Share

Bab 18. Fenomena Muntah-Muntah

Sore hari yang redup, rasa semangat Nala dan Amel masih berkobar meski suasana sedang gerimis disertai angin sepoi-sepoi yang terasa dingin. Sebentar-sebentar mereka melirik ke ruangan makan yang sudah dihadiri oleh tuan rumah.

"Mel, aku mau beresin dulu meja makannya, ya. Aku mau menata hidangan," pinta Nala. "Sayur bayam ini khusus saya bikin buat nyonya kesayangan."

"Ya udah. Tuh! Pak Erik udah siap-siap buat makan tapi Mang Jajang ke mana, ya? Masa sibuk nyuci mobil terus. Ini udah sore," gerutu Amel. "Masa kita yang nyuapin."

Nala hanya tersenyum tipis, seraya langsung menyambangi meja makan. Namun, langkahnya terhenti ketika mendapati Pak Erik sudah duduk di salah satu kursinya.

"Pak, mau makan, ya? Sebentar ya, saya panggil dulu Mang Jajang buat nyuapin," ucap Nala.

Di saat Nala menata hidangan, muncul Edwin dan Intan yang baru saja tiba. Mereka berdua lantas menyambangi meja makan dan duduk di kursi masing-masing.

"Mama udah pulang, Pah?" Tanya Edwin.

Erik geleng-gelen
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status