Share

Bab 5. Double Wedding

Kebahagiaan yang didapatkan dengan perjuangan akan terasa lebih membahagiakan daripada hanya didapatkan dengan cara instan. Dan saat inilah kesempatan kita untuk berjuang agar merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.

***

Satu bulan berlalu.

Saat ini keluarga Adinata sedang sibuk menyiapkan acara pengajian di kediaman mereka nanti siang. Besok adalah acara akad nikah Niken yang akan diadakan di rumah keluarga Adinata. Sengaja Devan menyuruh Amran dan Revi untuk mengadakan acara itu di rumahnya.

Afikah terlihat sibuk membantu bu Rani dan bik Ijah di dapur menyiapkan katering. Renata dan Alika juga ikut membantu. Amirah bertugas mengurus parsel yang akan diberikan pada anak panti dan jamaah pengajian. 

Ambar, Vika dan Devina juga sibuk membantu Amirah. Ambar dan Devina  terlihat semangat dan bahagia  bila Amirah menceritakan tentang Rayyan dan Afikah. Amirah selalu memuji menantunya, Afikah. Lain halnya dengan Vika dirinya tetap diam tidak merespon sama sekali. Membuat Amirah sedih dan kecewa dengan sikap sang mertua.

Hari berganti siang, para tamu undangan yang berasal dari jamaah pengajian. Juga anak-anak panti sudah terlihat berdatangan.

Di dalam kamar Afikah dan Rayyan sedang bersiap. Afikah sudah cantik memakai gamis putih dengan hijab senada. Afikah memoles pipinya dengan bedak tabur tipis-tipis dan lipstik berwarna nude. "Cantik," puji Rayyan sambil memeluk tubuh Afikah dari belakang. Membuat Afikah terkejut.

"Mas ...," ucapnya tersipu malu. Mukanya sudah merah tanpa polesan blush on.

"Istriku cantik, aku makin sayang dan cinta deh," ungkapnya.

Afikah tersenyum. "Terima kasih, Mas."

"Sama-sama, Sayang. I love you ...," ungkapnya. 

"I love you too, Suamiku," jawab Afikah dengan muka yang memerah, menahan malu.

Afikah membantu Rayyan mengancingkan baju koko putih yang Rayyan pakai. 

"Sudah, sudah tambah tampan," ucap Afikah menggoda. 

"Makasih, Sayang."

"Sama-sama. Ayo kita turun, Mas! Acaranya sebentar lagi dimulai," ajak Afikah.

Rayyan berniat menggoda istrinya dulu, ia sengaja menarik tangan sang istri hingga tubuh Afikah terbentur ke dada bidangnya.

"Kenapa sih, kamu buru-buru?" goda Rayyan mengangkat dagu Afikah, memandang sang istri sambil menaik turunkan alisnya. 

"Ya-ya ... Acaranya emang udah mau di mulai, Mas_"

Rayyan menutup bibir Afikah dengan bibirnya,  mencium sekilas istrinya yang membuat Afikah terdiam semakin malu.

Rayyan tersenyum melihat Afikah yang spechlesh karena ulahnya itu.

"Ayo turun!" ajaknya sambil menggandeng tangan Afikah.

"Ehm ... yang nempel terus kayak perangko. Disini juga ada orang ya, bukan hantu bin demit, jadi jangan dilewati aja, serasa dunia milik berdua," ucap Arka yang berdiri tak jauh dari mereka, ia baru keluar dari kamarnya dan melewati depan kamar Rayyan. Mendengar celotehan Arka membuat Rayyan dan Afikah tersenyum geleng kepala. 

"Kak satu minggu lagi aku mau ke pulau komodo, kakak mau ikut nggak?" tanyanya 

"Asyik itu, izinkan dong ke kakak ipar cantikmu ini dulu, ucapnya sambil mengarahkan dagunya ke Afikah.

Afikah hanya mengangkat bahunya.

"Terserah, Mas saja."

"Aku rasa pulau Komodo bisa dijadikan planning buat bulan madu nanti deh, Dek" ucapnya pada Arka.

"Menurutku asyik aja sih, bulan madu ke sana sambil berpetualang," jawab Arka menyetujui usul Rayyan.

Mereka pun ikut bergabung bersama yang lain. 

Mereka semua mendengarkan pengajian dengan khidmat sampai selesai. Acara hari ini berjalan dengan lancar tinggal besok acara akad nikah Niken dengan Gibran.

Dan minggunya pesta resepsi mereka. Rayyan dan Afikah juga Niken dan Gibran. Yang diadakan di hotel bintang tujuh milik keluarga Adinata yang baru.

***

Pagi ini keluarga Adinata sudah disibukkan  dengan persiapan akad nikah Niken, yang akan diadakan sebentar lagi. 

Sebenarnya abah Syaifuddin diminta untuk membacakan khutbah nikah namun beliau tidak bisa karena harus mengisi pengajian di rumah santrinya. Abah dan ummi hanya bisa datang besok di acara resepsi, itu pun mereka harus langsung pulang tidak bisa menginap karena ada jadwal mengisi  kuliah shubuh.

Acara akad nikah Niken dan Gibran berjalan lancar dengan ditutupnya suara koor dari para saksi yang mengucapkan kata sah.

Gibran terlihat lega yang sebelumnya mukanya begitu tegang, kedua mempelai saling tukar cincin setelah menandatangani buku nikah. Gibran terlihat mencium kening Niken setelah Niken menyalaminya. Arka, Renata juga Alika sibuk dengan ponsel mereka dan mengabadikan moment itu. Rayyan dan Afikah hanya tersenyum melihat tingkah konyol adik-adik mereka.

"Dasar, kalian itu ...," ucap Rayyan yang mendapat pelototan dari sang adik, Renata. 

"Iri? Bilang bos! Sini aku fotoin kalian, lupa ya kalian kan juga masih pengantin baru ya?" ucapnya menggoda sang kakak.

Rayyan menjitak dahi sang adik. "Aw, Kakak ... Sakit tau ...?" adunya pura-pura sakit.

"Nggak mau, aku nggak mau jadi model dari fotografer abal-abal. Bisa-bisa fotoku jelek, dan merusak ketampananku," godanya pada sang adik. Dengan percaya dirinya Rayyan mengucapkan itu, membuat Afikah tersenyum melihat tingkah konyol suami dan adik ipar sekaligus sahabatnya itu.

"Wuih, sombong ... tampan sih, tapi_" ucapnya menggantung bikin Rayyan penasaran. 

"Tapi apa? Hah ...?" tanya Rayyan penasaran. 

"Tapi suka marah-marah dan sewot, bentar lagi juga keriput, hehehe ...," jawabnya sambil nyengir.

"Adek ...," geramnya. Renata langsung ngacir. 

"Dasar bocah," gerutunya. 

Rayyan melihat Afikah  yang menertawakannya.

"Kamu menertawakan suami tampanmu ya, Sayang?" tanyanya pura-pura kesal.

Afikah menghentikan tawanya sambil menggeleng.

***

Saat ini Afikah berada di kamar hotel yang akan ditempati Afikah dan Rayyan juga Niken dan Gibran malam ini. Hotel bintang tujuh milik keluarga Adinata.

Afikah terlihat sangat cantik dengan gaun pernikahannya. Dimake up oleh MUA dengan riasan natural. Namun tetap terlihat sangat elegan. 

"Masya Allah,  memang sudah cantik, meskipun make upnya natural ya tetap cantik lha," ujar MUA yang menanganinya.

"Terima kasih, Kak," ucap Afikah sopan. 

Rayyan masuk ke kamar itu, melihat apakah Afikah sudah siap apa belum, seketika Rayyan terpesona dengan pemandangan yang ia lihat. Memandang sang istri tanpa berkedip. 

"Masya Allah, kamu cantik sekali, memilikimu adalah anugerah terindah dari Allah," ungkapnya.

Afikah menunduk malu. "Terima kasih, Mas," lirih Afikah yang masih dapat terdengar sang suami. 

"Sama-sama, Sayang."

MUA yang menangani Afikah tadi tersenyum. "Tahan ya, tunggu nanti malam setelah acara selesai," ucapnya menggoda keduanya. 

Rayyan dan Afikah tersenyum canggung.

Saat ini mereka sudah berada di atas pelaminan dengan dua konsep pernikahan yang dikemas menjadi satu. Resepsi pernikahan Rayyan-Afikah dan Niken-Gibran. Acara terlihat meriah dan mewah.

Usai tamu undangan pulang satu persatu mereka sekeluarga berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. 

Abah dan ummi segera pamit undur diri, namun sebelumnya mereka memberi nasehat untuk sang cucu.

"Cucunya kakek sekarang sudah menjadi imam, kakek harap kakak bisa berpikir lebih dewasa. Kakak harus menhadibsuani yang baik untuk istri  kakak, ayah uang baik untuk anak-anak kakak. Membimbing mereka dan saling mengingatkan  melengkapi kekurangannya, jangan pernah menyakiti hati istri kakak, jika ada masalah bicarakan dengan pikiran yang dingin selalu komunikasi," ucap abah menasehati Rayyan.

"Iya, Kek. Kakak akan selalu mengingat nasehat kakek," ucap Rayyan.

Ummi Rianti juga menasehati keduanya. Intinya juga sama apa yang diucapkan abah dan ummi.

Afikah dan Rayyan mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada keduanya. 

Amirah dan Kenzo mengantarkan abah dan ummi sampai di basement hotel.

Setelah semua anggota keluarga mereka pulang Rayyan dan Afikah, Gibran dan Niken menuju kamarnya di hotel ini masing-masing.

Setelah masuk kamar,  Rayyan segera membersihkan dirinya di kamar mandi. Setelah melihat Rayyan masuk kamar mandi  Afikah melepas gaunnya dan menggantinya dengan piyama yang ia bawa tadi dari rumah. 

Afikah segera membersihkan makeup yang menempel di wajahnya.

Rayyan melihat sang istri yang sudah mengganti gaun pengantinnya dengan piyama tidur.

Rayyan menghampiri sang istri. "Aku sudah selesai mandi" ucapnya berbisik membuat Afikah terlonjak kaget. 

"Mas ..." ucapnya malu karena Rayyan  hanya memakai handuk untuk  menutupi tubuhnya.

Afikah langsung beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mencoba menghilangkan  debaran di hatinya.

Memang ini bukan pertama kalinya lagi buat mereka, usia pernikahan mereka sudah berjalan satu bulan lebih, tapi Afikah masih canggung dan malu bila berdua dengan sang suami. Apa lagi Rayyan paling bisa menggodanya. 

Tok ... Tok ... Tok ....

Suara pintu kamar mandi diketuk. Afikah memang sudah lama berada di kamar mandi.

"Sayang, apa kamu berniat untuk tidur di kamar mandi?" Suara Rayyan terdengar sedikit berteriak dari balik pintu.

Afikah membuka pintu kamar mandi. Afikah melilitkan handuk di rambutnya yang habis ia keramasi.

Rayyan mencium harum bau sabun khas Afikah. Yang sekarang  sudah menjadi candunya setiap hari. Aroma yang menenangkan membuatnya nyaman.

"Lama amat mandinya?" tanyanya.

Afikah hanya tersenyum. 

Saat ini mereka sudah berada di ranjang yang sama. Rayyan memeluk Afikah dan detik selanjutnya dengan persetujuan Afikah mereka melakukan lagi hubungan suami istri yang sudah menjadi hak keduanya, saling memberi nafkah batin untuk pasangan halalnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status