"M-mas? Kamu mau apa?" tanya Amel, menatap Wibi dengan pandangan heran. Hubungan mereka tidak sedekat ini, sampai membuatnya harus duduk di pangkuan.
Ya, Amel menemukan Wibi demam di dalam kamarnya. Wanita itu memberikan pertolongan pertama pada suaminya dengan sigap. Tapi, dia lupa belum memberikan obat penurun panas untuk meredam suhu tubuh pria ini yang berada di atas rata-rata.
"Mas?" panggil Amel tanpa sadar.
Wibi tak menjawab. Dia mengangkat satu sudut bibirnya ke atas.
'Eh? Dia tersenyum?' batin wanita berjilbab coklat ini. Amel merasa canggung. Hubungannya dengan pria ini tidak sedekat itu, sampai bisa duduk di pangkuannya dengan begitu mesra seperti sekarang.
"Kamu panggil aku apa barusan?" Wibi menatap Amel dengan pandangan penuh cinta.
"Hah?" Amel melongo, dia tidak tahu apa yang sedang Wibi bicarakan. Panggil apa? Apa dia melakukan kesalahan tanpa dia sadari?
"Kamu memanggilku... " Wibi sengaja menggantung kalimatny
Mohon maaf Author ingkar janji lagi, nggak bisa up 3x seminggu. Bener-bener nggak ada waktu. Huhuhuu.... Semoga bisa tetap up kedepannya yaa, minimal seminggu sekali. Maafkan... Salam sayang dari Author. Hanazawa Easzy
Hello Readers tercinta... Mohon maaf, untuk novel Ta'aruf Tanda Cinta ini terpaksa hiatus sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Sejujurnya, Author suka cerita ini. Tapi kafena satu dan lain hal, sepertinya belum bisa Author lanjutkan. Daripada dipaksakan nanti ceritanya jauh dari harapan kalian, jadi dengan sangat menyesal Amel & Wibi undur diri untuk sementara. Nanti kalau mood Author udah membaik, in syaa Allah segera update bab berikutnya. Sekali lagi, mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Author sangat menghargai apresiasi kalian. Tapi, sayangnya memang bener-bener belum bisa dilanjutkan. Ada projek cerita di platform lain yang belum bisa ditinggalkan. Sekali lagi, mohon maaf membuat kalian kecewa. Semoga kita segera berjumpa lagi di bab berikutnya. 🙇🙏🙏 Salam hormat dari Author, Hanazawa Easzy
"Saya terima nikah dan jodohnya ... " Seorang pria dengan jas hitam yang melekat di tubuhnya, mengucap janji suci di atas altar. Dekorasi bunga artificial menghiasi panggung persegi panjang itu. Orang-orang tersenyum, ikut berbahagia akan karunia Allah ini. Pengantin wanita duduk di samping pria yang mengucap akad tadi, mereka saling pandang dan kemudian mengulas senyum. Layaknya sepasang pengantin baru lainnya, mempelai wanita menyalami pria yang kini berstatus sebagai suaminya. Dan sebagai hadiahnya, dia mendapat kecupan di kening. Manisnya.... Puk puk "MEL?! AMELL!" Dua buah tepukan mendarat di puncak lengan Amel, salah satu tamu undangan yang hadir di tempat itu. "Kamu ngapain? Ngalamun?" tanya Meta, sahabat Amel. Gadis yang dipanggil Amel itu segera menoleh ke sumber suara, untuk kemudian tersenyum. "Ngalamun terus! Kamu pengen nikah ya?" celot
Matahari masih bersinar dengan cerah di luar sana, membuat siapa saja kepayahan. Brukk Amel membaringkan tubuhnya di atas kasur sembari memejamkan mata. Dia menatap luka baret di punggung tangan dan siku, akibat kecelakaan kecil tadi. Gaunnya koyak, menjadi korban aspal jalanan. Baru saja dia ingin terpejam sejenak, telinganya menangkap sebuah suara. Drrtt drrtt Ponsel Amel bergetar, menandakan ada panggilan masuk saat itu juga. Dengan malas, gadis 25 tahun ini mengambilnya. Nama 'Mama' tertera di sana. "Mama telepon? Ada maslah apa ya? Tumben," gumam Amel sedikit heran. Dia jarang menghubungi orangtuanya karena setiap libur ia menyempatkan pulang ke rumah. Dari tempat kosnya ini, setidaknya membutuhkan waktu satu jam sampai ke tempat tinggal mama dan papanya. "Assalamu'alaikum, Ma," sapa Amel lembut. "Wa'alaikumussalam warahmatullah." Suara itu segera menyap
Sebuah mobil warna silver terparkir di basement sebuah gedung pencakar langit bertuliskan Queen Hotel. Seorang pria dengan kacamata hitam keluar dari kendaraan roda empat itu. Dia melangkah cepat ke dalam lift yang membawanya ke lantai 7. Ting Denting nyaring terdengar sesaat sebelum pria ini berlari. Langkah kakinya dengan cepat sampai di depan sebuah ruangan bertuliskan angka 756. Kacamata hitam yang sedari tadi bertengger di atas hidungnya kini berpindah ke saku kemeja warna navy yang dipakai pria ini. Tok tok tok Tak menunggu waktu lama, ketukan itu segera bersambut. Seorang wanita berambut pirang membuka pintu di hadapannya, membuat sosok pria tampan itu terlihat. "Hello, Bi," sapa wanita itu dengan nada manja. Dia bahkan tak segan mengedip-ngedipkan sebelah matanya, menggoda makhluk di hadapannya. "Ada apa? Kenapa kamu panggil saya kesini?" Pria ini menggunakan bahasa formal, menunjukkan bahwa dia menjaga jarak sebisa mungkin dar
Kejadian tak terduga menimpa seorang pria bernama Ryan Wibisono atau yang akrab dipanggil Wibi. Dia hampir saja dijebak oleh mantan kekasihnya, Teresa, yang tengah hamil. Dan ternyata Teresa nekat mengakhiri hidupnya di lobi hotel, dimana ada begitu banyak orang di sana. Para staf dan karyawan hotel segera menolong wanita itu, membawanya ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan pertama. Dan Wibi juga ikut digiring ke sana. Bahkan seorang petugas keamanan menahan lengannya dengan erat, takut pria ini akan kabur. "Saya akan ikut ke rumah sakit. Tapi lepaskan dulu tangan saya, Pak!" geram Wibi menahan gondok. Sejak meninggalkan hotel lima menit yang lalu, lengannya tetap ada dalam cengkeraman pria berkumis ini. Seolah Wibi akan melompat keluar jika tidak ditahan. Padahal jelas-jelas tidak ada celah sama sekali untuknya bisa kabur. "Pak Security, lepas aja nggak apa-apa, Pak." Wanita resepsionis itu menengahi keadaan. "Tapi Bapak harus tanggung jawab. Ini mbakny
Pertolongan pertama pada Teresa segera dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Wibi. Para perawat dan dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) berusaha melakukan yang terbaik untuk pasien itu. Terlebih lagi, dia sedang mengandung sekarang. Resiko kehilangan nyawa lebih besar, dibandingkan wanita lain yang tidak berbadan dua.Bunuh diri merupakan salah satu dari 15 besar penyebab kematian di dunia. Setidaknya lebih dari 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri. Dan untuk pelaku dengan rentang usia 15-29 tahun, bunuh diri merupakan penyebab kematian utama.Di antara para tenaga medis itu, terdapat Winda Amelia atau yang akrab dipanggil Amel. Dia bertugas mengurus administrasi pasien. Yah, sebenarnya ini bukan tugas utama Amel. Tapi, di situasi darurat seperti sekarang, apa saja harus dilakukan dengan cepat."Dok, kondisi pasien semakin melemah. Dia butuh transfusi darah secepatnya!" ucap seorang pria dengan masker
Langit telah gelap seluruhnya saat Amel keluar dari ruang perawatan Teresa. Langkah kakinya tertuju pada ruang istirahat khusus perawat di ujung koridor. Sayup-sayup terdengar suara adzan dari pengeras suara masjid. Sudah waktunya salat maghrib.Segera saja, Amel mengambil air wudhu dan melaksanakan ibadah rutin tiga rakaat kewajibannya. Sudah menjadi keharusan sebagai seorang muslim untuk bersegera melaksanakan salat begitu masuk waktunya.Krekk krekkTerdengar bunyi gemeletuk di leher gadis 25 tahun ini. Dia menggerakkan lehernya, berharap rasa pegal yang ia rasakan akan sedikit berkurang. Tangannya sibuk, melipat mukena yang telah ia pakai dan menyimpannya lagi di dalam loker.Sejak datang siang tadi, hanya satu pasien yang ia urus, yakni pasien bunuh diri yang bernama Teresa itu. Kondisinya sudah sedikit membaik, namun masih lemah. Tubuhnya harus menyesuikan diri setelah kehilangan darah cukup banyak.
Sebuah mobil warna hitam meninggalkan pelataran rumah sakit. Di dalamnya berisi dua orang wanita dan seorang pria yang duduk di balik kemudi."Udahan dong, Mel. Jangan cemberut gitu. Jelek tahu!" Suara Delia segera memecah keheningan malam ini."Bodo amat!"BrukkAmel menjatuhkan badannya di kursi belakang dan memilih memejamkan matanya. Sebuah bantal hello kitty segera menutupi wajahnya, menyembunyikan rasa kesal luar biasa yang ia tampilkan.Delia melirik suaminya, meminta pertimbangan. Gadis di kursi belakang itu kini benar-benar marah. Delia merasa bersalah karena memaksa Amel pulang lebih awal.Pria bertubuh sedikit berisi itu menggelengkan kepala, meminta istrinya untuk tak memaksa adik sepupunya ini. Tidak ada yang salah. Mereka hanya menjalankan amanah papa dan mama. Lagipula ini juga demi kebaikan Amel.Mobil melaju membelah jala