Dania awalnya terkejut dan gugup, Dania mengerutkan keningnya. Dania merasa Sutangji akan terus menindasnya jika dia menunjukkan kelemahannya.
Sutangji sudah curiga padaku, apa yang harus aku lakukan sekarang? Pria ini memiliki kekuasaan di kota. Sementara aku? Bagi Sutangji aku hanya seekor semut yang hanya memiliki satu nyawa! Tapi jika aku menyerah dan terlihat lemah dia pasti akan terus menindasku sesuka hati! Aku tidak mau bernasib sama dengan Waning! Aku tidak mau mati konyol di sini!Dania ingat perkataan tabib Tua di gunung kemarin tentang Waning yang sudah meninggal dunia, Dania tidak bisa mempercayai siapapun! Termasuk Sutangji yang ikut hadir dalam acara beberapa hari lalu di penginapan.Tiba-tiba Dania langsung mencengkeram dada bidang Sutangji. Ekspresi wajah Sutangji berubah gugup, Dania ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak bisa diperlakukan semena-mena oleh siapa pun!“Lihatlah lagi wajahku dengan jelas? Apa kamu masih tidak bisa melihatnya? Siapa akDania tiba di rumah keluarga Hu ketika hari sudah gelap, saat hendak melangkah masuk ke dalam gerbang kediaman Dania melihat kereta kuda berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri.“Siapa itu? Apa ada tamu malam ini?” Dania melihat wanita paruh baya turun dari dalam kereta, seorang pelayan membantunya turun dari samping kereta sembari menggenggam tangan Nyonya yang dilayaninya.Dania terus menatapnya. Ketika Nyonya entah dari keluarga mana tersebut melihat Dania, tiba-tiba wanita itu berlari dan langsung memeluknya dengan erat. “Putriku! Kamu baik-baik saja? Aku dengar Jenderal Agung melamarmu? Bagaimana? Apakah kalian sungguh akan menikah?”Putriku? Menikah? Dania terpaku membisu dalam pelukan wanita itu. Siapa wanita ini? Kenapa tidak ada ingatan sama sekali tentangnya? Apakah Waning begitu membencinya? Dania mencari secuil ingatan di dalam kepalanya. Semuanya terasa gelap, dan hanya ada sedikit sekali yang tersisa tentang wanita yang kini bersikap seolah-ola
“Bisakah kamu tidak mengungkitnya lagi?” tanya Dania dengan nada tenang. Dania berusaha menahan diri agar tidak marah lagi. Dania langsung berdiri dan berniat meninggalkan ruangan.“Kalau kamu masih ingin pergi jangan salahkan aku jika malam nanti aku muncul di dalam kamar putri pertama keluarga Hu!” ancam Sutangji.Dania menghela napasnya lalu berjalan kembali mendekat dan duduk di sebelah Sutangji.“Kamu takut aku muncul di dalam kamarmu?” Sutangji sengaja memancingnya lagi.Dania menoleh ke arah Sutangji, jika di zaman kuno tidak ada hukum penggal kepala pasti sudah sejak tadi Dania memukul kepala pria di sebelahnya itu sampai gegar otak!“Aku heran sekali kenapa kamu bisa menyandang status seorang Jenderal Agung kalau isi kepalamu penuh dengan kotoran!” balas Dania.“Kamu beraninya!” Sutangji sangat marah mendengarnya lalu menekan tubuh Dania ke ranjang dan menahan kedua tangan Dania.“Kamu masih marah aku berkata seperti itu? Sadarlah! Lihat apa yang
Dania awalnya terkejut dan gugup, Dania mengerutkan keningnya. Dania merasa Sutangji akan terus menindasnya jika dia menunjukkan kelemahannya.Sutangji sudah curiga padaku, apa yang harus aku lakukan sekarang? Pria ini memiliki kekuasaan di kota. Sementara aku? Bagi Sutangji aku hanya seekor semut yang hanya memiliki satu nyawa! Tapi jika aku menyerah dan terlihat lemah dia pasti akan terus menindasku sesuka hati! Aku tidak mau bernasib sama dengan Waning! Aku tidak mau mati konyol di sini!Dania ingat perkataan tabib Tua di gunung kemarin tentang Waning yang sudah meninggal dunia, Dania tidak bisa mempercayai siapapun! Termasuk Sutangji yang ikut hadir dalam acara beberapa hari lalu di penginapan.Tiba-tiba Dania langsung mencengkeram dada bidang Sutangji. Ekspresi wajah Sutangji berubah gugup, Dania ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak bisa diperlakukan semena-mena oleh siapa pun! “Lihatlah lagi wajahku dengan jelas? Apa kamu masih tidak bisa melihatnya? Siapa ak
Dania hanya menganggukkan kepalanya, setelah selesai sarapan Dania dan Jiwenhu pergi ke Kantor Sekretaris Kerajaan. Jiwenhu ingin mendaftarkan Dania untuk ikut ujian ekslusif. Mereka tiba di sana dan disambut oleh penjaga kantor. “Tuan Hu, ada yang bisa saya bantu?”“Aku ingin mendaftarkan putriku ujian, dia akan melakukannya di sini, tahun ini dia akan ikut serta ujian umum tingkat tujuh kerajaan.”Penjaga kantor langsung memberikan buku formulir serta daftar hadir dalam proses pendaftaran untuk diisi.Jiwenhu mengisinya lalu memberikannya pada Dania. “Ayah akan pergi bertugas, kamu tahu ayah sangat sibuk dan tidak bisa menemanimu di sini. Kamu tidak apa-apa kan sendirian di sini?” Jiwenhu sedang menguji Waning, sebelum-sebelumnya dia selalu menemani Waning kalau tidak anak gadisnya itu akan menangis dan menolak mengerjakan soal ujian. Meski hasilnya juga selalu gagal, meski sudah dicoba dan memberikan guru yang cerdas untuk mengajar Waning, Waning tetap
***Di dalam kereta kuda, Juan dan Butai terus menatap Dania dengan tatapan mata curiga dan was-was. Dania merasa dua kakak Waning menyimpan banyak pertanyaan yang ditujukan pada Dania.“Kalian kenapa bersikap canggung begini? Tanyakan saja apa yang ingin kalian tanyakan padaku.”“Kamu sungguh tidak tahu di mana Waning yang asli?” tanya Butai lantaran tidak sabar menunggu.“Aku sungguh tidak tahu di mana dia, apa dia sungguh mati? Kalau kalian bertemu dengannya aku pasti sangat bersyukur, kalian tidak ingin mencarinya?” tanya Dania pada dua kakak Waning.Juan langsung menelan ludahnya sendiri. Juan dan Butai tetap bungkam, mereka masih tidak bisa mengerti dengan semua peristiwa yang terjadi baru-baru ini.“Aku terjaga di dalam penginapan bersama Jenderal bengis itu, apa mungkin dia yang sudah membunuhnya? Apakah ini masuk akal? Sebelumnya dia sangat membenci Waning lalu tiba-tiba datang untuk melamar pagi-pagi buta!” Dania dengan sengaja mengalihkan topik per
Melihat Dania dan kedua kakaknya terus mencermati lukisan miliknya, Pak Tua segera mengambil lukisan itu kembali dari mereka bertiga.“Jangan sampai kalian merusaknya!” omel Pak Tua.Dania tiba-tiba memiliki ide. “Pak Tua, Anda yakin aku Dewi bulan? Bagaimana jika Anda keliru? Bisa saja aku hanya mirip dengannya.” Pancing Dania.“Ada di sini!” Pak Tua menunjuk ke arah pungungnya sendiri lalu menunjuk ke arah Dania. “Minta kedua kakakmu untuk memeriksanya! Aku tidak mungkin salah!”Butai dan Juan saling bertukar pandang mereka serentak menganggukkan kepala lalu bergegas memegangi Dania sementara Butai memeriksanya. Butai menyingkap baju di punggung Dania untuk memeriksanya.Dania ingat dia memang memiliki tanda lahir tersebut tapi dia tidak tahu apakah Waning juga memiliki tanda yang sama seperti dirinya, tanda lahirnya mirip seperti bulan sabit merah gelap di sisi kanan punggung bawah bahu.“Benar-benar ada,” gumam Butai.Juan tidak percaya jadi ikut melihat. “Ya, ada! Tapi Waning sam