Share

Bab 4 Mengantar Afikah

last update Last Updated: 2023-03-08 11:41:51

Kesabaran adalah obat terbaik dari segala kesulitan. Sabar dan ikhlas kunci sukses menjalani segala cobaan yang Allah berikan, agar hati dan keyakinan kita tetap kuat bertahan. Ditengah kepungan badai yang menghantam, kuat menjalaninya  selagi dirinya tetap bersamanya.

***

Ucapan Vika masih terngiang di telinga Afikah. "Bagaimana oma bisa menilaiku seperti itu, apa yang ia sangkahkan itu sangat salah, bahkan sedikit pun aku tidak memikirkan tentang harta keluarga ini," batin Afikah.

Afikah melamun saat dirinya memotong dan meniris bawang. Tanpa dirinya sadari tangannya terkena sayatan pisau itu, bik Ijah yang melihat darah di jari Afikah, segera menyadarkan Afikah. 

"Non, jarinya non Afikah berdarah, kok bisa sih, Non? Berdarah seperti itu, tapi tidak berasa," ucap bik Ijah panik, ia segera mengambil kotak p3k dan mengobati luka sayatan di jari Afikah. 

"Maaf ya, Bik.  Saya sudah merepotkan bibik," ucapnya.

"Iya, Non. Untung saja luka sayatannya nggak dalam. Lain kali hati-hati ya," ucap bi Ijah menasehati. 

Afikah tersenyum. "Iya, Bik. Makasih ya," ucapnya.

"Sama-sama, Non."

Malam ini mereka makan malam bersama, Renata selalu bisa mencairkan suasana yang sedikit hening itu.

"Kak, tau nggak? Ajeng marah padaku saat aku menceritakan kakak menikah dengan kak Afikah," ungkap Renata.

"Iya, tadi siang, kami juga ketemu Anin, dia sempat marah juga," ucap Rayyan.

"Tuh dua bersaudara nggak pernah merasa bersalah ya! sifatnya ada aja, buat masalah terus."

Afikah hanya mendengar tanpa harus bertanya seperti keluarganya yang lain yang tetap diam menyimak. Dirinya selalu menunduk bila Vika menatap sinis ke arahnya. Rasanya Afikah tidak bisa lagi menelan makanannya apa lagi harus  menghabiskan makanannya itu. Namun Afikah tidak mau makanannya mubazir terbuang sia-sia,  karena ia sangat tau masih banyak orang di luaran sana kelaparan, ia tidak boleh membuang makanan dan menyia-nyiakannya.

Devan yang sekilas melihat Afikah merasa tidak nyaman, bahkan sejak tadi Afikah hanya mengaduk-aduk makanannya sambil menunduk takut, ia melirik ke arah Vika, istrinya. Dirinya tau Afikah begitu karena ditatap sang istri dengan tatapan tajam. 

"Nak Afikah, makanannya nggak enak ya? Kok sejak tadi opa lihat nak Afikah tidak berselera untuk makan? Apa nak Afikah sakit?" tanya Devan perhatian.

Rayyan dan semuanya melihat ke arah Afikah.

"Kamu sakit, Nak?" tanya Amirah lembut. 

"Ti-tidak kok, Opa, Bunda. Saya tidak apa-apa! Juga tidak sakit!  Makanannya juga enak kok,"  ucapnya. 

"Ya sudah, dimakan ya, Nak. Jangan diaduk-aduk saja biar perutnya terisi," ucap Devan lagi.

"Iya, Opa. Terima kasih."

"Mau aku suapi ...?" tawar Rayyan. Membuat Afikah langsung menggeleng malu. 

Semua yang ada di meja makan, yang sudah selesai dengan makannya  tersenyum sambil geleng kepala. 

"Dasar modus ... Mentang-mentang pengantin baru, dunia serasa milik berdua yang lain cuma numpang lewat," ucap Renata nyengir.

"Suka-suka aku 'lah! Usil banget nih bocah," jawab Rayyan.

"Ya gitu ya, kacang lupa kulitnya! nggak mau terima kasih sama adik kakak yang cantik ini? yang selalu bisa diandalkan! mana bonusnya? kakak bilang kalau kakak menikahi kak Afikah aku dapat bonus, 'kan aku yang jomblangin kakak," ucapnya. 

Afikah menatap Rayyan,  dirinya baru tau ternyata Renata memang selama ini sengaja mendekatkan dirinya dengan Rayyan.

"Iya-Iya kakak nggak akan luka, dan terima kasih atas jasanya juga bantuannya. Emang mau bonus apa?"

Renata nyengir. "Yuhu ... Bonusnya beliin adek hp baru yang keluaran terbaru dan_"

"Sayang ... Nggak boleh gitu dong kalau bantu itu yang ikhlas pantang mengharapkan imbalan, 'kan memang dari awal niatnya adek sendiri  jomblangin kakak sama kak Afikah, sebelum kakak nyuruh adek," potong Amirah.

Renata langsung cemberut dan menunduk malu. "Nggak apa, Bun. Kakak sudah janji kok sama adek, bakal ngasih yang adek minta," ungkap Rayyan. 

"Kan bunda denger sendiri kakak bilang apa, kakak sesendiri yang mau ngasih kok," lirihnya.

Amirah hanya bisa tersenyum melihat tingkah sang putri.

"Nggak apa adek minta ke kakak hadiah tapi nggak boleh terlalu beratin kakak ya! apalagi barang yang mahal, pilih barang yang bermanfaat buat adik nggak harus mahal banget yang penting bermanfaat." Kenzo menasehati sang putri. 

"Iya, Ayah. Nggak terlalu mahal kok, juga bermanfaat pastinya, hp adek sudah sering lemot, adek pingin hp yang ramnya besar biar gampang dan nggak lemot lagi, terus adek juga minta beliin kamera digital buat menunjang hobi adek, yang suka fotografi," ucapnya. 

Kenzo langsung tersenyum. "Itu sama saja adek merampok kakak, kamera digital yang adek bilang ke ayah itu harganya mahal sekali,  untuk kamera digitalnya biar ayah yang beliin, kakak cukup beliin adek ponsel aja ya," tawar Kenzo. 

"Beneran, Ayah?" ucapnya berbinar.

"Iya, beneran!" ujar Kenzo. 

"Alhamdulillah, asyik ...," teriaknya. 

"Makasih, Ayah. Ayah memang the best deh," pujinya.

Vika yang terlihat tidak menyukai hal itu langsung berdiri dan pamit untuk segera istirahat di kamarnya. 

Semua yang menyadari itu langsung terdiam.

"Kalian juga istirahat ya!" ajak Devan pada kedua cucunya dan cucu menantunya. Devan segera menyusul Vika masuk ke kamar mereka. 

Rayyan kasihan melihat Afikah yang tidak nyaman dengan tingkah sang oma. 

"Sayang, kita ke kamar yuk!" ajaknya. Afikah mengangguk.

Saat ini mereka sudah berada di kamar mereka. 

"Maafin oma ya, kalau sering buat kamu nggak nyaman," ucapnya sambil menggenggam jemari Afikah.

"Aku nggak apa kok, Mas. Aku bisa mengerti atas sikap oma padaku, yang penting kalian semua menyayangiku, terutama kamu. Karena kamu alasan aku ada di sini," ucap Afikah.

"Aku akan selalu mencintaimu, dan aku tidak akan menyakitimu," ujarnya. 

"Terima kasih, Mas. Biarkan oma begitu, dan biarkan sang waktu yang akan merubah sikap oma padaku, aku juga sangat menyayangi oma, Mas," ucapnya tulus. 

Rayyan tersenyum mengangguk. "Terima kasih juga, Sayang.  Atas pengertiannya. Hati kamu naik sekali. Semoga oma segera menyadari ketulusan kamu."

Rayyan mencium kening Afikah sedikit lama, lalu turun ke bibir Afikah, lalu seterusnya mereka sama-sama larut dalam perasaan, mereka sama-sama terbuai dalam gairah, mereka pun melakukan penyatuan, penyatuan penuh gairah dan  cinta keduanya.

***

Minggu ini Afikah ada ujian di kampusnya, ia sudah berangkat sejak pagi setelah sarapan, seperti biasanya Rayyan dengan setia mengantarkan sang istri.

Saat menurunkan Afikah, Rayyan melihat ada seorang pemuda yang berdiri di depan gerbang,  pemuda yang kemarin siang ia temui bersama Afikah di kafe tempat Afikah bekerja dulu. Ya, pemuda itu adalah Ridho.  Entah ada perasaan tidak suka pada Ridho, apa lagi sepagi ini pemuda itu sudah berada di kampus sang istri. 

"Ada perlu apa tuh cowok, pagi-pagi ke kampusnya Afikah, bukannya dia kuliah di Australia," batin Rayyan.

Rayyan melihat Ridho yang mulai berjalan ke arah Afikah dan dirinya dengan senyuman yang membingkai wajah tampannya.

"Selamat pagi, Fik, Mas Rayyan," sapanya dengan suara yang lembut dan sopan. 

"Pagi ...," jawab Afikah dan Rayyan.

"Lho sepagi ini kok ada di sini?" tanya Afikah. 

"Iya, aku beli bubur ayam kesukaanku yang ada di depan sana, " ucapnya sambil menunjuk ke arah kedai bubur ayam depan kampus ini.

"Terus aku ingat kalau kamu kuliah di sini,  kebetulan sekali aku juga ingin minta maaf pada kalian berdua atas kejadian kemarin, mohon dimaafkan ya. Maafkan juga sikap kak Anin yang mungkin kekanak-kanakan," ucapnya dibuat seiba mungkin.

Ridho sangat tau sahabatnya itu begitu lembut hatinya. Afikah juga pemaaf meskipun banyak orang yang menyakitinya. Afikah juga tidak tega menolaknya bila seseorang meminta bantuan padanya.

"Iya, kamu tenang aja, kami memaafkanmu, kamu hanya salah faham pada kami dan kami ngerti 'kok. Aku sudah memaafkan kak Anin juga 'kok," jawabnya. 

"Mas  Rayyan juga mau kan maafin aku dan kak Anin?" tanyanya. 

"Tentu ... Aku sudah  memaafkan kalian 'kok," jawab Rayyan juga.

"Makasih ya, ya sudah aku cabut dulu ya, mungkin pesananku sudah selesai dibuatkan," ucap Ridho meninggalkan keduanya. 

Afikah segera masuk ke dalam kampus setelah menyalami punggung tangan Rayyan.

"Nanti mas jemput ya, Sayang."

"Iya, Mas."

"Nanti kirim pesan atau langsung vc mas ya, Sayang."

"Siap,  bosku ...," ucap Afikah sambil memberi hormat layaknya seorang polisi .

Rayyan tersenyum. 

"Udah ...  langsung masuk nggih! Belajar ya bener,"

Afikah tersenyum mengangguk sambil memberi kode hormat lagi pada Rayyan.

Rayyan sangat bahagia bisa melihat senyuman di wajah cantik Afikah, dan ia bahagia senyuman itu ia yang memberinya pada Afikah, bahagia bahwa dirinya menjadi alasan Afikah untuk tersenyum dan dekat dengannya.

"Aku mencintaimu Afikah dan selamanya akan seperti ini," gumamnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Takdir Cinta (Rayyan dan Afikah) Spin off Ketulusan Hati Ami   109. Penyempurna Hidupku

    Sesampainya di Lombok, mereka langsung di jemput oleh pihak resort yang mereka sewa karena itu semua sudah bagian dari paket bulan madu yang mereka ambil.Sesampainya di resort, mereka segera di tunjukkan kamar mereka. Renata langsung berlari menuju balkon. Ia menatap indahnya pantai di balkon resort yang mereka tempati. Arka memeluk tubuh Renata dari belakang, membuat wanita cantik itu terkejut.“Bagaimana, suka?” tanyanya sambilencium leher Renata.“Iya, suka,” jawabnya.Arka langsung mencium bibir Renata dan Renata pun membalasnya. Ciuman itu semakin dalam membuat Renata mendesah. Arka semakin tertantang, jemarinya sudah menyusuri setiap inci tubuh Renata. Renata pasrah, wanita cantik itu menikmati setiap sentuhan sang suami. Detik berikutnya, Arka menggendong tubuh Renata dan membawanya ke dalam. Pengacara tampan itu membaringkan tubuh sang istri dan kembali melakukan aksinya. Renata dan Arka saling menikmati, mereka kembali menyatu dalam ikatan suci pernikahan.Hari-hari mereka

  • Takdir Cinta (Rayyan dan Afikah) Spin off Ketulusan Hati Ami   108. Resepsi Arka-Renata

    Pukul 07.30 Renata dan Arka sudah sampai di tempat acara. Sebelumnya, mereka akan di rias terlebih dulu di ruang yang berbeda.Rayyan dan Afikah beserta kedua buah hatinya sudah sampai lebih dulu karena ini adalah bagian dari tugasnya.“Gimana rasanya malam pertama?” bisik Rayyan menggoda Arka yang sedang berada di ruangan yang berbeda dengan Renata. Kebetulan di sana hanya ada mereka berdua, sehingga Rayyan merasa mempunyai banyak kesempatan untuk menggoda Arka. Pengacara tampan itu hanya mencebik menanggapi godaan sang kakak ipar.“Enak enggak? Jangan bilang kalau kalian belum melakukannya. Dilihat dari tampangmu itu kamu terlihat liar dan enggak sabaran?” cibir Rayyan semakin suka menggoda. Apalagi melihat ekspresi yang ditunjukkan Arka padanya, seolah pengacara tampan itu ingin memakannya.“Emang gimana tampang aku, Kak?” Akhirnya Arka buka suara.“Tampang-tampang liar di ranjang. Awas aja kalau adikku kesakitan,” godanya sekaligus sedikit memberi ancaman.“Sakit-sakit nikmat, Kak

  • Takdir Cinta (Rayyan dan Afikah) Spin off Ketulusan Hati Ami   107. Ijab qobul Arka-Renata

    Renata tersenyum samar melihat ekspresi Arka saat ia mengatakan dipingit, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Memang itu yang dikatakan sang bunda dua hari yang lalu dan ia belum sempat mengatakannya pada Arka.“Pokoknya aku akan protes sama mereka semua. Aku enggak mau ada proses pingit. Aku tidak bisa tidak melihatmu barang sedetik saja, Ren. Lha, ini malah seminggu. Mereka sama saja membunuh semangat hidupku. Apalagi dalam minggu ini aku harus bolak-balik ke pengadilan untuk menangani beberapa kasus klienku. Aku enggak akan semangat bila tidak melihatmu,” ucapnya lirih. Ada perasaan takut, kecewa, dan marah. Ia tidak mau hal itu benar-benar terjadi.“Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Bang. Itu sudah keputusan mereka. Aku mah nurut aja,” balas Renata.“Nurut kalau tidak dipertemukan aku? Apa kamu sanggup, Ren? Aku jujur enggak sanggup,” ujarnya lirih dengan tatapan menelisik menghadap Renata.“Iya, aku tahu itu. Aku enggak akan sanggup juga, tapi aku harus bagaimana?” jawa

  • Takdir Cinta (Rayyan dan Afikah) Spin off Ketulusan Hati Ami   106. Pertunangan Arka-Renata

    Satu minggu berlalu. Saat ini Renata sedang dirias di salah satu kamar di hotel bintang tujuh milik keluarga Adinata.Hari ini adakah hari pertunangan Renata dan Arka. Rayyan sengaja membuat pesta pertunangan ini dengan mewah. Awalnya Renata dan Arka menolak dengan alasan ingin bertunangan secara sederhana dan dihadiri keluarga inti saja, tetapi Rayyan sedikit memaksa sehingga mau tak mau mereka menurutinya.Acara terlaksana dengan lancar. Bukan hanya keluarga inti. Namun, juga beberapa staf rumah sakit dan kolega dari perusahaan Adinata. Devan dan Vika yang sibuk mengurus perusahaan di Singapura bersama Niken pun harus pulang ke Indonesia. Mereka berkumpul di acara itu.Upacara penyematan cincin pertunangan terlaksana, hingga acara terakhir yaitu doa bersama menurut kepercayaan masing-masing yang dipimpin Abah Syaifuddin karena tamu undangan bukan berasal dari agama Islam semua. Setelahnya acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Semua tamu undangan berangsur pulang setelah acara ramah

  • Takdir Cinta (Rayyan dan Afikah) Spin off Ketulusan Hati Ami   105. Renata Sudah Membayangkan

    Desy dan Ratna dengan cepat mengulurkan tangan pada Renata sambil tersenyum manis. Membuat Renata merasa canggung. Namun, ia pun segera membalas uluran tangan itu.“Ini, ya yang namanya Renata? Ternyata benar apa yang dikatakan Arka, kamu cantik banget pantas adik kami klepek-klepek sama kamu, bucin lagi,” ucap Desy antusias, membuat Renata mengernyit heran ke arah Arka yang hanya bisa garuk tengkuk.“Arka sudah banyak cerita tentang kami pada kami. Ternyata tipe Arka the best juga, dari segi fisiknya dapat semua, good looking.” Ratna ikut menimpali dengan memuji. Renata makin canggung, gadis cantik itu serba salah. “O iya, kenalkan, kami ini kakak sepupunya Arka yang tinggal di Kanada. Kebetulan Pak Nugraha adalah teman bisnis papa kami. Sehingga kami sekalian pulang kampung saat dapat undangan ini,” ucap Desy menjelaskan. Wajah cantik yang awalnya canggung, cemburu, kesal, dan keheranan pun terlihat lega.Renata mengembuskan napasnya perlahan, ia harus menjaga hatinya supaya tak t

  • Takdir Cinta (Rayyan dan Afikah) Spin off Ketulusan Hati Ami   104. Pernikahan Alika-Aiman (Perjalanan Cinta Alika)

    Minggu ini Amirah, Afikah, dan Renata disibukkan dengan persiapan acara pernikahan Alika, putri Abizar dan Devina.Mereka harus bolak-balik datang ke rumah Ambar karena Devina meminta mereka membantu sampai tuntas acara pernikahan sang putri.Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari Pernikahan Alika dan Aiman. Renata sengaja tidur di sana karena Alika memintanya untuk menemani gadis itu.Pagi ini Alika dirias oleh MUA langganan Devina. Gadis cantik itu sudah bersiap sejak selesai salat Subuh. Renata masih setia menemani dan menenangkan Alika. Gadis cantik putri Abizar adik seayah dengan Rayyan yang sudah Renata anggap adiknya juga. Ya, sebelum menikah dengan Kenzo, Amirah pernah menikah dengan Abizar sahabat Kenzo. Kisah masa lalu yang sangat kelam dan penuh air mata dilalui Amirah, hingga Abizar sadar telah mencampakkan berlian seperti Amirah. Abizar pun bertaubat dan memilih meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studinya di Kanada. Di sana Abizar yang sudah berubah menjadi baik p

  • Takdir Cinta (Rayyan dan Afikah) Spin off Ketulusan Hati Ami   103. Restu dan Lamaran (Perjalanan Cinta Alika)

    Allah selalu memberikan senyum di balik kesedihan. Allah selalu memberikan harapan di balik keputusasaan. Mencintaimu dengan sungguh-sungguh memberikan kebahagiaan di hatiku. Namun mencintai karena Allah kita mendapat nilai ibadah dan kebahagiaan yang lebih. Maka cintai aku karena Allah.(Aiman – Sang Penjaga Hati)***Devina dan Abizar membawa sang putri pulang, setelah gadis cantik itu sedikit tenang. “Nak Aiman, Ayah percaya padamu. Seperti yang kamu mau kami akan menerima keputusan itu dan menunggumu datang untuk Alika,” ucap Abizar sebelum keluar dari restoran.“Iya, Ayah. Aku berjanji, insya Allah tidak akan merusak kepercayaan kalian semua,” ucapnya sopan.***“Sayang, ayo sarapan dulu!” teriak Devina memanggil sang putri sambil mengetuk pintu.“Aku enggak lapar, Ma.”“Sayang, jangan seperti ini nanti kamu sakit. Ayo buka pintunya!” bujuk Devina sambil terus mengetuk.“Ma, biarkan Alika sendiri. Alika mau nenangin diri!” ucap Alika berteriak.“Sayang, Mama enggak mau kamu sa

  • Takdir Cinta (Rayyan dan Afikah) Spin off Ketulusan Hati Ami   102. Ditentang Kakek (Perjalanan Cinta Alika)

    Jika kita mengharap kebahagiaan atas apa yang tengah diperjuangkan, maka teruslah berusaha bersabar dan berusaha.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Dua tahun lebih tiga bulan sudah Aiman dan Alika terpisahkan oleh jarak. Namun, jarak yang memisahkan tidak membuat hubungan mereka renggang. Bahkan hubungan Alika dan Aiman malah semakin dekat.Setiap hari hampir tak terlewatkan Aiman menghubungi Alika. Kalau pun bukan Aiman yang menghubungi dulu, Alika yang akan menghubungi pemuda tampan itu.Setelah pamit pada Gus Arsya, Aiman mengambil barang-barangnya yang ada di kantor Madrasah Diniyah. Suka duka ia rasakan selama dua tahun ini bersama para santri tahfiz. Bahagia ia rasakan karena bisa mengamalkan ilmunya untuk para penghafal Alquran yang ada di pesantren itu.Setelah pamit pada Ustaz dan Ustazah juga para santri-santrinya dengan penuh keharuan, ia pun pulang ke rumah sang kakek untuk mengambil barang-barangnya yang sudah ia siapkan.“Kek, Nek. Aku kembali ke Jakarta hari ini juga. Kakek d

  • Takdir Cinta (Rayyan dan Afikah) Spin off Ketulusan Hati Ami   101. Janji Aiman (Perjalanan Cinta Alika)

    ***Cinta tidak hanya membutuhkan tuntutan dan harapan. Namun cukup dengan ketulusan dan kepercayaan. Sedangkan janji membuat hubunganmu lebih kuat. Karena akan menunjukkan seberapa banyak yang dapat kamu lakukan untuk cintamu.(Aiman – Sang Penjaga Hati)Alika masih terdiam. Ia berusaha meredam gejolak di hatinya. Mendengar gombalan yang baru saja Aiman lontarkan. Ia tidak menyangka Aiman bisa melakukan itu. Jujur hati siapa yang tidak berbunga, diperlakukan istimewa dengan kata manis oleh laki-laki pujaan hatinya yang sangat ia cintai.“Alika Putri Abizar Alfatikh, kok malah diem sih? Asal kamu tahu, aku enggak perlu diminta oleh Ayah atau pun Bunda untuk membujuk permaisuri hatiku. Calon makmumku,” ucapnya sambil melihat wajah Alika yang semakin merona menahan gejolak.“Ka-kalau Kakak hanya berniat menjatuhkanku, enggak usah melambungkan hatiku. Kakak tahu ‘kan jatuh itu sakit?” ujarnya sambil menunduk.“Aku enggak melambungkanmu. Karena aku mengatakan ini sesuai dengan isi hati

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status