Sandi menggelengkan kepalanya dia sudah cukup menderita sebaiknya tidak usah menambah pendertiaan yang dialami oleh Jerri. Seseorang yang ia kurung di dalam gudang yang sudah lama tidak terpakai itu. Di dalam ruangan yang penerangannya tidak begitu terang dan udaranya pengap itu Hazel, Martin, dan Leon melihat seseorang duduk terikat dengan mulut tersumpal Sandi melepas sumpalan pada mulut lelaki bernama Jerry itu.
“Tuan aku mohon jangan bunuh aku. Aku masih mempunyai seorang ibu yang sakit-sakitan dan juga anak yang masih kecil. Tolong kasihani aku anakku akan menjadi anak yatim kalau aku mati,” ucap Jerry ketakutan.
“Kenapa kamu baru memikirkan anak setelah ketahuan ingin membunuh?” tanya Martin kesal sembari menendangnya.
“Cukup Martin dia masih berguna buatku. Biarkan dia hidup!” seru Sandi.
Sandi mendekati Jerry dan mengamati seluruh tubuhnya. Matanya fokus pada luka pada tangan yang tertusuk pisau kecil miliknya. Ketiga sahabat Sandi menatap dengan tatapan membunuh ke arah Jerri dan ketiganya masih penasaran hal apa yang berguna dari seorang pembunuh amatir seperti Jerri ini.
“Sepertinya luka pada tangan mu mengalami infeksi. Ini harus segera ditangani,” ucap Sandi.
“Apakah tidak ada cara lain selain diamputasi tuan? Tolong jangan potong tanganku tuan!” seru Jerri ketakutan.
Sandi terkejut dengan reaksi Jerri yang sangat ketakutan dengan apa yang ia katakan. Sontak Sandi langsung menertawakan wajah ketakutan yang dimiliki oleh Jerri itu.
“Siapa yang akan memotong tanganmu. Aku akan membuatkan obat tradisional untuk mengobati lukamu,” ucap Sandi. Dia tidak mau membawa Jerri ke rumah sakit atau klinik karena jika ada yang mengenalnya akan membuatnya kesulitan mendapatkan informasi dari Jerri.
Merasa terhina karena Sandi tidak membutuhkan seorang Dokter dan mengandalkan obat tradisional untuk mengobati luka serorang tawanan Hazel kesal dan menepuk pundak Sandi dengan keras.
“Dasar bajingan apa kamu tidak percaya dengan adanya Dokter? Aku tahu kamu hilang ingatan tapi seharusnya kamu mempercayakanku untuk memeriksanya!” tegas Hazel.
Sandi terkejut dengan pengakuan Hazel jika dia adalah seorang Dokter. Jika ia tahu mungkin dia tidak harus bersusah payah memikirkan mencari tanaman obat untuk menyebuhkan luka. Sandi membalikkan badannya dan berbalik memaki Hazel.
“Dasar bocah sialan kenapa kamu diam saja dari tadi dan tidak segera memeriksa tawananku. Rasanya aku ingin memukulmu, sekarang cepat periksa Jerri.” Perintah Sandi dengan nada kesal.
Kedua teman Sandi yang lain menertawakan Hazel yang kena semprot. Sudah lama mereka tidak tertawa selepas ini. Hazel menciut nyalinya untuk membantah apa yang dikatakan Sandi, ia lebih memilih bergegas untuk memeriksa Jerri. Luka tusukan pada tangan Jerri terlihat mulai menghitam dan bekas sayatan mulai menghitam.
“Ini tak seburuk yg kukira. Tapi jika tidak segera ditangani, hal yang buruk akan terjadi,” ucap Hazel.
“Jangan banyak bicara cepat sembuhkan luka itu,” ucap Sandi.
Hazel meminta untuk di ambilkan tas dan kotak p3k yang ada di mobilbya. Dia selalu membawanya jika ada keadaan darurat. Sandi meminta anak buahnya untuk mengambil apa yang diperlukan oleh Hazel. Sandi menceritakan singkat apa yang terjadi di pesta malam itu dan percobaan pembunuhan yang ia alami sambil menunggu tas peralatan Dokter dan kotak p3k milik Hazel.
Hazel, Leon, terutama Martin marah dan mengutuk pelaku dibalik peristiwa tersebut. Kata kasar keluar dari mulut mereka mengiringi cerita Sandi.
“Mengapa kau tidak membunuh nya saja. Mengapa kamu membiarkannya hidup jika kamu tak sanggup biar aku yang mewakilinya membunuhnya untukmu?!” seru Martin kesal.
“Pasti ada hal licik yang kau pikirkan Sandi. Apa kau ingin menyiksanya seperti di film-film psikopat. Tapi untuk apa kau meminta Hazel untuk menyembuhkan lukanya?” tanya Leon kebingungan.
Gleeeg.. Jerri menelan salivanya karena ketakutan, wajahnya pucat melambangkan kecemasan mendengarkan percakapaan Sandi dan teman-temannya. Sandi mencoba untuk menenangkan teman-temannya terutama Martin yang emosinya paling tinggi diantara semuanya.
“Kalian ini membuatku pusing saja. Kenapa aku membiarkan dia hidup karena dia masih berguna untukku,” jawab Sandi.
“Tuan ini adalah barang yang anda butuhkan,” ucap Ani sambil menyodorkan barang yang diperlukan Hazel.
“Terima kasih cantik, bisakah kamu tinggal di sini membantuku aku akan memulai operasi kecil. Yang lain silahkan keluar!” tegas Hazel.
Sandi dan juga kedua temannya pergi meninggalkan ruangan. Leon membakar rokok menunggu Hazel selesai melakukan operasi. Leon menyodorkan tangan ke arah Snadi bermaksud menawarkan rokoknya. Sandi menerima sebatang rokok itu, sedangkan Martin membakar cerutu kesayangannya.
“Sandi apa rencanamu sekarang?” tanya Martin seraya menyemburkan asap rokok dari mulutnya.
“Cukup banyak tapi aku tak ingin terlalu memikirkannya. Aku hanya ingin meneruskan perusaan yang telah ditinggalkan papiku” jawab Sandi.
“Lalu untuk apa kamu membiarkan si Bajingan itu tetap hidup! Kamu bunuh dan buang saja mayatnya, aku bisa membantumu melakukan itu!” seru Martin dengan nada kesal.
Martin seorang intel professional di kepolisian. Ia menjadi salah satu pejabat penting di kepolisian dengan usaha dan bakatnya yang luar biasa itu. Dia dikenal sebagai jagonya bermain taktik.
“Martin untuk apa aku menahan seorang yang tak berguna. Dia akan aku jadikan boneka,” jawab Sandi.
“Lebih baik pelayanmu itu yang kamu jadikan boneka. Dia cantik juga berbakat. Terlebih ukurannya di atas rata-rata,” sahut Martin dengan wajah mesumnya.
Sandi mencoba mengingat tentang siapa Martin. Seorang lelaki perayu wanita dengan mengandalkan wajah tampan dan mulut manisnya. Dia seorang lelaki yang berambisi dan selalu menomorsatukan pekerjaan.
“Dasar otak mesum. Masih saja memikirkan hal yang tidak berguna bahkan saat ada yang ingin mencelakai sahabatmu padahal ia baru saja kembali,” bentak Leon.
“Hazel seorang pria itu tidak bisa menikmati hidup tanpa perempuan cantik dan juga alkohol,” jawab Martin sambil tertawa.
Sandi mengamati cerutu yang dipegang oleh Martin, “Cerutu dengan merek yang terletak di batang cerutu ini sangat familiar. Apakah ini adalah keluaran perusahaan pamanku?”
Martin bingung mencoba untuk menjelaskan. Cerutu mahal yang ia punya adalah sebuah hadiah dari salah satu koleganya yang ia bantu lancarkan bisnisnya. Bagaimana ia tahu itu keluaran pabrik mana.
“Aku tidak tahu, oh iya Sandi ada seorang wanita yang menunggumu selama kamu menghilang,” jawab Martin mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Pelacur mana yang kamu maksud Martin? Mana mungkin ada pelacur yang menunggu pelanggannya yang tak kunjung datang!” tegas Sandi.
Uhukkk … Mendengar ucapan Sandi Leon yang sedang merokok menjadi tersedak. DIa memukul Sandi.
“Dasar manusia sialan. Apakah di ingatanmu hanya seorang wanita yang ada di rumah bordil saja?” tanya Leon dengan kesal.
Sandi hanya menyeringai tipis. Tak lama kemudian terdengar suara Hazel dari dalam ruangan memanggil Martin. Mendangar ucapan itu mereka bertiga langsung masuk ke dalam ruangan.
“Aku sudah selesai menyelesaikan tugasku. Martin aku minta kamu selidiki kasus ini. Aku tidak mau terjadi lagi hal yang membahayakan Sandi,” bisik Hazel.
“Aku akan meminta anak buahku untuk mengumpulkan bukti di lapangan, untuk menyelidiki masalah ini, kamu tenang saja,” bisik Martin lagi.
Martin ingin memukul Jerri tapi Hazel menghalanginya ia tak ingin Sandi marah karena Martin bertindak gegabah.
“Tuan Sandi seorang nona muda mencari anda di ruang tamu,” ucap Ani memberikan informasi kepada Sandi.
“Nona muda? Apa kamu tanya siapa namanya?” tanya Sandi.
Ani menggelengkan kepalanya ia hanya mempersilahkannya untuk menunggu di ruang tamu. Ani menyebutkan ciri-ciri wanita yang datang ingin menemui Sandi. Mendengar ciri-ciri yang disebutkan Ani, Leon langsung siapa dia dan langsung merangku Sandi kalau itu adalah gadis yang diceritakan oleh Martin tadi.“Sandi sepertinya gadis itu adalah yang dimaksud oleh Martin tadi. Seseorang yang mencintaimu dan selau menunggu kepulanganmu!” seru Leon.“Aku tidak ingat siapa dia. Terlalu banyak wanita cantik disekelilingku,” jawab Sandi.“Kalau begitu ayo kita ke ruang tamu apakah kamu masih bisa menolak kecantikan gadis yang datang khusus hanya untuk menemuimu itu,” ajak Martin sambil menggandeng Sandi ke ruang tamu.Di ruang tamu terlihat seorang wanita cantik dengan kaki jenjang memakai dress sexy dengan belahan di paha memperlihatkan paha mulusnya. Lelaki mana yang tak terpesona dan hasratnya memuncak melihat wanita itu. Tapi tidak dengan Sandi yang hasrat menikmati wanita cantiknya sudah meredup
Nyonya Lusi dan Sonia segera mendatangi sumber suara. Mereka juga memapah Sandi ke kamarnya mereka melihat Sandi memegangi kepalanya yang terlihat sangat kesakitan."Apa yang terjadi sebenarnya Velope?" tanya nyonya Lusi."Aku menceritakan saat pertama kali Sandi hilang tapi tiba-tiba Sandi memegangi kepalanya dan berteriak kesakitan. Tante ini semua salahku aku mau tinggal di sini dan merawat Sandi. Aku takut terjadi apa-apa dengan Sandi," jawab Velope.Dokter yang dipanggil oleh keluarga Brawijaya sudah datang dan memeriksa Sandi. Pria tampan itu sudah tenang dan Dokter menyarankan untuk istirahat."Nyonya Lusi, tuan muda tidak boleh banyak berpikir dulu. Saya rasa di mencoba mengingat segalanya tentang hidupnya dulu. Jadi aku peringatkan pelan-pelan saja menceritakan masa lalunya," ucap Dokter."Aku mengerti Dokter," balas nyonya Lusi sembari mengucapkan terima kasih.Dokter menyarankan jangan mengganggu dulu tuan muda beberapa saat. Biarkan dia istirahat dengan tenang, Dokter juga
Sandi mengatakan dia sudah yakin dengan apa ia tentukan. Menjadikan Jerri sebagai asistennya mungkin akan membuat orang yang menyuruhnay untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sandi akan bermunculan satu demi satu. "Aku sudah yakin dengan keputusanku. Aku titipkan dia padamu selama satu bulan nanti aku akan datang menjemputnya sendiri!" tegas Sandi sambil menyesap teh yang disediakan untuknya. "Baik tuan kalau begitu sesuai dengan perintah tuan akan saya didik dia dengan baik," ucap Rudi. Sandi pergi tanpa pamit kepada Jerri sebelumnya ia hanya menitipkan secarik kertas untuk Jerri. Sampai kediaman utama keluarga Brawijaya terlihat keributan kecil di sana. Apa yang sebenarnya terjadi Sandi juga bingung dan langsung mendekati tempat kejadian yang sudah banyak orang itu. "Baru aku tinggal pergi sebentar kenapa kalian sudah ribut di halaman rumah orang?" tanya Sandi sambil menyeka keringatnya. "Lihat itu dia ada disana kenapa kalian menuduhku yang bukan-bukan bahkan Sandi terlihat
Tuan Toni mengatakan bahwa sesulit apapun membawa Velope harus ia dapatkan malam ini. Karena keinginannya hanya satu yakni ingin merebut semua yang dimiliki oleh Sandi Brawijaya keponakannya sendiri. "Aku tidak mau tahu pokoknya malam ini Velope harus menjadi milikku," ucap tuan Toni Brawijaya. "Baik tuan akan saya usahakan," jawab asisten tuan Toni. Joy selaku asisten tuan Toni menyusun siasat untuk membawa Velope apapun yang terjadi malam ini kepada tuannya. Tidak peduli Velope mau menolak dan memberontak seperti apapun dia harus tetap membawa ke kediaman tuannya. *** "Kamu sudah menghabiskan dua botol anggur merah apa perutmu tidak sakit. Dan kamu tidak mengatakan sepatah apapun kalimat padaku. Membuatku kesal saja!" seru Martin. "Sebentar lagi kamu tidak akan merasa kesal karena ada yang membuatmu senang," balas Sandi. Martin mendengus kesal karena tak mengerti apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Lebih baik ikut minum anggur daripada dibuat gila oleh Sandi. Tak beberapa
Sandi sengaja membiarkan pamannya melihat sendiri asisten dan beberapa pengawal yang ia siapkan untuk melindunginya. Mereka sudah di lumpuhkan oleh Sandi di buat pingsan di depan kamar hotel yang disewa oleh sang paman. "Dasar manusia tidak berguna kenapa tidak becus mengurus dua anak muda saja!" seru tuan Toni yang kesal. "Kamu yang tidak berguna karena memilih pengawal tidak profesional." balas Sandi sambil meninju pamannya sampai pingsan. Martin mengurus Velope yang sedang berpenampilan tidak seharusnya. Mungkin sekarang dia sudah malu karena tubuhnya hampir saja telanjang dalam sekejap Martin melepaskan ikatan tangan Velope dan menutupnay dengan mantel yang ia kenakan. "Martin aku sudah kotor," ucap Velope lirih. "Tenang saja Velope aku akan membalas apa yang pria tua itu lakukan padamu," balas Martin sambil membopong Velope untuk pergi dari Kamar itu. Sandi mengode Martin untuk membawa wanita pujaan hatinya itu dulu. Sedangkan tuan Toni di urus oleh Sandi dengan memanggil b
Sandi menatap tajam tuan Toni Brawijaya serta pak Harun yang dulu merupakan seorang staff keuangan kepercayaan papinya. Namun dia berhianat dan menjadi kaki tangan Toni setelah papinya meninggal dan mengeruk kekayaan perusahaan bersama."Sandi ini hanya laporan keuangan yang sudah lalu. Bukannya kamu perlu memeriksa laporan keuangan yang baru?" tanya tuan Toni yang berpikiran ingin mengelabuhi Sandi."Paman aku ini bukan anak kecil lugu yang bisa di bodohi seenaknya. Kalau begitu ayo kita lihat bersama laporan keuangan yang baru!" seru Sandi dengan tatapan tajam penuh tekanan.Deg ... Deg ... Deg ... Jantung tuan Toni seakan berdetak semakin cepat seakan mau copot. Entah kenapa ia merasa Sandi memberikan aura tekanan yang kuat dan menandakan dia bukan pemuda lemah yang suka foya-foya seperti dulu."Sandi kamu baru saja kembali bagaimana jika aku bawa kamu berkeliling dulu?" tanya tuan Toni."Tuan muda pamanmu benar semua karyawan harus tahu kalau tuan muda sudah kembali," imbuh pak Ha
Sandi menggaruk kepalanya sambil memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan nyonya Lusi. Akhirnya ia menemukan alasan yang tepat untuk menjawab penasaran nyonya Lusi. "Pistol ini aku memungut dari seorang pembunuh yang berada di pesta penyambutan kala itu," jawab Sandi. "Tapi bidikanmu saat menembak tangan pamanmu sebanyak dua kali sangat tepat. Apakah sebelumya kamu ada berlatih menembak?" tanya nyonya Lusi. Sandi menggelengkan kepalanya ia hanya membawa pistol untuk berjaga dan juga untuk menakuti pihak lawan. Tapi berhubung sang paman nekat untuk menjadikan nyonya Lusi sebagi tameng jadinya Sandi mencoba memakai pistol itu. "Jadi begitu mi kejadiannya. Maafkan aku karena membuat mami berpikir terlalu jauh," ucap Sandi. "Kalau begitu kamu tidak boleh membawanya setiap saat karena itu terlalu berbahaya," balas nyonya Lusi. Nyonya Lusi tidak penasaran lagi tentang pistol yang dibawanya. Saat beliau memanggil Ani untuk membantunya kembali ke kamar tiba-tiba nyonya Lus
Sandi mengangkat teleponnya. Suara dari balik telepon itu terlihat sangat panik siapa lagi dia kalau bukan Martin sahabatnya."Sandi dimana kamu sekarang. Apa kamu hidup aku akan segera kesana menjengukmu. Aku dengar kamu terluka apakah betul?" tanya Martin."Kenapa kamu menyumpahiku untuk mati. Kalau sudah mati aku aku tak bisa menjawab teleponmu, ini hanya luka ringan saja kamu tak perlu khawatir," jawab Sandi.Mendengar itu Martin sedikit lega dan menutup telepon untuk segera bekerja lagi. Sandi lega akhirnya tak ada lagi yang mengganggunya ia bisa tidur siang sekarang dengan tenang."Aku butuh istirahat semoga tidak ada yang menggangguku lagi," gumam Sandi sambil merebahkan tubuhnya."Sandi apa kamu baik-baik saja? Aku dengar kamu sedang dikeroyok orang pamanmu!" seru Leon yang buru-buru masuk kamar Sandi.Sandi kesal dan berteriak mengumpat kesal. Ia hanya ingin istirahat tapi kenapa tidak dapat istirahat dengan tenang."Bisakah kalian membiarkanku istirahat dengan tenang dulu. A