Share

24. Shan Kerei

Penulis: Donat Mblondo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-15 09:32:54

Sua memejamkan mata. Bayangan Linjin masih bergetar di dalam benaknya. Suara teriakan gadis itu di detik terakhir hidupnya, saat tubuhnya mulai tenggelam dalam kesakitan, saat jiwanya perlahan meninggalkan dunia.

Itu adalah kenangan yang selama ini menancap dalam. Rasa kebencian dan amarah kepada mereka yang berbuat kejam. Sumber tekad yang kuat untuk membalas mereka yang menyakitinya.

Namun, setelah Sua berpikir. Akhirnya ia memberi keputusan. Ia merasa, ingatan saat jiwanya masuk ke tubuh ini pun sudah cukup menjadi bekal. Penghianatan Liu Chang dan Cai Ji, serta ketidakadilan sang ayah kepadanya. Ia masih memiliki ingatannya sendiri.

“Aku akan serahkan ingatan terakhir, saat Liu Chang membunuhku,” ujarnya.

Rai menoleh cepat, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. 'Dibunuh?'

Hening sejenak. Kabut di sekitar mereka bergoyang pelan, seakan mendengar rahasia yang baru saja terucap.

Rai mengangguk pelan. Lelaki itu tahu bahwa Sua pasti memiliki alasan memilih menyerah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   25. Pertarungan

    Kabut mengental di antara mereka, menyelimuti udara dengan bau tanah basah dan jamur tua. Hening menggantung tajam, hanya suara desiran nafas berat Shan Kerei yang terdengar, seperti geram binatang lapar. Cahaya ungu dari akar Tieh-Lan memantul samar di kedua mata mereka, menciptakan bayangan-bayangan bergerak yang tak bisa dipercaya sepenuhnya.Rai Yuan berdiri perlahan, tubuhnya tegak dan waspada. Tangannya terulur ke pedang panjang di pinggangnya, namun belum mencabutnya. Tatapannya mengunci ke arah pria bertudung itu."Kau ... masih hidup rupanya," ucap Rai, datar. "Kupikir, gurun sudah menelammu hidup-hidup."Shan Kerei menyeringai, suara tawanya rendah dan dalam. "Gurun hanya menelan yang lemah, Pangeran. Tapi aku … justru berkembang di dalamnya."Sua berdiri perlahan, tubuhnya setengah berbalik. Pisau kecil masih di tangannya, akar Tieh-Lan tergeletak setengah terpotong. Ia menatap keduanya bergantian, mencoba mengukur situasi. Namun, ia bisa merasakan, dua pembunuh alami sedan

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   24. Shan Kerei

    Sua memejamkan mata. Bayangan Linjin masih bergetar di dalam benaknya. Suara teriakan gadis itu di detik terakhir hidupnya, saat tubuhnya mulai tenggelam dalam kesakitan, saat jiwanya perlahan meninggalkan dunia.Itu adalah kenangan yang selama ini menancap dalam. Rasa kebencian dan amarah kepada mereka yang berbuat kejam. Sumber tekad yang kuat untuk membalas mereka yang menyakitinya.Namun, setelah Sua berpikir. Akhirnya ia memberi keputusan. Ia merasa, ingatan saat jiwanya masuk ke tubuh ini pun sudah cukup menjadi bekal. Penghianatan Liu Chang dan Cai Ji, serta ketidakadilan sang ayah kepadanya. Ia masih memiliki ingatannya sendiri.“Aku akan serahkan ingatan terakhir, saat Liu Chang membunuhku,” ujarnya.Rai menoleh cepat, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. 'Dibunuh?'Hening sejenak. Kabut di sekitar mereka bergoyang pelan, seakan mendengar rahasia yang baru saja terucap.Rai mengangguk pelan. Lelaki itu tahu bahwa Sua pasti memiliki alasan memilih menyerah

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   23. Penjaga Akar

    Seorang gadis—usianya kira-kira sama dengannya. Rambutnya panjang, berantakan, wajahnya dipenuhi air mata dan tanah. Mata gadis itu merah dan penuh kebencian. Tangannya terjulur ke arah Sua.“Kenapa kau mengambil tubuhku …?” bisiknya. “Kenapa kau hidup … dan aku mati…?”Sua membeku. Mulutnya kering. Gadis itu ... tidak, dia tahu siapa itu. Linjin. Wujud asli pemilik tubuh ini, yang kini berdiri di hadapannya seperti hantu tak tenang.“Kau tidak tahu apa yang sudah kulalui … dan sekarang kau berpura-pura menjadi aku?” Linjin berteriak lirih, air matanya mengalir deras.Sua menggenggam tangannya sendiri erat, jantungnya berdetak terlalu cepat. “Ilusi?" gumamnya dengan sorot mata yang tak berpaling dari gadis itu.Suara Linjin semakin keras. “Ibu mencariku. Ayah membunuhku. Dan kau datang seperti penyelamat padahal kau pencuri! Kau tidak pantas menjadi aku! Kau bahkan tidak tahu bagaimana rasanya dicampakkan …”Sua memejamkan mata sejenak, lalu membuka matanya kembali dengan sorot dingin

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   22. Sosok lain

    Tangan Sua menggenggam jemari Su Ying erat, lalu ia mengangkat tubuhnya perlahan. Matanya sudah kembali dingin, keteguhan dalam sorotnya begitu kentara. “Aku harus pergi sekarang,” katanya pelan. “Mencari bahan untuk ramuan utama.”Kemudian gadis itu menoleh pada Chunying yang berdiri tegak tak jauh dari ranjang. “Aku serahkan keselamatan ibuku padamu.”“Baik, Nona. Tidak akan ada satu orang pun menyentuh beliau tanpa sepengetahuanku,” jawab Chunying tegas.Tanpa bicara lebih banyak, Sua menurunkan tirai ranjang ibunya, membenahi lentera agar tetap menyala hangat sepanjang malam, lalu melangkah keluar paviliun bersama Rai Yuan. Keduanya menyusuri lorong sempit bagian belakang kediaman, di mana para pelayan biasa melewati jalan pintas menuju dapur dan taman belakang.Sua singgah di dapur sebentar, mengambil beberapa bambu dapur yang bisa dijadikan herbal. Kemudian, ia menyamarkan wajahnya dengan kerudung, sementara Rai berjalan santai, seolah hanya mengiringi pelayan yang sedang mengan

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   21. Kasih sayang

    Air mata mengalir pelan dari sudut mata Su Ying. Ia ingin bicara. Ia ingin mengatakan banyak hal, tentang siapa sebenarnya dirinya, tentang Han Feng, tentang rahasia yang disembunyikannya dengan paksa demi menjaga putrinya tetap aman. Tapi lidahnya kelu, dan suaranya hanya terdengar seperti desah napas yang terputus."Hng ..." hanya suara berat itu yang keluar.Sua langsung menunduk lebih dekat, panik namun masih tenang. "Ibu, jangan memaksa bicara. Aku tahu ... ada sesuatu yang ingin Ibu katakan. Tapi jangan sekarang.Su Ying mengedip lemah, matanya memohon.Sua mengangguk perlahan, menggenggam tangan ibunya lebih erat. "Bertahanlah, Ibu. Dalam satu pekan ini, aku akan menyembuhkanmu."Meskipun Su Ying merasa bahwa gadis yang berada di sisinya bukan Linjin yang sebenarnya, hati wanita itu luluh dengan ketulusannya. Tatapan Su Ying menguat sedikit, seolah menanggapi tekad itu.Sua membungkuk, membisikkan kalimat terakhir tepat di telinga ibunya. “Jangan biarkan mereka melihat kelemaha

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   20. Wang Chunying

    "Aku membutuhkan seseorang untuk mengantarkan ramuan sementara kepada ibuku pada waktu Shi Si. Apakah orang kepercayaan Anda bisa diandalkan?"Rai Yuan tersenyum tipis. Untuk pertama kalinya, Sua tidak hanya memerintah atau mencibirnya, tapi mengajukan permintaan yang menunjukkan kepercayaan. Meski nada suaranya tetap tegas, Rai tahu itu berarti bahwa ia mulai mengandalkan dirinya.Lelaki itu melangkah mendekat dan secara tiba-tiba menggenggam tangan Sua.Sentuhan itu membuat Sua menegang, tapi ia tidak langsung menariknya. Rai menggenggamnya lembut.“Kemarilah!” ujar Rai pelan.Sua mengikuti, enggan namun tak menghentikan langkah. Mereka menyelinap keluar dari paviliun, menuruni jalan setapak menuju sayap barat kediaman dalam, tempat ruang pelayan disamarkan di balik taman kecil.Di bawah pohon plum tua, berdiri seorang pemuda berseragam gelap yang tubuhnya ramping dan sigap. Ia mengenakan penutup wajah separuh, tapi matanya yang tajam dan penuh percaya diri membuatnya tampak seperti

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   19. Catatan Penyembuhan

    Sua menatap kembali tubuh ibunya. Meski satu parasit telah berhasil dikeluarkan, napas Su Ying masih belum stabil. Tubuh parasit itu sedikit menggeliat, tanda nyawanya belum padam, tapi juga belum aman.Sua menyeka keringat sang ibu dari dahinya, lalu menelusuri perlahan bagian tubuh yang lain.Sebelum itu, ia berkata kepada sang pangeran. “Yang Mulia, jika Anda masih memiliki rasa hormat, tolong menghadap tembok atau keluar sebentar.”Rai Yuan, menyadari maksudnya, mengangguk dan berkata, “aku menunggu di luar jendela. Panggil jika kau butuh sesuatu.”Kemudian Sua mulai memeriksa dari area dada, perut, lalu ke bawah lengan. Jemarinya tajam seperti mata pisau, mengamati setiap perubahan di permukaan kulit. Dan di sisi kanan perut, tepat di atas limpa, ia menemukan tonjolan lain, kecil tapi terasa hidup di bawah kulit.“Yang satu di leher, yang lain di bawah limpa…” gumamnya. “Bisa jadi masih ada yang lain.”Sua mundur sejenak, lalu berdiri.“Parasit ini… seperti akar racun. Cabut sat

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   18. Tidak hanya satu

    Sua berbalik cepat. Bayangan seseorang memanjat masuk dengan ringan dan hening. Hanya satu orang yang bisa sesantai itu di malam yang bahaya ini.Rai Yuan.Sua langsung berdiri. “Anda mengikutiku?” Nadanya tajam.Rai melompat turun dari bingkai jendela, tak menghiraukan nada gadis itu. Ia menghampiri, lalu mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil dari balik jubah panjangnya.“Aku datang ke kediaman ini untuk memberimu sesuatu,” katanya tenang. “Dan ketika kau kabur tanpa sepatah kata pun, aku penasaran. Sekarang aku tahu… ini mungkin akan berguna.”Sua menatapnya curiga, lalu melirik ke kotak itu. Rai membukanya perlahan. Di dalamnya tergeletak satu set jarum akupuntur perak yang mengilap, terikat rapi dengan kain merah halus.Suatu kebetulan yang nyaris terlalu sempurna. Sua menatap kotak kayu itu—jarum-jarum perak yang terikat rapi dengan kain merah, berkilau di bawah cahaya lentera. Sebuah hadiah yang terlalu tepat untuk waktu dan kondisi seperti ini.Matanya menyipit.“Anda membuntuti

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   17. Keadaan ibu

    "Apa kau selalu keluar seperti ini setiap malam?" ujar lelaki itu sedikit membungkuk, hingga wajahnya terekspos oleh cahaya lentera— Rai Yuan."Yang Mulia?" Sua benar-benar tidak mengerti apa yang ada di benak lelaki ini. "Apakah Anda sedang memiliki suatu urusan di Kediaman Perdana Menteri?""Ya, urusan untuk bertemu denganmu," balasnya.Dahi Sua mengernyit. "Bertemu, denganku?"Rai mendekatkan wajahnya, tersenyum menggoda di hadapan Sua seraya berkata, "iya. Hanya untuk menemuimu."Sua menoleh cepat, langkahnya sedikit mundur. Kemunculan Rai yang mendadak, membuat jantungnya semakin berdebar tidak karuan.Ia menegakkan tubuh, menjaga jarak, menatap lelaki itu dengan campuran curiga dan waspada. Lentera yang tergantung di dinding memantulkan cahaya temaram ke wajah Sua yang masih mengenakan pakaian pelayan.“Aku tidak sedang bermain-main malam ini, Yang Mulia,” ucap Sua tegas, suaranya sedikit berbisik. “Aku ingin menemui ibuku.”Wajah Rai berubah. Tatapannya menjadi lebih serius, me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status