Share

Bab 2 Beradaptasi dengan Lingkungan

***

Cinta itu penuh pemberian, bukan meminta untuk diberikan. Cinta itu penuh ketulusan dan keikhlasan, bukan penuh dengan paksaan. Cinta dan ketulusan akan bersatu membuat semua menjadi mungkin. 

[Rayyan-Afikah (Takdir Cinta)]

***

Rayyan tersenyum setelah mendengar bunyi perut Afikah setelah mereka salat Magrib, saat ini mereka sedang menunggu salat Isya'.

"Sayang, kamu lapar ya?" tanyanya yang diangguki Afikah malu-malu. 

"Habis ini kita turun ke bawah ikut gabung makan bersama keluarga besar kita," ucap Rayyan. 

Afikah menggeleng.

"Lho, kenapa nggak mau? 'Kan kamu lapar, Sayang ....

"A-aku malu, Mas," ucapnya.

"Kenapa malu, mereka 'kan keluargaku sendiri, sekarang juga menjadi keluargamu,"

"Cara jalanku beda, mereka nanti pasti godain kita," ungkapnya. 

"Nggak apa, sudah lumrah kalau mereka menggoda kita, memang kita pengantin baru, pasti ada saja godaan dari mereka untuk kita, kamu harus mengenal  keluargaku dan kamu jangan kaget ya, dengan celetuk-celetukan absurd mereka, mau, ya! biar kamu bisa cepat adaptasi sama mereka," pinta Rayyan. 

Afikah mengangguk. "Di sana ada siapa saja, Mas?"

"Ada Papa dan Mama, Oma Ambar, Adikku Alikah, Kakek, Nenek, Uncle Amran dan Aunty Revi juga kakaknya Arka, Kak Niken," terangnya.

"Papa dan Mama?" tanya Afikah belum paham, sebenarnya dulu Rayyan ingin mengajak Afikah ke rumah papanya meminta restu saat itu, tapi karena Afikah harus kuliah niat itu ia urungkan, dirinya sendiri yang meminta restu ketiganya tanpa mengajak Afikah dan karena kesibukannya sampai sekarang ia belum pernah mengajak Afikah dan  sempat cerita pada Afikah. Bahkan tadi saat sungkem pada Abizar dan Devina, Afikah sempat bingung karena Rayyan mengajaknya sungkem dengan seorang lelaki yang sangat mirip dengan suaminya itu. Tapi Afikah manut saja tanpa harus banyak bertanya.

"Papa Abizar adalah papa kandungku, sedangkan mama Devina adalah mama sambungku, sedangkan ayah Kenzo adalah ayah sambungku. Namun, sejak bayi saat baru lahir aku sudah mendapatkan kasih sayangnya sampai sekarang. Seperti anak kandungnya sendiri bahkan melebihi Renata. Beliau memberiku cinta yang tak pernah habis. Dulu bunda menikah dengan papa karena sebuah perjanjian." Rayyan lalu menceritakan kisah sang bunda dari awal hingga akhir seperti yang diceritakan omanya Ambar padanya.

Afikah baru mengetahui ini, ia mencoba menjadi pendengar setia bagi suaminya.

"Apa Mas membenci Papa Abi?"

"Tidak ... aku tidak pernah membencinya, bunda dan ayah tidak pernah mengajariku membencinya bahkan mereka yang sudah mendekatkanku dengan papa, apalagi beliau juga sudah menyesal dan berubah," ungkapnya.

Afikah tersenyum. "Aku bangga dengan kamu, Mas."

"Makasih ya, Sayang."

"Ayo kita salat Isya dulu! Habis ini kita turun," ajaknya. 

Setelah salat Isya’ hanya berjamaah berdua, Rayyan dan Afikah baru turun dari kamar mereka. Membuat semua anggota sontak langsung menggoda mereka, dan yang paling heboh tentunya adalah Niken, Arka, Renata dan Alika.

"Cie-cie ... pengantin baru baru keluar kamar nih?" goda Arka.

"Cie, seharian di kamar ngapain aja atuh, emang ya dunia serasa milik mereka berdua, yang lain lewat. Padahal kita udah nunggu mereka sejak tadi," sindir Niken.

"Cie, kayaknya udah langsung gaspol deh nggak mau nunggu malam," goda Renata.

"Hehehe, kayaknya mah gitu, babang kita mukanya makin berseri aja, pasti udah dapat nih," goda Alikah.

"Hus-hus ... Nggak sopan! Kecil-kecil udah bahas gituan, yang boleh goda itu cuma uncle kalian yang tampan ini," ucap Arman. 

"Huuh ...," sorak mereka berempat.

"Gimana nih, Kak. Udah dapet belum," bisik Amran di telinga Rayyan. Yang membuat pemuda. Eh, bukan pemuda, tapi pria itu langsung memerah mukanya.

Amran yang melihat semburat merah di wajah sang keponakan semakin menggodanya. 

"Cie-cie mukanya merah, berarti ehm- ehm ...," goda Amran.

Anggota keluarga yang lain hanya tersenyum dan geleng kepala, kecuali Vika yang sejak tadi terlihat datar, Afikah hanya menunduk sejak tadi, malu rasanya apalagi cara berjalannya berbeda karena masih menahan nyeri di bawahnya. 

Para tetua menyadari cara berjalan Afikah dan menghormati Afikah dengan tidak menggodanya, mereka tahu saat ini keduanya sudah sangat malu.

"Sudah-sudah nggak boleh goda pengantin baru lagi, nanti kamu di balas adik kamu lo Niken, sebentar lagi kamu kan juga akan menikah, malah pesta resepsi kalian di jadikan satu," ucap Ambar.

"Hehehe, iya Oma Ambar," ucap Niken.

Ya, sebulan lagi Niken akan menikah dengan kekasihnya yang menjadi kliennya juga di perusahan keluarga Adinata yang ada di Singapura. Mereka sudah berpacaran selama hampir lima tahun, sejak mereka masih sama-sama kuliah di negeri singa putih. Rencananya resepsi pernikahan mereka akan dijadikan satu dengan resepsi Rayyan dan Afikah. 

"Kakak dan Nak Afikah lapar, ya?" tanya Amirah. Amirah tahu keduanya belum makan sejak selesai akad nikah tadi.

Rayyan tersenyum dan mengangguk. "Iya, Bun"

"Ya sudah, ayo kita makan sekarang!" ajak Amirah.

Saat ini mereka sedang makan malam bersama.

Setelah makan malam selesai Abizar, Ambar, Devina dan Alikah pamit pulang namun sebelumnya mereka memberi nasehat dulu pada Rayyan dan Afikah.

"Kak, saat ini kakak sudah menjadi suami, tanggung jawab kakak semakin bertambah, ingat jaga baik-baik istri kakak, jaga hatinya, jaga perasaannya dan jangan sekali-kali menyakitinya yang akan membawa kakak pada penyesalan. Apapun itu kakak harus membicarakannya, jangan langsung memutuskan sepihak, komunikasi itu sangat penting," ucap Abizar. Dirinya tidak mau Rayyan mengalami hal sepertinya dulu yang membuatnya menyesal seumur hidupnya, menyia-nyiakan Amirah. Dan menyadari cintanya namun sudah terlambat. 

"Iya, Pa. Terima kasih, kakak akan mengingat nasehat papa."

Abizar menepuk bahu sang putra.

"Jaga Rayyan baik-baik ya, Nak. Tegur dia kalau sedang salah," ucap Abizar pada Afikah.

"Iya, Pa."

"Komunikasi ya, Kak. Apapun masalahnya saling komunikasi pada pasangan itu perlu," ucap Devina.

"Iya, Ma. Makasih ya," jawabnya. 

"Mama tau kamu gadis yang baik, selalu jadi sinar buat Rayyan ya, Nak" ucap Devina.

Afikah mengangguk sembari tersenyum. "Iya, Ma."

"Cucuku sekarang sudah menjadi seorang suami, selalu bersikap dewasa ya, Kak. Kalau ada masalah selesaikan dengan kepala dingin, jangan gegabah mengambil keputusan, selalu komunikasikan, jadi imam yang baik buat keluarga kecil kakak," ucap Ambar. 

"Iya, Oma. Kakak akan mengingat pesan oma."

"Titip Rayyan ya, Nak cantik. Oma tau dan percaya kamu bisa mengubahnya menjadi lebih baik, karena kamu gadis baik, tangguh dan hebat," ucap Ambar. 

Afikah mengangguk dan langsung memeluk erat Ambar. "Terima kasih, Oma."

Ambar memeluk erat Afikah dan mengusap punggungnya.

Rayyan mengajak Afikah duduk bersama keluarganya yang lain di ruang keluarga. 

"Kak, rencananya mau bulan madu ke mana?" tanya Arka.

"Belum tau, Dek. Satu minggu lagi Afikah sudah ujian di kampusnya, jadi belum memungkinkan untuk bulan madu. Mungkin nanti nunggu setelah resepsi dan Afikah libur semester," jawabnya. 

"Ke Australia aja, Kak. Ketempatnya aunty Aisyah," ucap abah Syaifuddin.

"Iya, asyik itu, Kek. Udah lama kakak nggak ketemu aunty Aisyah."

"Iya, pasti aunty seneng banget, Kak," ucap ummi menimpali. 

Mereka semua tersenyum bahagia. 

"Tenang ... Nanti uncle kasih tiket buat bulan madu kalian," ucap Arman.

"Opa juga," ucap Devan.

"Tenang ayah juga sudah siapin tiket buat bulan madu kalian kok," ucap Kenzo lagi.

"Wuih asyik nih, bisa bulan madu dengan puas, bakal ngantongin 3 tujuan bulan madu di tempat berbeda," jawab Arka.

"Iya nih, pasti seru banget nih," ucap Renata menimpali.

"Kalau gitu aku juga pasti dapat tiket bulan madu samaan nih sama adek," ucap Niken.

"Boleh, kalau kak Niken mau," jawab Kenzo.

"Ya jelas mau lah uncle," ucap Niken semangat.

"Opa dan papa juga ya," pintanya.

"Beres ...," jawab Devan dan Amran bersamaan.

Rayyan dan Afikah tersenyum.

"Pasti seru, Kak. Kita bisa double date nantinya," ucap Rayyan.

"Pastinya, Dek."

Amirah dan Revi terlihat senang dan bahagia namun tidak dengan Vika yang sejak tadi hanya diam dan datar. Tidak menanggapi percakapan mereka.

"Kita istirahat yuk! Udah malam, pasti setelah acara tadi kalian capek," ucap Vika. Ia langsung berdiri dan melangkahkan kakinya ke kamarnya, namun sebelumnya pamit dulu pada kedua besarnya.

"Permisi, Abah, Ummi," pamitnya.

"Iya, mangga atuh, Bu Vika," ucap mereka berdua. 

Setelah kepergian Vika mereka semua memutuskan untuk beristirahat di kamar mereka masing-masing. 

Kini tinggal Amirah dan Kenzo, Juga Rayyan dan Afikah.

"Nak Afikah, jangan pernah dimasukkan ke hati ya, kalau ada ucapan yang tidak melegakan keluar dari bibir oma Vika," ucap Kenzo.

Afikah tersenyum. "Iya, Ayah. Ayah tidak perlu khawatir. Saya bisa memakluminya," ucap Afikah.

"Nak, yang sabar ya, pasti suatu saat oma akan menyukaimu, juga menyayangimu. Oma kamu orangnya baik kok, dia juga penyayang. Beliau hanya butuh waktu," ucap Amirah sambil menggenggam lembut jemari Afikah.

"Iya, Bun. Bunda tidak perlu khawatir, saya sangat mengerti dan saya akan sabar menanti itu, saat-saat di mana oma akan menyayangiku dan menerimaku sebagai cucunya," ucap Afikah menerawang menahan air matanya.

Amirah tersenyum, hati Afikah begitu baik dan tulus.

"Kalian istirahat ya, pasti kalian sangat capek," ucap Amirah.

"Iya, Bun. Ayo, Sayang ...," ajak Rayyan.

Mereka meninggalkan ruangan itu sebelumnya mereka pamit dulu pada Amirah dan Kenzo.

Amirah dan Kenzo tersenyum mendengar panggilan Rayyan pada Afikah, mereka belum pernah melihat sang putra melakukan itu pada seorang gadis kecuali keluarga sendiri.

"Semoga kebahagiaan menyertai mereka berdua, dan mama segera bisa menerima Afikah," harap Kenzo. 

"Aamiin ... Semoga," jawab Amirah mengaminkan.

***

Malam ini adalah malam pertama buat Afikah dan Rayyan. Malam ini mereka bergelut kembali, melanjutkan aktivitasnya siang tadi, mereka berdua semakin larut dalam ga*r*h, berdua melakukan penyatuan hubungan halal yang penuh kenikmatan. 

Karena kelelahan mereka sampai tidak mengerjakan sholat malam, shubuh pun sampai sedikit kesiangan. Pukul 5 mereka baru selesai mengerjakan sholat shubuh.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status