Share

Chapter 155

Penulis: MISTERIOUS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 18:14:41

Pintu gerbang batu itu terbuka perlahan, mengeluarkan suara gemeretak yang bergema di udara. Debu berhamburan, membentuk pusaran tipis yang beterbangan di sekitar mereka. Begitu celah terbuka cukup lebar, hembusan angin dingin menerpa wajah mereka, membawa aroma pengap kayu lapuk.

Xuan Li menatap ke dalam. Halaman kuil yang luas terbentang di depannya, dikelilingi bangunan-bangunan kuno yang tampak tak terurus. Dinding-dindingnya tertutup lumut, sementara sebagian atapnya telah runtuh, menyisakan rangka kayu yang mencuat.

"Hei, Wu Yu! Aku merasa ada sesuatu yang salah!" Lin Gong buru-buru meraih lengan Xuan Li, ekspresinya penuh kekhawatiran. "Tempat ini memiliki tekanan yang luar biasa."

Namun, Xuan Li hanya diam, melepaskan pegangan Lin Gong dengan gerakan halus. Sorot matanya tetap tenang, seolah ancaman apa pun yang tersembunyi di dalam kuil ini bukanlah sesuatu yang perlu ia takuti.

"Aku tidak peduli," ucapnya datar.

Lin Gong menghela napas panjang. Ia tahu percuma saja berdebat
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 435

    Tiga hari berlalu.Bagi banyak orang, itu waktu yang terlalu singkat untuk menyiapkan sebuah pernikahan. Tapi di Istana Naga Ular, segalanya berjalan cepat. Terencana. Terstruktur. Tanpa celah bagi keraguan.Saat matahari mulai naik dari balik pegunungan kabut, beberapa pelayan berseragam ungu gelap mengetuk pintu kamar tamu yang dihuni Xuan Li. Mereka membungkuk sopan dan menyerahkan sebuah peti hitam panjang, dihiasi ukiran naga dan ular melilit.“Ini jubah pengantin, sesuai adat klan kami,” ucap salah satu pelayan.Xuan Li menerimanya tanpa berkata apa-apa. Tatapannya singkat, lalu ia menutup pintu dan mempersiapkan diri.Di luar, Istana Naga Ular dihiasi dengan lilin spiritual dan kain merah pucat. Tidak ada suara riuh, tidak ada denting seruling atau tabuhan genderang. Klan naga ular tidak pernah menyukai keramaian. Bagi mereka, ikatan suci tak perlu dirayakan dengan sorak sorai. Yang penting adalah kehormatan dan pengakuan.Mo Xiang berdiri di salah satu sudut aula utama, menya

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 434

    Ketua klan naga ular suci menatap Xuan Li dalam diam. Hanya sekejap, lalu ia mengangguk tipis. “Ikut aku. Tidak baik membicarakan hal penting di luar sini.”Ia berbalik tanpa menunggu jawaban dan melangkah ke dalam istana. Xuan Li menyusul tanpa ragu, sementara Mo Xiang mengikutinya dengan langkah ringan, namun waspada. Meskipun tidak bisa dikatakan akrab, setidaknya mereka tidak sedang dalam posisi saling bermusuhan.Langit di atas Istana Naga Ular mulai menggelap, meski belum malam. Cahaya yang temaram dari dinding batu memberi suasana sunyi yang menekan. Aula utama begitu besar, dengan ukiran ular dan naga yang saling membelit di setiap tiang penyangga. Aura kuno terasa menekan jiwa.Mei Hua sudah menunggu di dalam. Ketika pandangannya bertemu Xuan Li, tubuhnya menegang sesaat. Ia tidak menyangka pria itu sekuat itu. Ketika pertama kali menggodanya, ia hanya ingin mempermainkan seseorang yang tampak dingin. Namun kini, ia justru segan."Aku... tidak menyangka kau akan menang," gu

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 433

    Mo Xiang berdiri di sisi arena dengan diam. Ia tidak mencegah Xuan Li. Dalam hati, ia bahkan ingin melihat lelaki itu menghancurkan arogansi klan naga ular suci.“Biar mereka tahu siapa yang mereka hina,” gumamnya. Senyum tipis terbit di wajahnya.Klan Naga Ular Suci memang besar. Tapi bagi Xuan Li, kekuatan mereka tidak lebih dari pasir kering di tangan. Sekilas mungkin tampak banyak, tapi hancur hanya dengan sedikit tekanan.Ketua Klan berdiri di sisi timur arena batu, tubuhnya tegak, mata tajam mengawasi. Suaranya menggelegar, menggetarkan tiang-tiang batu raksasa.“Kompetisi dimulai! Pertarungan pertama, Wu Yu melawan Lin Que!”Wajah beberapa tetua menegang. Penempatan ini bukan kebetulan. Ketua klan sengaja menempatkan Xuan Li di awal, berharap ia kalah secepatnya dan pergi membawa malu.Lin Que melompat ke tengah arena. Sosoknya tinggi, bersenjata tombak, napasnya dalam dan stabil. Ia adalah cucu salah satu tetua, dikenal dengan kekuatan dan kecepatannya.Namun Xuan Li hanya mel

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 432

    Kedatangan mereka tidak disambut hangat.Gerbang utama terbuat dari tulang naga, menjulang tinggi. Patung-patung kepala ular raksasa menghiasi sisi kanan dan kiri, mulutnya terbuka, mengalirkan kabut dingin dari dalam. Prajurit berjubah ungu berdiri di kedua sisi pintu, mata mereka tajam, penuh kecurigaan.Begitu Mei Hua melangkah turun, puluhan pasang mata langsung tertuju padanya. Sebagian berseru pelan, sebagian terdiam dengan rahang mengeras.Xuan Li dan Mo Xiang mengikuti dari belakang. Suasana di tempat ini dingin dan berat, seperti racun tak berwarna yang merayap di udara.Mo Xiang bergumam pelan. “Apa ini… sarang ular atau penjara?” Mei Hua tidak menjawab. Langkahnya tegap, tapi Xuan Li melihat tangannya sedikit gemetar. Ia tahu bukan karena takut, melainkan karena tekanan dari sejarah dan hubungan darah yang mengikatnya di tempat ini.Seseorang berteriak dari kejauhan.“Dia kembali! Mei Hua kembali!”Tak lama kemudian, sebuah suara berat menggema dari aula utama.“Bawa dia k

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 431

    Saat fajar menggigit ujung langit, aroma daging panggang perlahan mengusik kesunyian hutan kristal. Asap tipis naik di antara celah pohon, menyebarkan bau gurih yang membangkitkan naluri dasar manusia: lapar.Xuan Li membuka matanya. Meditasinya telah selesai. Napas spiritual masih mengalir di sekujur tubuh, tapi kini perutnya mengirimkan sinyal yang lebih mendesak.Ia berdiri tanpa suara, mengenakan kembali jubah hitamnya, lalu melangkah ke arah sumber aroma. Tak lama, langkah lain terdengar dari belakang.Mo Xiang menguap panjang, wajahnya masih tampak kusut.“Kenapa perutku kosong sekali…” gumamnya.Begitu mencium aroma panggangan, ia langsung terbangun sepenuhnya dan berlari mengikuti jejak Xuan Li.Di sebuah celah terbuka di antara akar pohon kristal, Mei Hua duduk bersila. Sebuah api kecil menyala di depannya, dan potongan besar daging berwarna merah keemasan berputar pelan di atas bara.Mei Hua menoleh saat Xuan Li datang. Tanpa berkata apa-apa, ia memotong sepotong dan menyodo

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 430

    Xuan Li tidak haus wanita. Ia bukan pria yang mudah tergoda oleh kecantikan, apalagi bujuk rayu. Tapi tubuh ini, sekeras apapun kendalinya, tetap manusia. Dan manusia... punya batas.Tubuh Mei Hua seperti dipahat dari serpihan roh langit dan darah naga. Kehangatannya membakar dan menenangkan dalam waktu bersamaan. Setiap sentuhan membawa aliran energi yang samar tapi dalam. Aura spiritual dari tubuh perempuan itu menyatu begitu mulus dengan jiwanya.Awalnya ia ingin menahan diri. Tapi setiap detik bersama Mei Hua mengikis logika dan mengganti kesadaran dengan insting. Dan ketika semuanya dimulai, tidak ada lagi yang bisa dihentikan.Yang tak Mei Hua sadari, teknik pemikat yang ia gunakan bukan sekadar membangkitkan hasrat pria. Dalam tubuhnya, benih yang tertinggal akan terkunci. Ras naga ular suci memang memiliki kesuburan tinggi. Begitu bersatu, kemungkinan hamil nyaris pasti.Tapi saat ini, ia tidak memikirkan itu.Mei Hua hanya ingin memastikan satu hal: pria ini, pria misterius

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 429

    Cahaya kehijauan dari pohon kristal masih menyelimuti hutan. Udara sunyi, tapi tidak nyaman. Mei Hua duduk bersandar pada batu, menatap punggung pria yang duduk bersila tak jauh darinya, diam, tenang, tapi dalam ketenangan itu tersembunyi sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata.Xuan Li.Aroma tubuh pria itu seperti giok murni yang dibakar dalam tungku roh. Ada sesuatu yang tidak biasa pada napasnya, seolah tiap helaan mengandung energi hidup yang langka. Bagi orang biasa, itu tak terlihat. Tapi bagi makhluk seperti dirinya dengan tubuh setengah spiritual, setengah keturunan naga, bau itu memiliki efek menyembuhkan yang luar biasa.Hanya dengan menghirup napas Xuan Li dari kejauhan, luka-luka halus di permukaan kulit Mei Hua mulai pulih perlahan. Rasa sakit di dalam tubuhnya menipis, seperti kabut yang terbakar matahari.Ia menunduk, menggigit bibirnya. Mata hitamnya mengerjap, mengingat pesan dari tetua klan beberapa bulan lalu."Jika kau membawa jodohmu sendiri ke audisi, ka

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 428

    Aroma logam dan belerang samar menguap di udara. Xuan Li membuka matanya. Hening. Tapi bukan hening yang tenang, hening yang mengandung sesuatu.Ia mengatur napas, duduk bersila tanpa membuat suara. Di kejauhan, terdengar desisan halus. Seperti ular merayap di bebatuan.Xuan Li tidak bergerak, hanya memusatkan indra. Suara itu tidak berasal dari sekitar pohon kristal tempat mereka beristirahat. Itu datang dari balik patahan batu di selatan.Sret.Bayangan melintas secepat kilat. Sekilas, hanya bentuk ramping, tak lebih dari siluet di bawah cahaya kehijauan.Ia menoleh sekilas pada Mo Xiang yang masih tertidur, napasnya tenang.Jari-jari Xuan Li terangkat. Garis spiritual terbentuk di udara, mengitari posisi Mo Xiang. Perisai sementara. Ia tidak akan terganggu.“Keluar,” suara Xuan Li rendah, tapi penuh tekanan. “Kau sudah cukup dekat.”Tak ada respons. Tapi udara di sekitar mulai terasa aneh. Seolah sesuatu yang licin dan dingin merayap melalui celah dimensi.Perlahan, sesosok wanita

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 427

    Xuan Li melesat menembus kabut dingin di utara kota iblis. Udara menusuk kulit, tetapi pikirannya tetap jernih. Di balik celah ruang dimensi yang ia temukan beberapa hari lalu, kini ada harapan untuk keluar dari wilayah kaum iblis. Ia telah menandai titik itu, memeriksa kestabilan celahnya, dan memastikan bahwa jalur itu bukan jebakan.Tak ada waktu untuk bersantai. Begitu jalur itu terbukti bisa dilewati, ia segera berbalik arah. Gunung Binatang Roh. Di sanalah Mo Xiang masih bersembunyi.Dengan satu sentakan tangan, ia mengaktifkan artefak terbang miliknya, sebuah perahu berhiaskan pola spiritual biru samar. Tanpa suara, tubuhnya melesat di antara langit berkabut dan gunung menjulang. Selama perjalanan, ia menahan auranya sedemikian rupa agar tidak menarik perhatian. Dunia iblis penuh dengan mata-mata dan pemburu. Tubuh gioknya kini seperti umpan emas di tengah laut yang penuh hiu.Beberapa jam kemudian, siluet Gunung Binatang Roh muncul dari kejauhan. Kabut tipis masih menyelimut

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status