Kevin bingung harus menjelaskan apalagi pada gadis itu., Renata pasti sudah melihatnya bermesraan tadi. Dengan berat hati ia membiarkan Renata pergi. Ia melihat mobil Arka membawa Renata pergi dari tempat itu dengan perasaan bersalah. Di dalam mobil Renata masih diam, ia memalingkan muka ke samping dan sibuk dengan pemikirannya sendiri. Arka pun sama, ia hanya ingin memberi ruang untuk Renata berpikir. Ia tidak mau menjudge tentang Kevin. Arka memang mencintai Renata, tapi bukan sifatnya mencari kesempatan dalam kesempitan. Ia tidak mau mengompori Renata dalam mengambil keputusan. Jujur, hatinya juga sangat sakit melihat Renata disakiti. Bahkan ia sangat sedih bila melihat gadis cantik di sampingnya itu menangis.“Dek, kamu baik-baik saja?” tanya Arka khawatir. Ia tidak menyukai suasana seperti ini. Renata sejak masuk dalam mobil hanya diam saja. “Dek ...,” panggilnya lagi.“Hm ....” Renata hanya berdehem.“Kamu baik-baik saja?” tanyanya lagi memastikan. “Huwaaa!” tangis Renata
Pagi ini Afikah membuat bubur ayam cukup banyak. Ia mengajak Rayyan bersama dua buah cintanya untuk sarapan bersama keluarga besar mereka. Afikah sudah menempatkan ke dalam wadah yang sudah ia siapkan.“Sudah siap, Sayang?” tanya Rayyan lembut pada sang istri. Laki -laki tampan itu menggendong putri kecilnya, Aqila. Sedangkan Fawwas yang usianya sudah satu tahun lebih berjalan sambil dituntunnya.“Sebentar, Sayang. Tinggal sedikit ini,” ujar wanita cantik dengan hijab instan rumahan dan daster ala kadarnya itu. Meskipun penampilannya seperti itu Afikah tetap cantik, Rayyan bahkan semakin mencintainya. “Aku bawa anak-anak ke dalam mobil dulu, ya, Sayang.”“Iya, nanti kalau aku kesulitan bawa aku panggil kamu.”“Oke siap, Sayang.” Sebelum menggendong Aqila tadi Rayyan sudah rapi dengan kemeja navy, celana bahanya, dan sepatu. Setelah sarapan di rumah keluarganya ia akan langsung berangkat bekerja, sedangkan Afikah dan kedua buah hatinya akan ia tinggal di sana sampai ia menjemputnya na
Saat ini keduanya sudah berada di salah satu mall terbesar di Jakarta. Afikah meletakkan Aqilah di baby strollernya, sedangkan Fawwas sudah tidak mau. Bocah tampan berusia hampir tiga tahun itu lebih memilih jalan sendiri di gandeng sang aunty.“Kita kemana dulu, Dek?” tanya Afikah. “Terserah Kakak saja, aku mah manut,” ujarnya.“Ya sudah kita belanja kebutuhan anak-anak dulu aja, ya,” ucap Afikah.“Menurutku belanjanya terakhir aja, kak. Biar Kakak enggak capek bawa belanjaan sambil gendong bocil. Kita kan masih lama di sini,” ujar Renata.“Iya, Dek. Siap! Aku setuju banget.” “Kita ke wahana permainan aja dulu, Kak!” ajak Renata.“Auncy, Awwas au es klim duyu,” ucap Fawwas dengan bahasa cadelnya.“Kak, Fawwas minta beli es krim.”“Ya sudah, kita belikan dulu. Biar dia tidak rewel nantinya.”“Ini uangnya, Dek. Kamu ajak sekalian Fawwas. Kakak nunggu di wahana permainan anak sana Aqila,” ujar Afikah sambil menyerahkan selembar uang seratus ribuan. “Enggak usah, Kak. Pakai uangku sa
Keharmonisan sebuah keluarga terletak pada tanggung jawab juga terbangunnya komunikasi sehat di antara keluarga. Dengan begitu kita akan mendapatkan kenyamanan di sana.(Untaian Cinta Renata)Renata dan Afikah sampai di rumah terlebih dulu. Mereka langsung masuk dan ikut bergabung setelah mengucap salam pada anggota keluarga yang bersantai di ruang keluarga. “Ya Allah, Dek. Kamu pasti nyusain Kak Afikah, ya?” tanya Amirah sambil mengambil alih sang cucu, Aqila. Sedangkan Fawwas di pangku Vika.“Enggak, kok, Bun. Aku enggak nyusain,” ujarnya.“Iya, enggak nyusain, tapi bikin kelelahan istriku, Bun. Afikah harus nunggu dia sampai ketiduran di sofa ruang tunggu bersama anak-anak,” sergah Rayyan yang baru saja datang. Afikah tersenyum geleng kepala. Renata langsung mencibir.“Iya, Sayang. Kamu bikin kelelahan Kak Afikah?” tanya Amirah lagi.“Enggak, Bun. Renata malah selalu gantiin aku jaga anak-anak. Kak Rayyan cuma godain Renata aja,” ujar Afikah ikut menimpali.Gadis cantik bermata
Tanyakan pada hatimu. Apa benar itu cinta? Kamu hidup karena suatu alasan jadi jangan pernah menyerah. Kalau kamu menyerah berarti kamu gagal menemukan cinta sejatimu.***Setelah mengetahui kebenaran tentang sang adik dan sang sahabat yang membuatnya menahan emosi, Rayyan mengajak Afikah pulang. Ia sudah tenang karena Afikah dan keluarganya berhasil menenangkannya.Renata memeluk sang bunda dan sang ayah yang duduk mengapitnya“Terima kasih, Ayah. Terima kasih, Bunda. Aku lega bisa melanjutkan hidupku dengan tenang tanpa ada ikatan taaruf yang membelengguku. Aku juga terbebas dari mantan-mantan Kak Kevin yang tingkahnya bar-bar dan membuatku malu saja,” ungkapnya tersenyum cantik.“Alhamdulillah, Sayang. Bunda dan Ayah juga lega. Masalahmu terselesaikan, kami juga sudah tenang tidak menutupinya dari Kakak. Kakak juga enggak marah dan terlihat tenang, meskipun Bunda tahu dia susah payah menahan kemarahannya,” ujar Amirah sambil menghela napasnya lega. “Iya, Ayah sangat bangga padamu,
Kesetiaan sangat dibutuhkan dalam menjalin sebuah hubungan, maka jaga kesetiaanmu jangan pernah sekali-kali mengkhianatinya.(Renata)Saat ini Renata dan Edel sedang berada di kantin fakultas kedokteran. Mereka menunggu Visya yang berbeda fakultas dengan mereka. “Maaf, nunggu lama, ya? Kelasku baru selesai. Banyak banget tugas. Bete banget pokonya. Dosennya killer lagi gantiin Pak Kevin pagi ini,” ucap Visya.“Emang kenapa Pak Kevin?” tanya Edel penasaran.“Pak Kevin sakit. Emang kamu enggak tahu, Ren?” Renata menggeleng. “Aku dan keluargaku sudah memutus proses taaruf dengannya,” ucapnya lirih.“Beneran, Ren?” tanya keduanya bersamaan.“Iya, benar. Dan sekarang aku bebas udah enggak ada yang membelengguku. Aku juga enggak perlu takut dan kesal bila dilabrak sama mantan-mantannya Pak Kevin.“Alhamdulillah. Akhirnya ... kami turut senang, Ren. Beneran deh,” ucap Edel tulus.“Iya, aku juga. Semoga kamu dapat pengganti yang lebih baik dari dosen playboy itu,” ujar Visya sedikit berbisi
Menolong orang yang sudah menyakiti hatiku adalah hal yang sulit, tetapi dengan keikhlasan dan kelapangan dada. Aku akan mudah untuk melakukannya. (Renata)Saat ini Renata, Edel, dan Visyah sudah berada di kafe milik Afikah. Tiga gadis cantik itu memilih duduk di saung paling ujung. Kafe bernuansa perdesaan itu benar-benar membuat pengunjung merasakan berada di perdesaan yang masih asri. Kafe yang dihadiahkan Rayyan pada sang istri saat dua tahun anniversary pernikahan mereka itu tidak pernah sepi pengunjung. “Kalau pesan sepuasnya, aku yang akan membayarnya,” ujar Renata saat ketiganya sudah duduk. Edel dan Visyah segera memanggil pelayan kafe dan memesan apa yang mereka inginkan.“Kak Afikah ada enggak di kafe, Ren?” tanya Edel celingak-celinguk mencari keberadaan Afikah.“Sepertinya enggak ada, deh. Mungkin masih repot urus kedua bocilnya,” ujar Renta setelah memastikan keberadaan sang kakak ipar.Di saat ketiga gadis cantik itu mengobrol, tiba-tiba ponsel Renata berdering. Tert
Rayyan mengajak sang adik menuju ruang UGD di mana Kevin dirawat. Semua itu ia lakukan setelah mendapatkan persetujuan gadis cantik itu untuk membantu Kevin.Di depan ruang UGD Renata melihat kedua orang tua Kevin dengan gurat lelahnya. Melihat kedatangan Renata dan Rayyan, suami istri itu berdiri.“Nak Renata,” sapa Herlina. Wanita paruh baya itu langsung memeluk gadis cantik itu.“Yang sabar, ya, Tan. Kak Kevin pasti sembuh,” ujar Renata menguatkan.“Terima kasih, Nak. Sebenarnya kami malu, putra kami sudah sangat menyakitimu,” isaknya sambil tetap memeluk Renata.“Lupakan, Tan. Saya sudah berusaha melupakan hal itu, Kak Kevin pun pasti akan bisa melupakan semua ini dan memulai hidupnya lagi,” ucap Renata tulus.“Semoga, Nak. Jujur, kami masih berharap gadis baik sepertimulah yang akan menjadi menantu kami, tapi semua itu hanya tinggal harapan. Kamu berhak bahagia, Nak. Terima kasih, sekali lagi sudah mau memaafkan putra kami,” ujar Herlina masih terisak.“Sama-sama, Tan. Aku melaku