Share

Lamaran

Yang tampak di dalam kotak itu adalah lingerie berwarna merah menyala. Segera kututup kembali kotak itu.

"Apaan, sih, kamu ini, Ri?"

Yang kutanya membalas dengan tawa.

"Bentar lagi kan, Kak Arta mau nikah. Anggap aja kado pernikahan," jawabnya sambil masih tertawa.

Aku mencebik dan hendak mendaratkan pukulan kecil di lengannya, tapi ia berhasil menghindar.

"Udah, jangan ribut. Ayo, sekarang kamu buka kado terakhir. Dari Evan."

"Nggak harus sekarang, kok, Tante," Evan bersuara tanpa diminta.

Aku bersyukur dengan ucapannya. Lebih baik kado dari laki-laki itu kubuka saat sendiri nanti. Aku tak ingin jadi bahan ejekan dua kakak adik yang tingkahnya kadang absurd. Riri dan Anang.

"Ta, karena ini sudah malam, kami pamit, ya. Besok, Mama minta kamu ke rumah. Kita makan malam bersama."

Aku mengangguk. Mengucapkan terima kasih, lalu memeluk mereka satu persatu. Kecuali Evan. Laki-laki itu cukup tahu diri dengan berdiri agak jauh dariku.

"Saya nyusul ya, Tante. Ada yang mau dibicarain seben
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status