Di sisi lain, Dania dan rekan-rekannya sudah sampai di perhentian ketika hari tengah malam. Dania turun dari dalam kereta sambil terkantuk-kantuk.
“Nona masuklah, saya akan memesan kamar di dalam, barang-barang Nona biar kami saja yang membawanya,” ujar salah satu pelayan yang biasanya melayani para prajurit.Dania menatap pelayan tersebut sudah mulai memindahkan barang yang dibutuhkan Waning menuju ke dalam penginapan.Sutangji mengawasinya dari atas kudanya.Dania masih belum masuk ke dalam penginapan, ketika bertemu tatap dengan Sutangji Dania merasa aneh, Dania hanya berpikir Sutangji licik dan berniat melakukan sesuatu padanya. Dania berjalan santai masuk ke dalam lalu duduk di kursi ruangan utama penginapan untuk memesan makanan dan satu teko teh.Semua orang sudah turun dari dalam kereta mereka lalu masuk ke dalam penginapan. Mereka menuju ke kamar masing-masing. Hanya beberapa prajurit yang tetap tinggal di ruangan utama penginapan, mereka juga memesan m“Tuan? Apa ini?” tanya Dania dengan ekspresi tidak mengerti.“Nona buka saja, Nona akan tahu,” jawabnya.Dania segera membukanya dan ternyata di dalam kotak tersebut berisi pisau bedah dan alat suntik yang pernah Dania gunakan di zaman kuno. Bentuknya cukup unik karena terbuat dari besi anti karat di zaman modern. Ada juga beberapa gulungan kain dengan aneka bentuk jarum di sana.“Sebenarnya saya adalah pelayan Dewi Tinggi di Kota alam Dewa, pada saat Dewi Tinggi turun ke alam manusia saya memutuskan untuk ikut serta. Saya hidup sudah sangat lama, saat sudah menua saya akan terlahir kembali, ketika dewasa saya terus dipilih menjadi wali kota di sini. Ingatan tentang masa lalu juga masih utuh! Harapan saya bisa bertemu dengan Dewi Tinggi akhirnya terwujud. Saya menyimpan alat medis ini karena dulu Dewi Tinggi selalu membawanya di dalam tas beliau saat sedang menangani pasien. Saya menemukannya di alam manusia setelah gerbang Kota alam Dewa resmi disegel. Manusia biasa tid
Dania masih belum memejamkan matanya, dia hanya rebah di atas ranjang sambil memikirkan masalah yang terjadi. Dania teringat dengan kondisi penduduk yang di sisi kanan dan kiri jalan ketika memasuki wilayah Kota Utara. Tepat saat Dania hendak memejamkan matanya, tiba-tiba sekelompok aneka jenis ramuan obat muncul di dalam kepalanya. Seketika Dania langsung membuka matanya, ada satu jenis obat lagi yang lebih mujarab akan tetapi tanaman obat tersebut terdapat di tengah gurun pasir di luar gerbang wilayah Kota Utara. Dania ingat Dewi Tinggi pernah memanen aneka jenis tumbuhan obat di sana termasuk penemuan racun sembilan ular beratur-ratus tahun yang lalu, semuanya didapatkan dari wilayah terlarang yang ada di hutan luar perbatasan Kota Utara.Dania mengambil kertas dan mulai menggiling tinta, dia duduk di kursi dalam kamarnya untuk membuat catatan tentang ramuan untuk mengatasi bencana wabah di wilayah Kota Utara.“Untuk mengatasi wabah ramuan ini cukup manjur, gejala ya
Dania masih berdiri di luar, pelayan prajurit yang biasa membantunya segera pergi menghampirinya. “Nona, barang-barang Nona sudah saya letakkan di dalam, mari saya antar ke kamar Nona.” Ujarnya pada Waning.Dania berdiri dengan tenang sambil menatap keributan di pintu masuk gedung pemerintahan, beberapa orang berebut untuk mendapatkan ruangan, beberapa lainnya saling membentak beradu mulut karena masalah sepele. “Kamu bisa masuk ke dalam di tengah keributan itu? Mereka memenuhi pintu dan perilaku mereka menyulitkan kandidat lain untuk masuk ke dalam gedung. Mereka sejak tadi bertengkar dan memaki satu sama lain. Di mana Jenderal Su?”“Saya mengikuti saran Nona, sebelumnya Nona bilang pada saya akan lebih baik lewat pintu belakang. Di pintu belakang gedung saya bisa masuk dan menemukan kamar yang cocok untuk Nona!” Serunya dengan wajah senang. “Nona, Jenderal Su sedang memerintahkan beberapa orang untuk membuat tenda di luar gedung, ruangan di dalam sepertinya cukup
Di sisi lain, Dania dan rekan-rekannya sudah sampai di perhentian ketika hari tengah malam. Dania turun dari dalam kereta sambil terkantuk-kantuk.“Nona masuklah, saya akan memesan kamar di dalam, barang-barang Nona biar kami saja yang membawanya,” ujar salah satu pelayan yang biasanya melayani para prajurit.Dania menatap pelayan tersebut sudah mulai memindahkan barang yang dibutuhkan Waning menuju ke dalam penginapan.Sutangji mengawasinya dari atas kudanya.Dania masih belum masuk ke dalam penginapan, ketika bertemu tatap dengan Sutangji Dania merasa aneh, Dania hanya berpikir Sutangji licik dan berniat melakukan sesuatu padanya. Dania berjalan santai masuk ke dalam lalu duduk di kursi ruangan utama penginapan untuk memesan makanan dan satu teko teh. Semua orang sudah turun dari dalam kereta mereka lalu masuk ke dalam penginapan. Mereka menuju ke kamar masing-masing. Hanya beberapa prajurit yang tetap tinggal di ruangan utama penginapan, mereka juga memesan m
***Di sisi lain, Sutangji mengikuti Waning dari belakang. Sutangji mengira Waning menerima cinta Guwenki dan akan dijadikan salah satu selirnya karena melihat Waning memakai gelang pemberian Guwenki.“Waning! Tunggu!”Dania masih marah dan tidak ingin bicara dengan Sutangji, Dania langsung masuk ke dalam kereta kuda miliknya dan menutup pintu.Sutangji tidak bisa membiarkannya, dia segera menyerahkan tugas memimpin jalan pada bawahannya lalu berniat masuk ke dalam kereta Waning untuk berbicara dengannya.“Kamu pimpin jalan untuk sementara, ingat arah yang aku tandai ini, kita akan tiba di desa setelah melewati jalan ini. Sampai di sana akan ada penginapan, kita bisa bermalam di sana sambil membeli tambahan obat-obatan untuk merawat kandidat yang terluka.” Perintahnya pada komandan yang bertugas.“Baik, Jenderal Agung Su!”Sutangji segera masuk ke dalam kereta. Waning di dalam kereta sedang meminum teh langsung berniat menendang Sutangji keluar dari dalam
Dania bersumpah dan menolak bicara dengan Sutangji, Dania juga belum kenyang karena Sutangji mengganggunya saat menikmati sarapannya pagi tadi. Semua orang sudah berkemas-kemas sementara Dania masih membersihkan tubuhnya di sungai.“Sutangji iblis sialan itu! Awas saja!” gerutunya dengan wajah penuh emosi.***Di sisi lain, Yulia sudah tidak mengoceh lagi, tapi dia merasa sangat kelelahan tanpa tahu apa alasannya. Yulia juga tidak bisa menikmati sarapannya karena kedua pipinya terasa sakit seeprti habis dipukuli.Pelayan yang melayani Yulia di sisinya tampak cemas melihat kondisi Yulia. “Pipiku kenapa sakit sekali? Sebenarnya apa yang terjadi padaku?” gumamnya sambil bercermin untuk memeriksa wajahnya.“Nona, makanlah dulu, sebentar lagi semua orang akan berkemas-kemas, Jenderal Agung Su sudah memberikan komando pada semua orang.” Pelayan tersebut menyodorkan nampan sarapan untuk Yulia.Yulia masih memikirkan apa yang terjadi padanya. “Aku tidak ingin ma