“Hnghh... ada yang aneh... aliran Dao di tubuhmu meningkat?” suara serak Liang Fei terdengar memecah keheningan senja. Matanya menyipit, mengamati Xu Ming yang duduk bersila di atas batu datar.
Aura hangat dan gemuruh halus mengalir dari tubuh pemuda itu, seperti suara sungai kecil yang baru menemukan jalur alirannya. Daun-daun kering bergetar lembut di sekelilingnya, digerakkan oleh hembusan angin tipis bercampur esensi Dao yang tersebar di udara.
Xu Ming membuka matanya perlahan. Sorot matanya kini jauh lebih dalam, seperti cermin yang baru diasah kembali. Kilau cahaya senja terpantul samar di pupilnya. Ia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya pelan. Seberkas cahaya tipis melapisi energi Dao yang berkilat di kulitnya sebelum menghilang, meninggalkan jejak keheningan yang sarat makna.
“Aku menembus Taraf Dua tingkat menengah,” ujarnya pelan, seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri. “Sepertinya... karena pertarungan bert
Paviliun Obat Istana mendadak ramai oleh langkah kaki para Dan Shi, prajurit medis, dan perwakilan distrik. Peti-peti kayu kuat bertuliskan stempel merah kota dibawa dalam barisan menuju gudang utama distribusi.Zhuge Liang berdiri tegak di ujung balkon atas, menatap prosesi itu dengan napas berat. Di sampingnya, Sin Wok Yu, dengan wajah letih namun penuh kepastian, berkata, “Gelombang pertama siap. Setidaknya cukup untuk menyelamatkan dua puluh ribu orang.”“Distribusi dimulai sekarang,” ujar Zhuge pelan, tapi tegas. “Pastikan setiap pos mendapat bagian. Tidak boleh ada penyimpangan.”Di halaman utama Paviliun Obat, para Dan Shi muda berdiri dalam barisan panjang, memegang kotak-kotak kayu bersegel khusus. Di dalamnya, tertata rapi puluhan pil pencabut nyawa, penawar dari wabah hitam yang telah merenggut ribuan jiwa. Ini adalah gelombang pertama.Di hadapan mereka berdiri Zhuge Liang, dengan jubah birunya yang berkibar pelan tertiup angin."Mulai hari ini, kalian tidak hanya membawa
“Aku mohon... percayailah aku sekali lagi.”Sunyi. Tak ada satu pun dari lima kepala sekte dan keluarga besar itu yang langsung bicara saat Zhuge Liang berlutut di hadapan mereka. Suasana di dalam ruang dewan utama seolah ditelan waktu. Lampu-lampu kristal bergoyang pelan di langit-langit, memantulkan cahaya lembut ke wajah-wajah yang membatu. Aroma kayu cendana dan abu dupa yang terbakar masih samar mengambang, memberikan suasana yang sakral dan tegang sekaligus. Hanya detak jam tua di sudut ruangan yang terus berdetak pelan, membagi waktu dalam denyut yang nyaris tak terdengar.Dalam bayang-bayang pilar batu, kelima tokoh itu menatap satu sama lain. Entah karena rasa hormat, atau karena mereka belum pernah melihat seorang pemimpin kota yang dikenal dingin dan strategis, merendahkan diri sedalam ini.Zhuge Liang masih berlutut, tidak goyah.Lama... hingga akhirnya suara sepatu menggesek lantai giok terdengar."Kalau begini caramu meminta tolong, Zhuge Liang," suara Sin Lai Luo berat,
“Lapor.” Suara Jenderal Tie Shan menggema di dalam ruang dewan utama yang megah dan senyap.Zhuge Liang berdiri di hadapan jendela tinggi yang menghadap langsung ke arah pusat kota. Tangan kanannya mengepal di belakang punggung. Sorot matanya menatap kosong ke luar jendela, menembus bayangan kabut pagi yang belum sepenuhnya terangkat. Jenderal Tie Shan melangkah lebih dekat, menunduk dalam-dalam.“Ampuni saya, Tuanku. Dari semua kepala keluarga yang tercatat, hanya segelintir yang bisa kami temui dan bersedia datang. Mereka sudah memasuki pelataran.”Zhuge Liang menghela napas perlahan. Kepalanya menggeleng pelan. “Kenyataan ini menyedihkan, Jenderal. Tapi tidak mengejutkan.”Ia menoleh. “Perintahkan mereka masuk.”Tak lama kemudian, pintu utama ruang dewan terbuka. Langkah pertama yang masuk adalah sosok tinggi berjubah hitam tua bertepi merah marun. Rambutnya disisir rapi ke belakang, wajahnya tenang namun memancarkan aura tajam yang sulit disembunyikan.“Zhuge Liang,” katanya, suar
Ia mengangkat kepala, menatap Sin Wok Yu, lalu Zhuge Liang, dan akhirnya Sha Bu yang sudah hampir menangis di pojok ruangan. Dengan suara serak namun jelas, Xu Ming berkata, “Maaf membuat kalian khawatir, tapi sepertinya aku baru saja naik kelas.”Sha Bu tidak bisa menahan dirinya. Begitu Xu Ming membuka mata dan mengucapkan kalimatnya dengan suara serak namun mantap, tubuh besar pria itu langsung bergerak. Dengan langkah lebar yang menggetarkan lantai batu, ia menerobos kerumunan tanpa bicara, tanpa ragu. Dan ketika akhirnya ia sampai di depan Xu Ming yang berdiri dengan napas masih tersengal, mata sedikit sayu namun sorotnya tegas, Sha Bu memeluknya.Seketika, seisi aula terdiam. Lengan kekar Sha Bu yang biasanya menggenggam senjata atau memecahkan rahang musuh, kini melingkari bahu Xu Ming erat. Kepalanya tertunduk. Tak ada kata-kata keluar dari mulutnya. Tapi bahunya bergetar pelan.Xu Ming membeku sejenak, lalu perlahan membalas pelukan itu. Tubuhnya masih lemah, tapi kehangatan
Suasana di aula produksi mendadak membeku. Tubuh Xu Ming ambruk begitu saja, jatuh dengan suara berat di lantai batu hitam yang masih hangat oleh suhu dari puluhan tungku yang menyala. Suara dentuman tubuhnya memantul keras di seluruh sudut ruangan, memotong setiap obrolan pelan, setiap desisan uap, dan setiap langkah para Dan Shi yang sebelumnya sibuk.Beberapa orang langsung berlari panik ke arahnya. “Xu Ming!”Teriakan itu datang hampir bersamaan dari berbagai penjuru aula. Beberapa Dan Shi senior yang paling dekat segera berlutut, memeriksa denyut nadi dan kondisi napasnya. Wajah-wajah mereka langsung berubah pucat."Nadinya lemah! Napasnya tidak stabil!"Sha Bu, yang sejak awal berdiri di pinggir ruangan bersama Lin Feng dan Liu Mei, langsung melesat secepat kilat. Tubuh besar pria itu menerobos kerumunan Dan Shi tanpa memperdulikan siapa pu
Sin Wok Yu menepuk bahunya pelan. “Benar. Kompresi Qi Anti-Racun adalah teknik produksi masal. Suatu metode yang biasanya hanya dipakai dalam perang besar.”Zhuge Liang berdiri tegak, menatap seluruh aula. “Dan ingat! Tidak ada satu pun dari kalian yang boleh menyebutkan apapun tentang ini pada siapa pun di luar aula ini.” Ia berhenti sejenak, lalu mengeraskan suaranya. “Jika Lembah Moyan sampai tahu sebelum kita selesai, kesempatan kita untuk membalikkan keadaan musnah.”Semua kepala mengangguk. Sumpah tak terucap tapi dipahami semua. Sin Wok Yu mengambil jarum peraknya, menatap formula di hadapannya lalu menatap Xu Ming. Senyum samar muncul di wajahnya yang lelah namun tegas.“Bersiaplah, anak muda.”Gemeretak suara logam, desisan tungku pembakaran, dan aroma kuat dari herbal yang direbus memenuhi setiap sudut