Home / Fantasi / Tabib Cantik Milik Pangeran / 118. Lidah licin Bai Yuan

Share

118. Lidah licin Bai Yuan

Author: Donat Mblondo
last update Last Updated: 2025-07-03 16:30:55

Malam itu, istana dipenuhi cahaya. Lentera merah dan kuning bergoyang di setiap pilar, aroma dupa suci bercampur dengan bau darah yang masih tertinggal di pelataran. Tapi bagi Bai Yuan, semuanya seperti kabut.

Ia berdiri di atas panggung penobatan, diselimuti jubah kekaisaran dan mahkota baru yang terasa dingin di kepala. Di hadapannya, para pejabat tinggi, jenderal, bangsawan, dan para penonton dari tiga penjuru kekaisaran membungkuk memberi penghormatan.

Semua mata tertuju padanya. Semua suara terdiam untuknya.

Ia mengangkat tangan.

“Sebagai kaisar baru Kekaisaran Shewu,” katanya lantang, “aku membawa bukti keadilan malam ini.”

Ia melangkah maju dan melemparkan sesuatu ke lantai batu di hadapannya, kepala si lelaki bertopeng. Riuh rendah menyapu ruangan, lalu sunyi kembali saat wajah mayat itu terbuka, dan semua orang menyadari ....

Itu bukan Rai Yuan.

Wajah itu asing. Hanya seorang prajurit muda, salah satu pengawal pemberontak yang dikenal punya tubuh dan tinggi mirip Rai.

Bai Yua
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   188. Yan Zhenyu

    Bip!Bip!Bip!Suara aneh itu menusuk dari segala arah, berulang seperti mantra mekanik. Bau menyengat yang asing memenuhi paru-paru — bau kimia.Seorang lelaki muda mendadak membelalakkan matanya. Napasnya pendek. Matanya melesat, menatap langit-langit logam di atasnya, yang penuh sorot lampu putih menyilaukan.Tangannya terikat tabung. Kabel melilit dadanya. Suara mesin mengikuti dari segala sisi.Ia mencoba bangkit, tapi tubuhnya terasa berat dan lemas, seperti baru ditarik dari dalam air yang gelap. Kepalanya pusing, pikirannya kacau. Tapi bukan sepenuhnya kosong. Ada suara-suara samar yang terlintas di benaknya:"Kamu tidak boleh keluar, Zhenyu.""Ini demi menstabilkan jaringan syaraf.""Kamu akan sembuh."Suara-suara itu... terdengar jelas. Seolah ditunjukkan kepadanya."Zhenyu?" gumamnya sembari melihat sebagian tubuhnya yang setengah telanjang, hanya dibalut kain putih steril. Luka menganga di bahunya masih segar, dijahit rapi. Di sisi ranjang, layar digital menampilkan gelomb

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   187. Kerajaan Dunia Yancheng

    Tahun 2025.Dunia tak lagi dipisah oleh bendera dan parlemen. Setelah pandemi global, krisis pangan, dan keruntuhan sistem internasional, umat manusia berhenti memilih dan mulai tunduk.Kini, seluruh kekuasaan terkonsentrasi pada satu titik tunggal: Kerajaan Dunia Yancheng, dipimpin oleh Yang Mulia Raja Yan Shiming — sosok yang lebih sering disebut sebagai algoritma hidup daripada pemimpin.Ia membangun dunia baru dari reruntuhan dunia lama, berpusat di Yancheng — kota benteng berteknologi tinggi yang berdiri di atas dataran tinggi timur Asia, terisolasi dari massa publik. Kota ini dilapisi baja-kaca, dijaga drone otonom, dan dikendalikan oleh sistem pengawasan sentral bernama SIVA. Tidak ada pendapat umum. Tidak ada hak jawab. Hanya efisiensi, data, dan kendali total.Raja Yan dikenal sebagai pemimpin yang tak pernah tersenyum. Seorang mantan direktur AI global dengan latar belakang ilmu sistem, ia naik takhta bukan lewat darah, tapi lewat perhitungan. Putranya, Yan Zhenyu, satu-satu

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   186. Terbangun di abad ke-20

    Suara monoton mesin detak jantung memantul dari dinding putih. Bau antiseptik menyengat hidungnya, menusuk lebih dalam dari luka mana pun. Cahaya lampu di atas kepala membuat matanya menyipit.Sua Luqi terbangun.Napasnya pendek. Dada kirinya terasa berat, seperti ditimpa besi panas yang sudah lama tertanam di sana. Rasa nyeri menjalar di sisi tulang rusuk, tepat di tempat peluru pernah bersarang. Ia merintih kecil, menggerakkan tangan yang dipenuhi kabel infus dan sensor medis.Tubuhnya masih lemah. Tapi pikirannya langsung bertanya: di mana ini? Siapa yang tahu dia masih hidup?Sebelum ia sempat berkata apa-apa, suara yang begitu familiar — meski terdengar seperti dari mimpi — menyambutnya."Ajaib...! Kamu benar-benar sadar!"Sua memutar kepalanya. Di sisi ranjang, sosok tua dengan rambut perak tipis dan sorot mata tajam kini berdiri dari kursi rotan yang telah lama didiaminya. Kakeknya. Jin Lu.Pria itu — mantan ketua Lembaga Medis Tradisional yang dikenal luas karena prinsipnya ya

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   185. Pelepasan Jiwa

    Deg!Rai membeku. Matanya membulat. Di tengah dinginnya kulit Sua, di antara kehancuran yang menelan seluruh tempat suci itu, ia merasakan satu hal yang tak masuk akal — detak jantung.Bukan ilusi. Bukan bayangan.Detak itu nyata. Menggema di dadanya. Pelan, tapi kuat. Seperti palu kecil yang mengetuk dinding hatinya yang retak. Bukan detaknya sendiri — dan bukan pula detak dari tubuh Sua yang sudah tak bernyawa di pelukannya.Detak itu berasal dari tempat lain. Jauh. Seolah melintasi dimensi, menyusuri celah tak terlihat antara dunia ini dan sesuatu yang asing.“… Linjin?” bisiknya, nyaris tak percaya.Ia menempelkan telinganya ke dada Sua — tak ada denyut. Tubuh itu dingin. Nyaris membatu. Tapi tanda kepemilikan yang menghubungkan jiwanya dengan milik gadis itu masih membara samar, seperti sumbu api yang belum padam sepenuhnya.Dan di balik sisa bara itu... detak itu kembali terdengar.Deg.Seperti suara dari mimpi buruk yang belum selesai.Rai menarik napas tajam. Tangannya gemetar,

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   184. Mengamuk

    Seketika, mata Rai mendelik. Tatapannya menyapu seluruh penjuru lorong dan berhenti pada barisan para tetua Klan Zhen yang berdiri di kejauhan, di balik bayangan kabut yang mulai menipis.Matanya tak lagi merah membara. Tapi juga bukan mata manusia biasa.Itu adalah mata seseorang yang baru saja kehilangan segalanya, yang tak lagi peduli hidup atau mati.Rahang Rai mengeras. Otot-otot tubuhnya menegang. Napasnya berat, seperti ditahan oleh bara panas yang tak kunjung padam. Tubuh Sua masih ada dalam dekapannya, tapi perlahan ia membaringkannya ke tanah. Tangannya gemetar saat menyentuh wajah itu untuk terakhir kalinya.Lalu ia berdiri.Satu langkah. Dua langkah.Akar-akar mati yang berserakan di sekelilingnya mulai menghitam, terbakar tanpa api. Kabut yang semula diam berubah liar, berputar seperti pusaran badai.Para tetua tersentak. Salah satu dari mereka, Zhen Ruoyin, mengangkat tangannya, mencoba menahan dengan lapisan pelindung napas batin. Tapi terlambat.Hawa membunuh milik Rai

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   183. Meninggalkan Angkara

    Sua berlari menerobos kabut dan angin dingin, jubah Jenderal Thai Cung melambai seperti sayap burung yang lelah. Tanah di bawahnya sudah tak lagi terasa seperti batu atau tanah, tapi seperti aliran napas dingin bumi yang naik ke permukaan. Setiap langkah seperti menginjak bayangan.Napasnya tercekat. Dada kirinya terasa panas dan berat, seolah ada tali tak kasatmata yang menariknya menuju arah tertentu. Suara detak jantung Rai—atau entah apa yang tersisa dari jantung itu—terus berdetak dalam pikirannya, tak beraturan, tak stabil, seolah setiap dentum adalah jeritan tanpa suara.Dan akhirnya... ia melihatnya.Di tengah lingkaran tanah yang retak dan hitam, dikelilingi puluhan tombak akar runcing yang mencuat dari bawah tanah, berdiri sesosok makhluk.Rai Yuan.Atau lebih tepatnya... sosok setengah-serigala dengan tubuh luka parah, bulu hitam kelam, dan mata merah membara. Napasnya memburu, dan darah masih mengalir dari sisi rusuknya yang terkoyak.Formasi itu “Tombak Akar Penghancur Ra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status