?"Nyebelin." Gadis yang memakai kaos hitam oversize itu duduk di samping sang sahabat dengan wajah ditekuk. Perasaannya bertambah kesal setelah melihat si pembuat ulah.Dafa seolah tidak terganggu, lelaki itu masih asik memainkan game di ponselnya. Hal itu jelas membuat Caca semakin geram, dia kesini untuk memberi pelajaran pada laki-laki tersebut tapi justru tak diacuhkan.Oh, iya! Hampir saja lupa. Dia kan sudah menyiapkan satu bungkus kecil bubuk cabai disaku celananya."Daf, minta kertas dong.""C