Share

Adelaide

last update Last Updated: 2021-03-26 20:38:53

Empat hari yang lalu, kota Adelaide, Australia.

"Dad! Plis dong jangan!" Jessie terlihat memelas pada ayahnya.

"Apanya jangan?" tanya Finlay—ayah Jessie.

"Jangan kirim aku ke sana!" 

Finlay menatap putrinya itu, ia terlihat bingung karena putrinya menolak mengurus perusahaan cabang miliknya yang sedang tidak stabil kondisinya.

"Daddy nggak bisa pergi, Jes! Kamu tega perusahaan Daddy bangkrut?" tanya Finlay sedikit mengangkat kedua alisnya.

Jessie mencebik sebal, bibirnya sudah mengerucut dua centi meter. "Kirim aku ke mana pun, ke Afrika juga boleh asal jangan kesana!" kekehnya tak mau tahu alasan ayahnya mengirim dirinya.

"Jessie sayang, hanya kamu yang bisa Daddy percaya. Tolong ya!" Kini gantian Finlay yang memelas pada putrinya.

Jessie terperanjat bingung, hal yang paling tidak bisa ia lihat adalah wajah ayahnya yang sedih.

"Ish ... Daddy jangan pasang wajah kayak gitu!" protes Jessie seraya menutup matanya.

Finlay tersenyum, ia kemudian memegang kedua pundak putrinya, meyakinkan gadis yang sudah dewasa itu untuk menuruti perintahnya.

"Kalau begitu tolong Daddy, ya! Bukankah kamu dulu pengen ke sana?" 

Finlay mengingatkan Jessie, beberapa tahun yang lalu gadis itu merengek minta tinggal di Indonesia. Tapi, karena Finlay takut jika meninggalkan putrinya hidup sendiri, ia pun tidak mengizinkan Jessie ke Indonesia sendiri.

"Itu dulu! Sekarang nggak!" Jessie bersidekap pura-pura merajuk.

"Dasar Daddy! Kalau tahu sekarang mau kirim aku ke Indonesia, dua tahun lalu aku tidak perlu meminta putus padanya, saat ini dia pasti membenciku." Jessie menangis dalam hati, ia tidak sanggup jika harus bertemu Arkan saat di Indonesia, pemuda yang pernah mengisi hari-harinya kemudian ia patahkan hati pemuda itu karena suatu hal yang tidak bisa ia katakan.

"Tiket dan kebutuhanmu sudah di siapkan, kamu tinggal berangkat besok!" perintah Finlay tak mau tahu.

Mulut Jessie menganga tidak percaya, dia sampai mengacak-acak rambutnya sendiri karena frustasi.

"Daddy!!! Bunuh saja aku!!" teriaknya yang tidak digubris oleh sang ayah.

_

_

_

_

Hari berikutnya, tanpa mandi atau bahkan memakai make-up Jessie sudah dipaksa masuk pesawat. Untung dia masih diberi kesempatan ganti baju, kalau tidak dia mungkin akan naik pesawat dengan piyama gambar Pororo.

Jessie mencebik kesal, bahkan para pramugari sepertinya sudah bersekongkol dengan ayahnya. Itu bisa terlihat ketika dua pramugari tidak mau beranjak dari samping kursi yang ia duduki.

"Daddy keterlaluan!" gerutunya yang hanya disambut oleh senyum hangat dari dua pramugari itu.

Setelah pesawat lepas landas, dua pramugari itu meninggalkan Jessie di kursinya. Jelas gadis itu tidak mungkin bisa kabur dari dalam pesawat yang sedang mengudara.

Jessie menatap awan dari jendela, pikirannya ikut terbang melayang kembali ke masa dua tahun lalu ketika ia memutuskan hubungannya dengan Arkan lewat pesan Chat.

Kala itu ia mengetik kata yang tercipta menjadi sebuah paragraf yang panjang. Dia ingat betul bagaimana Arkan membalasnya.

[Kenapa kamu bilang begitu?]

[Apa ada masalah?]

[Jes! Jawab!]

[Jangan mengabaikan pesanku!]

[Aku butuh penjelasan!]

[Aku akan ke sana jika kamu tidak menjawab!]

[Jes! Aku serius!]

Jessie mendesah kasar, ia tidak berani menjawab pesan Arlan saat itu. Ia hanya membacanya kemudian mematikan nomornya, menggantinya dengan nomor baru. Ia bahkan sampai memutus hubungan komunikasi dengan Shelly dan Jihan kedua temannya yang ada di Indonesia.

"Semoga dunia tidak sesempit daun kelor, atau aku bertemu denganmu dengan cara seperti cerita di novel-novel atau drama telenovela. Jika bisa jujur, aku tidak siap bertemu dengamu dan aku masih merasa bersalah karena memberimu sebuah harapan yang semu."

Jessie masih menatap awan putih yang tercipta dari kepulan asap yang membentuk indah. Pikirannya benar-benar kalut di selimuti kegundahan rasa bersalah dan penyesalan.

_

_

_

_

Setelah perjalanan selama hampir tujuh jam. Pesawat yang dinaiki Jessie akhirnya mendarat dengan lancar di bandara terbesar di kota itu.

Berjalan dengan malas, Jessie menuruni anak tangga dengan kaca mata hitam yang menutupi manik mata hitam dengan bulu mata yang lentik. Menyeret kopernya, Jessie langsung disambut oleh sekretaris kepercayaan ayahnya di kota itu.

"Non Jessie, ya?" tanyanya dengan suara khas orang Jawa.

"Iya," jawab Jessie seraya membuka kaca matanya.

Pemuda itu mengulurkan tangannya, memberi salam seraya memperkenalkan diri. "Saya Feri, sekretaris di perusahan Tuan Finlay."

Jessie membalas jabat tangan Feri sebagai rasa hormat. Akhirnya Feri membukakan pintu mobil untuk Jessie dan mempersilahkannya masuk. Setelah memasukan koper Jessie di bagasi, sekretaris kepercayaan Finlay itu mulai mengemudikan mobil yang ia bawa menuju apartemen milik keluarga Jessie.

Sepanjang jalan, Jessie hanya mengamati jalanan yang dilalui. Semuanya terlihat berbeda setelah enam tahun, lebih banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi juga kini area lapang sudah sangat jarang terlihat, semuanya sudah beralih menjadi perumahan atau gedung perkantoran.

Perusahaan ayah Jessie bergerak dalam ekspor impor produk makanan, perusahaan itu sudah berdiri dari Jessie kecil. Selama beberapa tahun ini perusahaan itu baik-baik saja. Tapi entah kenapa dua bulan lalu kinerja perusahaan itu menurun. Jessie yang awalnya menjabat sebagai wakil direktur di perusahaan ayahnya yang ada di Adelaide, tiba-tiba diminta sang ayah untuk pergi ke Indonesia mengurus perusahaan itu agar tidak bangkrut. 

Bagi Finlay, perusahaan itu bangkrut dan tutup tidak masalah baginya karena ia masih memiliki beberapa cabang perusahaan di negara lain. Tapi bagaimana dengan nasib pekerjanya? Jika perusahaan itu ditutup, tentu saja akan ada ribuan karyawan dan pekerja pabrik yang akan menjadi pengangguran setelahnya. Inilah alasan Finlay meminta Jessie sendiri yang mengurusnya karena ia percaya jika putrinya itu pasti mampu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Takdir Cinta Arkan   Ending

    Dani diminta tinggal di apartemen Arkan, ia menyediakan segala kebutuhan bocah kecil itu, tidak lupa Arkan memberikan pendidikan yang terbaik untuk bocah yang sudah resmi menjadi bagian dari keluarganya.Arkan sendiri masih tinggal di rumah Alesha, tapi ia sesekali tetap menengok Dani di apartemen. Arkan menunggu Chloe benar-benar bisa diurus sendiri, ia tidak ingin jika kesibukannya membuat Chloe kurang perhatian.Kini hari-hari Arkan mulai berwarna, Chloe yang sudah bertambah usianya semakin lucu dan menggemaskan. Bahkan saat berumur satu tahun, Chloe bisa sudah bisa mengucapkan beberapa kata meski belum jelas."Pi, Pi!" Chloe berceloteh di dalam kamar, ia terlihat memainkan kakinya dengan sesekali menggigit jempol kaki lalu tertawa renyah.Alesha yang menyadari jika sang keponakan sudah berbicara pun merekamnya, ia mengirimkan video pada Arkan yang berada di kantor.Arkan seda

  • Takdir Cinta Arkan   Ambil satu memberi dua

    Arkan langsung mengambil Chloe dari gendongan Alesha begitu sampai di rumah, bayi mungil itu langsung berhenti menangis begitu tangan Arkan menyentuhnya."Hah, dia maunya sama kamu, Ar!" seloroh Alesha begitu Chloe diam."Dia 'kan sayang sama papinya, iya 'kan sayang!" Arkan mengecup kening Chloe.Alesha tersenyum, kemudian menatap kotak yang dibawa Arkan, ia membuka kotak itu untuk melihat isi di dalamnya."Apa ini Ar?" tanya Alesha.Arkan yang mendengar pertanyaan Alesha pun langsung menoleh ke arah wanita itu, kemudian Arkan menjawabnya, "Itu buatan tangan Jessie untuk Chloe, saat itu dia dengan sepenuh hati membuatnya."Alesha mengulas senyumnya, ia mengambil apa yang ada di dalam kotak dan mengamatinya dengan seksama."Ini sangat cantik, Jessie ternyata begitu pandai," ucap Alesha mengagumi hasil karya Jessie.Arkan mengulas senyumnya, ia kembali memperhatikan Chloe yang sedang minum. Ada rasa yang tidak bisa dideskripsikan dalam

  • Takdir Cinta Arkan   Suratan takdir

    Siang itu Arkan kedatangan tamu, Jihan dan Shelly tampak mengunjungi suami temannya untuk melihat keadaan Arkan juga bayinya."Maaf, kami tidak tahu dengan keadaan Jessie hingga akhirnya dia pergi," ucap Jihan penuh penyesalan, bagaimanapun Jessie dan Jihan sudah berteman semenjak mereka sekolah dasar.Arkan tersenyum masam, ia kemudian berkata, "Tidak apa-apa, lagi pula memang semuanya terjadi begitu cepat. Aku sendiri masih merasa jika Jessie belum pergi."Jihan menatap Arkan, melihat betapa kusutnya wajah pria itu. Shelly sendiri tidak berkata apa-apa, wanita itu juga merasa kehilangan teman yang selalu bisa membuatnya tertawa dan marah, kini semuanya tinggal kenangan semata yang hanya bisa disimpan dalam hati."Jessie adalah teman yang baik. Ia selalu bisa menghibur kami ketika dalam keadaan sedih. Bagiku, Jessie sudah seperti adik, meski kami sering bertengkar, tapi dia tidak pernah menganggapnya serius. Aku me

  • Takdir Cinta Arkan   Teman tidur

    'Semilir angin membelai kalbu. Kudapati hati yang membeku.Terlalu lama kamu diam membisuSebab engkau telah terbujur kaku'Arkan menatap Chloe yang tidur di baby box, melihat betapa lucunya bayi itu. Arkan mengulurkan tangan, mengusap pipi Chloe dengan jari telunjuk."Apa mami menemuimu? Jika iya, katakan padanya kalau Papi rindu," ucapnya pada bayi mungil itu.Chloe masih memejamkan mata, bibir bayi itu hanya terlihat sesekali menyesap sesuatu dalam lelapnya. Arkan mendekatkan wajahnya, ia mengecup kening Chloe sebelum pada akhirnya meninggalkan bayi mungil itu.Arkan kembali ke kamar, untuk sementara ia memang tinggal di rumah Alesha karena belum bisa mengurus Chloe sendirian.Arkan berbaring di atas tempat tidur, ia menatap langit-langit kamar hingga akhirnya ia memiringkan tubuhnya, menatap sisi kosong ranjang itu. Keheningan menemani dirinya, rasa lelah, pedih, sakit, dan juga keke

  • Takdir Cinta Arkan   Isi pesan Jessie

    Alesha langsung masuk begitu saja ke kamar Arkan tanpa mengetuk pintu, ia melihat adiknya yang hanya duduk tanpa melakukan apapun. Alesha melihat cambang tumbuh di wajah tampan adiknya, bahkan kini bulu halus itu mulai menutup dan menghilangkan wajah tampan Arkan."Ar!" panggil Alesha.Arkan menoleh, ia menatap pada gendongan Alesha. Seakan enggan melihat bayi itu, Arkan kembali memalingkan wajah."Kenapa bawa dia ke sini?" tanya Arkan.Alesha menghela napas kasar, ia menidurkan bayi mungil itu di atas tempat tidur Arkan."Kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dengan terus meratapi kepergiannya, yang ada kamu akan melewatkan banyak hal dan kesempatan yang ada," ujar Alesha dengan tatapan yang masih tertuju pada bayi mungil yang kini tertidur pulas.Alesha mengalihkan tatapan pada Arkan, ia bisa melihat sikap tak acuh adiknya itu."Bayi ini tidak bersalah, Ar! Dia juga

  • Takdir Cinta Arkan   Pemakaman

    Hari itu menjadi hari terkelam bagi Arkan, hujan seakan tahu kesedihan yang tengah dirasakan pria itu. Begitu tanah menutup makam Jessie dan pusara ditancapkan dengan sempurna, langit menumpahkan genangan air yang sudah tersimpan membentuk awan hitam dilangit.Arkan masih berdiri di depan pusara mendiang istrinya, ketika semua orang berlari mencari tempat berlindung. Hujan menyamarkan air mata yang kembali tumpah, Arkan menatap nama yang tertera di pusara itu, benar-benar nama yang akhirnya ikut terkubur dalam hatinya.'Jika cinta bisa membawa sebuah kebahagiaan, maka cinta juga bisa memberikan sebuah penderitaan'Arkan melangkahkan kakinya meninggalkan pemakaman itu, setiap langkah begitu terasa berat. Beberapa bulan kebersamaan kini hanya sebuah kenangan yang ikut terkubur dengan kepergian sang istri.___Lala menatap Arkan yang baru saja kembali dari pema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status