Share

Pusat Perbelanjaan

"Mas Feri! Kamu kerja sama Daddy sudah berapa tahun?" tanya Jessie yang masih duduk di kursi penumpang dengan menyangga dagu menatap jalanan.

"Sudah sekitar lima tahun, Non!" jawabnya.

Jessie mendeham, tatapannya masih tertuju pada jalanan yang sangat ramai sore itu. "Jangan pangil aku 'Non', bisa nggak Jessie aja!" pintanya.

"Ya, tapi nggak sopan!" Feri terlihat kikuk.

"Nggak apa, kalau kamu manggil 'Non' aku malah merasa aneh saja, lagi pula kamu nggak terlalu cukup tua dari aku, coba 'ku tebak! Umurmu pasti dua puluh delapan, hanya lebih tua dua tahun dariku, 'kan," ucapnya menebak.

Feri mengusap tengkuknya kikuk, ia nyengir kuda seraya melirik bayangan Jessie dari kaca spion.

Mobil itu masih melaju, tatapan Jessie menajam ketika melewati Mall terbesar di kota itu, apalagi kalau bukan PG Mall. "Apa dia masih kerja di sana? Kalau iya, maka aku tidak akan pernah pergi ke sana," batin Jessie.

Mall itu adalah tempat bekerja Arkan dulu, saksi bisu pertama kali dia dan Arkan bertemu, jika bukan karena Mall itu mungkin dia tidak akan pernah mendapatkan cinta Arkan. 

Akhirnya mobil yang dinaiki Jessie sampai di basement apartemen tempatnya tinggal untuk sementara di Indonesia. Feri membantu gadis itu mengeluarkan koper dan mengantarnya naik ke unit yang akan ditempati.

"Mobilnya saya tinggal ya," kata Feri mengulurkan kunci mobil yang memang untuk gadis itu.

"Iya, Mas! Makasih ya!" ucap Jessie mengulas senyum seraya mengambil kunci itu dari tangan Feri.

"Saya permisi!" ucapnya lagi. 

Feri kemudian pergi meninggalkan Jessie di apartemen sendirian. Gadis itu terlihat mengeksplore tiap ruangan apartemen elite yang disiapkan oleh ayahnya. Apartemen itu memiliki tiga Tower, Jessie sendiri menempati Tower 'B'. Sepertinya Finlay memang mempersiapkan semuanya dengan matang, nyatanya semua perabotan yang terdapat di ruangan itu semuanya baru dan tertata sempurna. Bahkan lemari penyimpanan makanan dan lemai pendingin sudah terisi dengan berbagai bahan makanan dan minuman.

"Ish ... Daddy! Ternyata bukan acara dadakan." Jessie mendesah kasar.

Ingin melepas lelah, Jessie memilih membaringkan tubuhnya di atas tempat, penerbangan selama tujuh jam membuat tubuhnya begitu terasa pegal.

-

-

-

-

Hari berikutnya Jessie masih bersantai di apartemennya, ia masih enggan keluar dari ruangan itu. Hari ini adalah Weekend, jadi perusahaan pastinya tutup, karena itu ia berpikir untuk tidak kemana-mana. Jessie tampak membolak-balikan dokumen yang diberikan oleh Feri, ia ingin memperlajari situasi perusahaan sebelum terjun secara langsung.

Seharian gadis itu habiskan dengan hanya mempelajari berkas-berkas yang benar-benar membuatnya pusing, tidak mengerti kenapa kinerja perusahaan ayahnya bisa sampai anjlok, bahkan uang kas perusahaan tidak bisa menutupi kekurangan kebutuhan produksi. "Apa ada yang korupsi?" Jessie bertanya-tanya, ia terlihat memijat pelipisnya.

Hari berikutnya, Jessie tampak panik ketika mendapat sebuah panggilan. "Kya!!! Dari mana dia tahu nomorku!" teriaknya panik.

"JESSIE!!!! Bocah kurang ajar!!!!"

Suara memekik langsung terdengar dari seberang panggilan. Jessie sampai menjauhkan sedikit benda pipih miliknya itu dari telinga seraya mengelus dada.

"Hehehehe. Hai, bagaimana kabarmu?" tanyanya tanpa dosa.

"Buruk!! Aku nggak mau tahu, siang ini pergi ke Cafe Janji jiwa, kalau nggak datang awas! Aku obrak abrik perusahaanmu!" ancam seseorang dari seberang panggilan.

Panggilan itu mati, Jessie mendesah frustasi. Ia sampai menyembur poni yang jatuh ke matanya hingga naik turun. "Ya Ampun, ini baru dua hari, tapi masalah sudah datang. Aku harus cari alasan apa?"

"Mas Feri, aku belum bisa keperusahaan hari ini. Aku kesana besok, ya!" pinta Jessie lewat sambungan telpon.

Setelah mendapatkan jawaban dari sekretarisnya, Jessie langsung menyambar tasnya dan kunci mobil yang tergeletak di meja. Ia segera turun menuju basement menggunakan lift.

Jessie mengemudikan mobil menuju tempat janjian. Namun, ia teringat sesuatu. "Hais! Bagaimana bisa aku tidak memberi hadiah!" 

Jessie mengedarkan pandangan ke sisi jalan, ia akhirnya belok ke sebuah pusat perbelanjaan. Memarkirkan mobilnya sedikit serampangan, kemudian turun dan berjalan dengan terburu-buru. Sepasang mata memperhatikannya, tapi Jessie tidak mengetahuinya, ada banyak pasang mata di sana, tidak mungkin ia berpikir kalau ada yang memperhatikan.

Ia segera masuk, tempat yang ia tuju adalah sebuah toko perlengkapan Baby and Kid's. Ya, Jessie akan bertemu dengan Jihan, yang tentu saja pasti akan bersama Shelly. Jihan memiliki seorang putra berumur tiga tahun dan Shelly tengah hamil, itulah info yang ia dapatkan. Selama ini Jessie memang memutus hubungan dengan kedua temannya itu, tapi ia tidak kehabisan akal untuk tahu informasi tentang kedua temannya.

Jessie memilih membelikan putra Jihan sepasang sepatu dan setelan kemeja anak, sedangkan untuk Shelly ia bingung mau kasih apa. Meras cukup, Jessie kembali ke mobil dan mengemudikannya pergi dari pusat perbelanjaan itu. Baru berjalan beberapa menit, ia ingat akan sesuatu.

"Ya ampun! Kenapa bisa lupa! Shelly sangat suka kopi robusta!"

Jessie mendesah kasar, bisa-bisanya ia lupa dengan kesukaan temannya itu karena panik tapi bercampur senang.

Jessie melihat sebuah mini market, ia lantas memarkirkan mobil dan masuk ke sana, berharap jika apa yang ia cari ada.

Gadis itu menyusuri lorong yang terhimpit deretan rak display barang, mengamati deratan barang mata Jessie tertuju pada rak display khusus kopi bubuk. Gadis itu berjalan ke sana di mana ada pemuda yang sedang berdiri menatap deretan aneka kopi di rak dengan wajah bingung.

Pemuda itu terlihat menengok kanan dan kiri, seperti mencoba mencari seseorang yang bisa ia mintai pendapat.

Jessie yang melihatnya bersikap biasa, ia mendekat tapi matanya tertuju pada deretan kopi yang berjajar rapi.

"Maaf bisa bantu saya?" tanya pemuda itu pada Jessie.

"Boleh, bantu apa?" tanya Jessie balik dengan seutas senyum.

Jessie menatap kebingungan, karena pemuda itu malah terdiam dengan senyum bodoh hanya menatapnya tanpa mengatakan sesuatu.

"Maaf, mau minta bantu apa, ya?" tanya Jessie sekali lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status