Jessie duduk bersama Arkan di ruang tunggu tempat dokter spesialis kandungan di sebuah rumah sakit. Arkan sebelumnya sudah menghubungi Tian dan meminta pendapat kakak sepupu istrinya itu perihal keinginan Jessie untuk bisa memiliki bayi. Awalnya Tian pun terkejut, tapi jika keinginan Jessie tidak dituruti, Tian takut kalau itu akan membuat suasana hati Jessie memburuk sehingga bisa memicu kambuhnya penyakit Jessie. Hingga pada akhirnya Tian pun memberi saran pada Arkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu.
Jessie terlihat meremas jemarinya dengan sesekali menatap pintu ruang praktek dokter yang mereka datangi, jelas ada rasa gugup dan takut yang singgah di hatinya. Arkan yang sadar dengan kegugupan Jessie pun meraih telapak tangan sang istri, ia memindahkan tangan Jessie ke pangkuannya, menggenggamnya erat dengan senyum hangat yang hanya ia tujukan untuk wanita yang kini sudah menjadi miliknya itu.
"Ada apa? Kamu takut?" tanya Arkan.
&
Selepas Arkan pergi, Jessie terlihat duduk di sofa yang terdapat di kamar. Di pangkuannya terdapat benang wol dan jarum untuk merajut, ternyata dia membeli peralatan itu saat di supermarket.Sejak Arkan mengatakan jika dirinya boleh hamil, Jessie tiba-tiba ingin sekali bisa menjadi seorang ibu sepenuhnya, ia tengah belajar merajut dari sebuah video channel dengan seksama, Jessie ingin membuat syal juga sepatu bayi.Jessie pun mulai tahap demi tahap secara perlahan, ia begitu bahagia dengan kegiatan yang sedang dilakukan. Setidaknya itu menghindarkan dirinya dari stres dan rasa bosan.Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Jessie pun menghentikan aktivitas merajutnya dan menyimpan peralatan ka dalam lemari. Jessie membersihkan diri hingga kemudian ia tampak berdiri di depan lemari pakaiannya dengan masih menggunakan bathrobe. Jessie menatap deretan lingerie yang belum pernah ia pakai sama sekali."Apa ak
Arkan duduk di atas tempat tidur bersandarkan headboard, ia menatap Jessie yang berbaring memunggungi dirinya. Akhirnya Arkan ikut berbaring dan merapat pada istrinya, ia melingkarkan lengan ke perut Jessie tapi tidak mendapat respon dari istrinya."Jes, kamu benar-benar tidak ingin memaafkan?" tanya Arkan yang disusul sebuah kecupan di pundak Jessie."Tidak ada yang perlu meminta dan dimaafkan," jawab Jessie dengan nada ketus, jelas sebenarnya dia marah.Arkan membalikkan tubuh Jessie hingga posisinya kini terlentang, tapi Jessie memejamkan mata karena merasa enggan melihat wajah Arkan."Jes, aku benar-benar takut. Takut jika menyakitimu," ucap Arkan yang kini sudah dalam posisi setengah berbaring."Aku tahu Ar, hidupku tidak mudah semenjak aku mengidap penyakit ini, aku tidak bisa makan apa yang dimakan orang lain, aku tidak bisa pergi ke tempat yang orang lain pergi, dan
PLAKKK!!!Jessie menampar wanita itu dengan sangat keras, ia benar-benar tidak habis pikir kenapa wanita yang bahkan tidak dikenalnya itu mencampuri urusan rumah tangganya."Penyakit dan kehidupanku, kamu tidak berhak ikut campur! Memangnya siapa kamu? Kamu kira aku wanita lemah yang bisa kamu tindas! Kamu salah!" Jessie bicara seraya menunjuk wajah Natasha yang masih terkejut karena tamparan dari Jessie.Jessie berjalan melewati Natasha, ia malas jika harus berlama-lama meladeni orang seperti Natasha."Dasar jalang sialan!" umpat Natasha.Natasha tidak menerima kekalahan, ia mendorong Jessie dari belakang hingga mengakibatkan istri Arkan itu hampir terjerambab jatuh ke depan, beruntung Arkan yang memang sudah berjanji akan menyusul tiba di sana, ia menangkap Jessie yang hampir saja membentur display barang."Kamu tidak apa-apa?" tanya Arkan yang sudah memeluk istrinya.
Arkan dan Jessie diantar oleh manager restoran untuk melihat Cctv antara dapur menuju meja makan Arkan. Pihak restoran melakukan itu karena menurut penuturan juru masak, bahwa tidak ada bawang yang dicampurkan dalam makanan yang disajikan untuk Arkan dan Jessie, sedangkan menurut penuturan pelayan yang menyajikan, ada seorang wanita yang menghadang jalannya tadi."Wanita itu Tuan yang menghadang saya." Pelayan itu menunjuk pada rekaman yang memperlihatkan Natasha sedang menghampiri pelayan itu.Arkan mengamati dengan seksama, terlihat kilatan penuh amarah dalam tatapan pria itu, tidak menyangka jika Natasha akan berani mencelakai istrinya."Apa saya bisa meminta salinan video itu? Saya ingin melaporkan wanita itu ke pihak yang berwajib," ujar Arkan yang sudah diliputi amarah.Jessie langsung menatap Arkan ketika mendengar suara suaminya itu yang tidak seperti biasanya."Ar, tidak
Arkan menatap Jessie yang tertidur dengan raut wajah penuh kecemasan, ia bingung harus bagaimana menghadapi situasi yang sedang dialami. Di satu sisi ia ingin istrinya bahagia, tapi di sisi lain ia juga tidak bisa melihat istrinya sakit. Arkan mendesah kasar, ia sampai mengguyar kasar rambutnya."Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya pada diri sendiri.Terlihat pergerakan pada jemari Jessie, Arkan yang menyadari hal itu pun langsung menggenggam erat tangan istrinya itu."Jes, kamu sudah bangun? Bagaimana perasaanmu?" tanya Arkan dengan tatapan yang tidak teralihkan dari Jessie.Jessie langsung memalingkan wajahnya, ia benar-benar masih merasa kesal dan marah dengan apa yang ia dengar dari mulut suaminya.Arkan berpindah duduk di tepian ranjang Jessie, membelai sisi wajah istrinya itu penuh dengan kelembutan."Jes, aku minta maaf. Bukan ingin mengambil keputusan sendiri, tapi ini jug
Setelah beberapa hari pulang dari rumah sakit, keadaan Jessie sepertinya mulai sedikit membaik. Bahkan hari ini ia meminta Arkan untuk mengantarnya berbelanja.Arkan menggandeng tangan istrinya, mereka berjalan masuk ke supermarket mengambil keranjang belanjaan serta langsung menuju stand buah."Buah apa yang ingin kamu beli?" tanya Arkan seraya mengamati buah-buahan segar yang terpajang di rak buah."Ini," jawab Jessie menunjuk buah berwarna merah keunguan berbentuk bulat dengan ujung seperti sebuah tunas."Buah apa ini?" Arkan memperhatikan buah yang dipegang istrinya."Buah Bit, aku baca di internet buah ini banyak manfaatnya. Mengandung kalsium untuk mencegah osteoporosis pada ibu hamil, karena wanita yang sedang hamil asupan kalsium yang masuk akan terbagi dengan janin yang di dalam. Jadi, aku perlu asupan kalsium lebih untuk diriku juga bayi kita." Jessie menjelaskan panjang lebar.
Siang itu Arkan terlihat berpikir di ruang kerjanya, membuat Dodi sampai keheranan dengan apa yang dilakukan oleh atasannya itu."Ar, tumben banyak melamun!" sindir Dodi dari tempat kerjanya."Aku lagi mikir." Arkan menoleh pada asistennya yang tengah fokus dengan layar laptop."Hmmm ... nggak kelihatan," timpal Dodi yang sekilas menoleh pada Arkan, ia kemudian kembali fokus pada pekerjaan.Arkan tidak menanggapi ucapan Dodi, ia malah terlihat mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya."Jessie pengin ke Belanda," kata Arkan tiba-tiba.Dodi langsung menoleh begitu mendengar kata Belanda."Bukannya kondisi istrimu tidak terlalu baik?" tanya Dodi.Arkan mengangguk, ia mengguyar rambut kebelakang menggunakan kedua tangan hingga kemudian menghempaskan punggung ke sandaran kursi."Aku juga bingung, tapi dia terlihat begitu ingin ke sana," jaw
Hari itu Arkan pergi ke rumah Alesha, ia ingin mengutarakan niatnya pergi ke Belanda."Kak, aku ingin meminta izin ke Belanda," kata Arkan pada kakaknya Alesha dan Alvin.Arkan tahu jika keadaan Jessie bisa memburuk setiap waktu, jadi dia berniat untuk segera memenuhi keinginan istrinya itu."Ngapain ke Belanda, Ar?" tanya Alesha bingung."Jessie ingin melihat taman bunga di sana," jawab Arkan, ia terlihat begitu berharap kedua kakaknya itu mengizinkannya ambil cuti untuk sementara waktu."Kondisi istrimu masih belum pulih, Ar! Kenapa tidak menungu sampai dia benar-benar sembuh?" Alvin menimpali.Arkan meremas lututnya, ia menatap kedua kakaknya itu dengan mata berkaca-kaca, kelopak matanya menggenang, ia tidak sanggup menutupi kesedihannya."A-ku, A-ku tidak yakin dia akan memiliki kesempatan untuk bisa benar-benar sembuh," ujar pria itu