***
Cinta itu penuh pemberian, bukan meminta untuk diberikan. Cinta itu penuh ketulusan dan keikhlasan, bukan penuh dengan paksaan. Cinta dan ketulusan akan bersatu membuat semua menjadi mungkin.
[Rayyan-Afikah (Takdir Cinta)]
***
Rayyan tersenyum setelah mendengar bunyi perut Afikah setelah mereka salat Magrib, saat ini mereka sedang menunggu salat Isya'.
"Sayang, kamu lapar ya?" tanyanya yang diangguki Afikah malu-malu.
"Habis ini kita turun ke bawah ikut gabung makan bersama keluarga besar kita," ucap Rayyan.
Afikah menggeleng.
"Lho, kenapa nggak mau? 'Kan kamu lapar, Sayang ....
"A-aku malu, Mas," ucapnya.
"Kenapa malu, mereka 'kan keluargaku sendiri, sekarang juga menjadi keluargamu,"
"Cara jalanku beda, mereka nanti pasti godain kita," ungkapnya.
"Nggak apa, sudah lumrah kalau mereka menggoda kita, memang kita pengantin baru, pasti ada saja godaan dari mereka untuk kita, kamu harus mengenal keluargaku dan kamu jangan kaget ya, dengan celetuk-celetukan absurd mereka, mau, ya! biar kamu bisa cepat adaptasi sama mereka," pinta Rayyan.
Afikah mengangguk. "Di sana ada siapa saja, Mas?"
"Ada Papa dan Mama, Oma Ambar, Adikku Alikah, Kakek, Nenek, Uncle Amran dan Aunty Revi juga kakaknya Arka, Kak Niken," terangnya.
"Papa dan Mama?" tanya Afikah belum paham, sebenarnya dulu Rayyan ingin mengajak Afikah ke rumah papanya meminta restu saat itu, tapi karena Afikah harus kuliah niat itu ia urungkan, dirinya sendiri yang meminta restu ketiganya tanpa mengajak Afikah dan karena kesibukannya sampai sekarang ia belum pernah mengajak Afikah dan sempat cerita pada Afikah. Bahkan tadi saat sungkem pada Abizar dan Devina, Afikah sempat bingung karena Rayyan mengajaknya sungkem dengan seorang lelaki yang sangat mirip dengan suaminya itu. Tapi Afikah manut saja tanpa harus banyak bertanya.
"Papa Abizar adalah papa kandungku, sedangkan mama Devina adalah mama sambungku, sedangkan ayah Kenzo adalah ayah sambungku. Namun, sejak bayi saat baru lahir aku sudah mendapatkan kasih sayangnya sampai sekarang. Seperti anak kandungnya sendiri bahkan melebihi Renata. Beliau memberiku cinta yang tak pernah habis. Dulu bunda menikah dengan papa karena sebuah perjanjian." Rayyan lalu menceritakan kisah sang bunda dari awal hingga akhir seperti yang diceritakan omanya Ambar padanya.
Afikah baru mengetahui ini, ia mencoba menjadi pendengar setia bagi suaminya.
"Apa Mas membenci Papa Abi?"
"Tidak ... aku tidak pernah membencinya, bunda dan ayah tidak pernah mengajariku membencinya bahkan mereka yang sudah mendekatkanku dengan papa, apalagi beliau juga sudah menyesal dan berubah," ungkapnya.
Afikah tersenyum. "Aku bangga dengan kamu, Mas."
"Makasih ya, Sayang."
"Ayo kita salat Isya dulu! Habis ini kita turun," ajaknya.
Setelah salat Isya’ hanya berjamaah berdua, Rayyan dan Afikah baru turun dari kamar mereka. Membuat semua anggota sontak langsung menggoda mereka, dan yang paling heboh tentunya adalah Niken, Arka, Renata dan Alika.
"Cie-cie ... pengantin baru baru keluar kamar nih?" goda Arka.
"Cie, seharian di kamar ngapain aja atuh, emang ya dunia serasa milik mereka berdua, yang lain lewat. Padahal kita udah nunggu mereka sejak tadi," sindir Niken.
"Cie, kayaknya udah langsung gaspol deh nggak mau nunggu malam," goda Renata.
"Hehehe, kayaknya mah gitu, babang kita mukanya makin berseri aja, pasti udah dapat nih," goda Alikah.
"Hus-hus ... Nggak sopan! Kecil-kecil udah bahas gituan, yang boleh goda itu cuma uncle kalian yang tampan ini," ucap Arman.
"Huuh ...," sorak mereka berempat.
"Gimana nih, Kak. Udah dapet belum," bisik Amran di telinga Rayyan. Yang membuat pemuda. Eh, bukan pemuda, tapi pria itu langsung memerah mukanya.
Amran yang melihat semburat merah di wajah sang keponakan semakin menggodanya.
"Cie-cie mukanya merah, berarti ehm- ehm ...," goda Amran.
Anggota keluarga yang lain hanya tersenyum dan geleng kepala, kecuali Vika yang sejak tadi terlihat datar, Afikah hanya menunduk sejak tadi, malu rasanya apalagi cara berjalannya berbeda karena masih menahan nyeri di bawahnya.
Para tetua menyadari cara berjalan Afikah dan menghormati Afikah dengan tidak menggodanya, mereka tahu saat ini keduanya sudah sangat malu.
"Sudah-sudah nggak boleh goda pengantin baru lagi, nanti kamu di balas adik kamu lo Niken, sebentar lagi kamu kan juga akan menikah, malah pesta resepsi kalian di jadikan satu," ucap Ambar.
"Hehehe, iya Oma Ambar," ucap Niken.
Ya, sebulan lagi Niken akan menikah dengan kekasihnya yang menjadi kliennya juga di perusahan keluarga Adinata yang ada di Singapura. Mereka sudah berpacaran selama hampir lima tahun, sejak mereka masih sama-sama kuliah di negeri singa putih. Rencananya resepsi pernikahan mereka akan dijadikan satu dengan resepsi Rayyan dan Afikah.
"Kakak dan Nak Afikah lapar, ya?" tanya Amirah. Amirah tahu keduanya belum makan sejak selesai akad nikah tadi.
Rayyan tersenyum dan mengangguk. "Iya, Bun"
"Ya sudah, ayo kita makan sekarang!" ajak Amirah.
Saat ini mereka sedang makan malam bersama.
Setelah makan malam selesai Abizar, Ambar, Devina dan Alikah pamit pulang namun sebelumnya mereka memberi nasehat dulu pada Rayyan dan Afikah.
"Kak, saat ini kakak sudah menjadi suami, tanggung jawab kakak semakin bertambah, ingat jaga baik-baik istri kakak, jaga hatinya, jaga perasaannya dan jangan sekali-kali menyakitinya yang akan membawa kakak pada penyesalan. Apapun itu kakak harus membicarakannya, jangan langsung memutuskan sepihak, komunikasi itu sangat penting," ucap Abizar. Dirinya tidak mau Rayyan mengalami hal sepertinya dulu yang membuatnya menyesal seumur hidupnya, menyia-nyiakan Amirah. Dan menyadari cintanya namun sudah terlambat.
"Iya, Pa. Terima kasih, kakak akan mengingat nasehat papa."
Abizar menepuk bahu sang putra.
"Jaga Rayyan baik-baik ya, Nak. Tegur dia kalau sedang salah," ucap Abizar pada Afikah.
"Iya, Pa."
"Komunikasi ya, Kak. Apapun masalahnya saling komunikasi pada pasangan itu perlu," ucap Devina.
"Iya, Ma. Makasih ya," jawabnya.
"Mama tau kamu gadis yang baik, selalu jadi sinar buat Rayyan ya, Nak" ucap Devina.
Afikah mengangguk sembari tersenyum. "Iya, Ma."
"Cucuku sekarang sudah menjadi seorang suami, selalu bersikap dewasa ya, Kak. Kalau ada masalah selesaikan dengan kepala dingin, jangan gegabah mengambil keputusan, selalu komunikasikan, jadi imam yang baik buat keluarga kecil kakak," ucap Ambar.
"Iya, Oma. Kakak akan mengingat pesan oma."
"Titip Rayyan ya, Nak cantik. Oma tau dan percaya kamu bisa mengubahnya menjadi lebih baik, karena kamu gadis baik, tangguh dan hebat," ucap Ambar.
Afikah mengangguk dan langsung memeluk erat Ambar. "Terima kasih, Oma."
Ambar memeluk erat Afikah dan mengusap punggungnya.
Rayyan mengajak Afikah duduk bersama keluarganya yang lain di ruang keluarga.
"Kak, rencananya mau bulan madu ke mana?" tanya Arka.
"Belum tau, Dek. Satu minggu lagi Afikah sudah ujian di kampusnya, jadi belum memungkinkan untuk bulan madu. Mungkin nanti nunggu setelah resepsi dan Afikah libur semester," jawabnya.
"Ke Australia aja, Kak. Ketempatnya aunty Aisyah," ucap abah Syaifuddin.
"Iya, asyik itu, Kek. Udah lama kakak nggak ketemu aunty Aisyah."
"Iya, pasti aunty seneng banget, Kak," ucap ummi menimpali.
Mereka semua tersenyum bahagia.
"Tenang ... Nanti uncle kasih tiket buat bulan madu kalian," ucap Arman.
"Opa juga," ucap Devan.
"Tenang ayah juga sudah siapin tiket buat bulan madu kalian kok," ucap Kenzo lagi.
"Wuih asyik nih, bisa bulan madu dengan puas, bakal ngantongin 3 tujuan bulan madu di tempat berbeda," jawab Arka.
"Iya nih, pasti seru banget nih," ucap Renata menimpali.
"Kalau gitu aku juga pasti dapat tiket bulan madu samaan nih sama adek," ucap Niken.
"Boleh, kalau kak Niken mau," jawab Kenzo.
"Ya jelas mau lah uncle," ucap Niken semangat.
"Opa dan papa juga ya," pintanya.
"Beres ...," jawab Devan dan Amran bersamaan.
Rayyan dan Afikah tersenyum.
"Pasti seru, Kak. Kita bisa double date nantinya," ucap Rayyan.
"Pastinya, Dek."
Amirah dan Revi terlihat senang dan bahagia namun tidak dengan Vika yang sejak tadi hanya diam dan datar. Tidak menanggapi percakapan mereka.
"Kita istirahat yuk! Udah malam, pasti setelah acara tadi kalian capek," ucap Vika. Ia langsung berdiri dan melangkahkan kakinya ke kamarnya, namun sebelumnya pamit dulu pada kedua besarnya.
"Permisi, Abah, Ummi," pamitnya.
"Iya, mangga atuh, Bu Vika," ucap mereka berdua.
Setelah kepergian Vika mereka semua memutuskan untuk beristirahat di kamar mereka masing-masing.
Kini tinggal Amirah dan Kenzo, Juga Rayyan dan Afikah.
"Nak Afikah, jangan pernah dimasukkan ke hati ya, kalau ada ucapan yang tidak melegakan keluar dari bibir oma Vika," ucap Kenzo.
Afikah tersenyum. "Iya, Ayah. Ayah tidak perlu khawatir. Saya bisa memakluminya," ucap Afikah.
"Nak, yang sabar ya, pasti suatu saat oma akan menyukaimu, juga menyayangimu. Oma kamu orangnya baik kok, dia juga penyayang. Beliau hanya butuh waktu," ucap Amirah sambil menggenggam lembut jemari Afikah.
"Iya, Bun. Bunda tidak perlu khawatir, saya sangat mengerti dan saya akan sabar menanti itu, saat-saat di mana oma akan menyayangiku dan menerimaku sebagai cucunya," ucap Afikah menerawang menahan air matanya.
Amirah tersenyum, hati Afikah begitu baik dan tulus.
"Kalian istirahat ya, pasti kalian sangat capek," ucap Amirah.
"Iya, Bun. Ayo, Sayang ...," ajak Rayyan.
Mereka meninggalkan ruangan itu sebelumnya mereka pamit dulu pada Amirah dan Kenzo.
Amirah dan Kenzo tersenyum mendengar panggilan Rayyan pada Afikah, mereka belum pernah melihat sang putra melakukan itu pada seorang gadis kecuali keluarga sendiri.
"Semoga kebahagiaan menyertai mereka berdua, dan mama segera bisa menerima Afikah," harap Kenzo.
"Aamiin ... Semoga," jawab Amirah mengaminkan.
***
Malam ini adalah malam pertama buat Afikah dan Rayyan. Malam ini mereka bergelut kembali, melanjutkan aktivitasnya siang tadi, mereka berdua semakin larut dalam ga*r*h, berdua melakukan penyatuan hubungan halal yang penuh kenikmatan.
Karena kelelahan mereka sampai tidak mengerjakan sholat malam, shubuh pun sampai sedikit kesiangan. Pukul 5 mereka baru selesai mengerjakan sholat shubuh.
Kesabaran adalah cara terbaik untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik.***Satu minggu berlalu.Sabtu ini Afikah berangkat kuliah seperti biasanya dengan diantar Rayyan. Kebetulan ia libur pada hari sabtu dan minggu.Di tengah perjalanan ponsel Afikah berbunyi. Tanda ada pesan masuk.@Ridho[Hai Vika, apa kabar? Aku sekarang di jakarta]@Afikah [Masya Allah, iya kah? Kapan kamu datang, Dho?]Send.@Ridho[Kemarin, ini lagi liburan satu bulan lebih, hampir dua bulan ding]@Afikah[Wuih, seneng nih, Nasywa juga libur nggak ya?]Send.@Ridho[Nggak tau kita kan beda, Nasywa di Amrik aku di Australia]@Afikah[Berharap Nasywa juga libur]Send.@Ridho[Ketemuan yuk, di kafenya mamanya Nasywa]@Afikah [Kapan? Aku izin suamiku dulu ya]Send.@Ridho[What? Kamu sudah menikah]@Afikah [Iya, Dho]Send.@Ridho[Tega kamu, Fik. Nikah nggak ngasih kabar, apa kamu nggak pernah menganggapku sahabat kamu, kamu juga nggak pernah ngerti perasaanku, beneran tega kamu]@Afikah [Maaf, kamu kan jauh,
Kesabaran adalah obat terbaik dari segala kesulitan. Sabar dan ikhlas kunci sukses menjalani segala cobaan yang Allah berikan, agar hati dan keyakinan kita tetap kuat bertahan. Ditengah kepungan badai yang menghantam, kuat menjalaninya selagi dirinya tetap bersamanya.***Ucapan Vika masih terngiang di telinga Afikah. "Bagaimana oma bisa menilaiku seperti itu, apa yang ia sangkahkan itu sangat salah, bahkan sedikit pun aku tidak memikirkan tentang harta keluarga ini," batin Afikah.Afikah melamun saat dirinya memotong dan meniris bawang. Tanpa dirinya sadari tangannya terkena sayatan pisau itu, bik Ijah yang melihat darah di jari Afikah, segera menyadarkan Afikah. "Non, jarinya non Afikah berdarah, kok bisa sih, Non? Berdarah seperti itu, tapi tidak berasa," ucap bik Ijah panik, ia segera mengambil kotak p3k dan mengobati luka sayatan di jari Afikah. "Maaf ya, Bik. Saya sudah merepotkan bibik," ucapnya."Iya, Non. Untung saja luka sayatannya nggak dalam. Lain kali hati-hati ya," u
Kebahagiaan yang didapatkan dengan perjuangan akan terasa lebih membahagiakan daripada hanya didapatkan dengan cara instan. Dan saat inilah kesempatan kita untuk berjuang agar merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.***Satu bulan berlalu.Saat ini keluarga Adinata sedang sibuk menyiapkan acara pengajian di kediaman mereka nanti siang. Besok adalah acara akad nikah Niken yang akan diadakan di rumah keluarga Adinata. Sengaja Devan menyuruh Amran dan Revi untuk mengadakan acara itu di rumahnya.Afikah terlihat sibuk membantu bu Rani dan bik Ijah di dapur menyiapkan katering. Renata dan Alika juga ikut membantu. Amirah bertugas mengurus parsel yang akan diberikan pada anak panti dan jamaah pengajian. Ambar, Vika dan Devina juga sibuk membantu Amirah. Ambar dan Devina terlihat semangat dan bahagia bila Amirah menceritakan tentang Rayyan dan Afikah. Amirah selalu memuji menantunya, Afikah. Lain halnya dengan Vika dirinya tetap diam tidak merespon sama sekali. Membuat Amirah sedih dan k
***Fitnah adalah drama kebencian dari jiwa-jiwa kelam yang iri dengan kebahagian yang kita dapatkan.Ketika segelintir gosip kejam dari mulut ataupun dari media lain yang dikirim seseorang mewarnai namaku lalu kamu mempercayainya begitu saja, hanya ada dua kemungkinan. Kamu tidak mengenal aku dengan baik. Atau, kamu tidak mengenal orang yang mengatakan itu dengan baik.(Afikah~ Takdir Cinta)***Satu bulan setelah resepsi pernikahan. Rayyan masih menunda bulan madu mereka karena dirinya begitu disibukkan dengan seminar yang diadakan rumah sakit milik keluarganya di seluruh rumah sakit cabang milik keluarga Adinata di kota-kota besar lainnya. Kebetulan Rayyan sebagai moderator dari seminar itu. Ia meminta maaf pada Afikah karena tidak ada waktu untuk istrinya, dirinya harus sering keluar kota untuk memimpin seminar itu. Afikah sangat mendukung Rayyan dan tidak mempermasalahkan hal itu. Afikah sangat mengerti Rayyan melakukan itu karena tuntutan pekerjaan."Maaf ya, Sayang. Bulan madu
Tidak perlu membela diri mati-matian. Karena mereka tidak membutuhkan penjelasanmu. Jelaskan seadanya dan biarkan waktu yang membuktikan kalau yang mereka sangkahkan terhadapmu itu salah.Ingat ....Sabar itu indah dan kuat. Dan fitnah adalah kesempatan untuk melatih kesabaran.***3 hari berlalu. Afikah menjalankan tugasnya seperti biasa di rumah keluarga Adinata. Membantu bik Ijah memasak, menyiapkan makanan serta berkebun bersama Amirah. Vika masih sama, saat dirinya berkumpul dengan Amirah, ia akan pergi menghindar kalau Afikah ikut dalam kebersamaan mereka. Hari ini, Rayyan pulang dari Surabaya. Afikah menyambut sang suami dengan bahagia. Dirinya sudah sangat merindukan Rayyan. Meskipun setiap hari mereka saling berkomunikasi lewat video call, namun hal itu tidak serta merta menghilangkan kerinduan keduanya."Sayang, aku sangat merindukanmu," ucap Rayyan. Saat ini mereka berdua sudah ada di kamar mereka.Afikah tersenyum lembut. "Sama, Mas. Aku juga merindukanmu."Selepas sho
Sabar itu melelahkan, tapi aku percaya sabar membuat semua indah pada waktunya.Ketika kamu sabar dalam menahan amarah, maka kamu telah menyelamatkan ribuan penyesalan.***Sudah hampir satu bulan Rayyan mendiamkan Afikah, Afikah masih mengerjakan tugasnya dengan baik sebagai seorang istri dan menantu di keluarga Adinata. Afikah sudah memeriksakan kandungannya meskipun Rayyan tidak pernah mau menemaninya. Bahkan sejak pertama kali ia periksa untuk pertama kalinya. Ia selalu memeriksakan kandungannya dengan ditemani Renata. Ya semua keluarga Adinata mencoba untuk percaya kalau Afikah tidak melakukan hal hina itu. Mereka juga mencoba percaya kalau benih yang Afikah kandung adalah benih Rayyan.Hanya Vika yang masih memperlakukan Afikah dengan buruk baik ucapannya maupun tindakannya. Vika juga berusaha menyuruh Rayyan untuk menceraikan Afikah. Berulang kali Vika membujuk Rayyan untuk menceraikan Afikah, namun Rayyan masih bimbang, Rayyan hanya ingin mencari bukti-bukti itu, tentunya den
Menjauh adalah pilihan yang tepat saat kita tidak dibutuhkan lagi. Karena ada saatnya untuk menjauh sejenak, dan ada saatnya juga untuk benar-benar menghilang.Mungkin inilah caraku. Caraku untuk menjauh. Perlahan-lahan ... Hilang dari duniamu. Memberi ruang untukku hingga aku sadar kamu memang benar-benar tak mengharapkanku lagi. (Afikah ~Takdir Cinta)***Afikah bertemu Bu Dita pemilik kosan yang saat ini dirinya berada."Permisi, Bu. Saya mau mencari tempat tinggal. Apa di kosan ibu masih ada yang kosong?" tanyanya sopan.Bu Dita melihat penampilan Afikah dari atas ke bawah."Apa Nak ... Sudah menikah?" tanyanya."Nama saya Afikah, ia saya sudah menikah, namun saat ini suami saya bekerja di tempat yang jauh," ucapnya terpaksa berbohong tentang Rayyan."Boleh lihat ktp dan buku nikahnya?" tanyanya."Oo, boleh, Bu. Silahkan!" ucap Afikah sambil menyerahkan ktp dan buku nikahnya."Baiklah saya percaya, maaf, asal Nak Afikah tau di kosan saya sangat ketat peraturannya, saya
Allah tiupkan kekuatan melalui ujian-ujian yang datang, Allah tangguhkan sesuatu untuk dididik sabar, Allah ambil sesuatu untuk dididik ridha, ikhlas dalam menjalankan semuanya, ikhlas dalam menerima takdir dari Allah.***Empat bulan berlalu ....Saat ini Afikah sudah bekerja di kafe depan kosan yang ia tempati. Memang kafe itu belum cukup ramai karena baru satu bulan buka. Perut Afikah sudah terlihat membesar, usia kandungannya saat ini sudah memasuki bulan keenam. Afikah selalu tegar dalam menghadapi masalahnya. Berjuang keras untuk menghidupi dirinya dan calon bayi yang ada di kandungannya. Meskipun mempunyai uang tabungan tapi Afikah tidak mau hanya mengandalkan tabungan itu.Di lain tempat. Rayyan, Kenzo, Abizar, Devan dan Amran sudah mengerahkan anak buahnya untuk mencari Afikah di seluruh Jakarta. Namun hingga sampai sekarang mereka belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Amirah masih kecewa dengan Rayyan, ini kali kedua Rayyan membuatnya kecewa. Amirah sudah tidak mau l