Share

Takdir Cinta Sejati
Takdir Cinta Sejati
Author: Ae-ri Puspita

Keputusan

Author: Ae-ri Puspita
last update Last Updated: 2022-06-23 13:39:39

Cinta terdengar indah, tapi kadang menyakitkan. Apalagi jika cinta itu sudah tak dapat dipertahankan lagi. Ego dalam menjalani sebuah percintaan, hanya akan berakhir dengan kepedihan. Berbohong dalam menjalani percintaan hanya akan berakhir dengan penyesalan. 

Terus apa yang harus dilakukan? Jawabnya, hanya satu MENGAKHIRI. 

***

Berkali-kali ia menghembuskan napas gusar.

Bukankah itu sebuah pilihan yang berat? Sebuah keputusan yang sama sekali tak ingin ia putuskan, ada ribuan rasa yang tengah berkecamuk dalam rongga dadanya kini. 

Haruskah ia mengambil langkah itu? Tak adakah pilihan lain selain itu? Atau itu adalah teguran untuknya dari Yang Maha Kuasa atas perbuatannya selama ini? 

Airah menggelengkan kepala. Bukankah semua yang terjadi dan yang akan terjadi adalah ketetapan dari yang Maha Kuasa? Tak ada yang bisa menolak barang satu pun. Termasuk dirinya. 

[ Aku sudah ada di luar] Satu pesan masuk. 

Airah membereskan segala peralatan tulisnya, memasukkan ke dalam tas ransel seraya bergegas meninggalkan kelas.

Langkah kaki wanita itu terhenti saat melihat segerombolan pria yang tengah bercanda ria, perhatiannya terpusat pada sosok pria yang berpakaian jaket kain bewarna hitam yang terlihat tengah berbincang dengan salah satu mahasiswa itu.

Mengambil langkah  mundur, mencari jalan lain, walau harus memutari beberapa fakultas. Capek. Tentu saja setiap hari dia  harus melakukan hal tersebut, menghindar.

Bukan tanpa alasan mengapa Airah melakukan itu. Bertemu dengannya hanya akan menggoyahkan keputusan yang sudah wanita itu buat sematang mungkin. 

Samar-samar terdengar seseorang yang memanggil namanya, dan wanita itu pastikan bahwa suara tersebut adalah suara seseorang yang saat ini tak ingin ia temui.

"Airah!"  Terdengar suara Bagas yang semakin mendekat. Membuat langkah kaki wanita itu semakin cepat. Dia bagaikan seekor kura-kura yang tengah berlomba lari dengan seekor kelinci. 

Bagaimanapun seekor kura-kura mempercepat derap langkahnya pasti akan kalah cepat juga.

Bagas mencekal pergelangan tangannya saat kaki wanita itu hendak melangkah keluar gerbang kampus. Entah bagaimana pria ini bisa melihatnya. Bahkan mengejarnya sampai gerbang. 

"Kamu kenapa, sih? Akhir-akhir ini selalu menghindar. Aku punya salah sama kamu?" Airah bergeming tak menanggapi pertanyaan Bagas.

"Airah! Jawab dong!" Suara Bagas naik satu oktaf.

"Maaf, Gas. Aku ingin kita putus," balasannya lirih.

Bagas bergeming menatapnya dengan tatapan tak percaya. 

"Kasih aku alasan, kenapa kamu ingin putus?" Bagas menatapnya nyalang. Mencekal pergelangan tangan wanita itu semakin erat.

Airah balas menatapnya lekat mencoba menahan segala gejolak rasa." Aku mencintai pria lain. Maaf, Gas."

Bagas tersenyum sinis." Kamu pikir aku bakalan percaya. Aku tahu kamu bukan wanita seperti itu, Ra."

"Tapi itulah kenyataannya, Bagas. Aku mencintai pria lain. Aku bermain serong di belakangmu. Aku tidak ingin membohongimu terlalu lama. Itu sebabnya aku mengatakan yang sebenarnya sekarang."

"Buktikan kalau memang kamu sudah tidak mencintai aku lagi."

"Kamu ingin bukti seperti apa?" Airah balik menantang.

Rahang Bagas terlihat mengeras. Wajahnya tampak memerah. 

Lama mereka saling menatap sebelum sebuah suara bariton menyentak keduanya.

 "Airah!" Mereka menoleh melihat seorang pria dengan tubuh atletis yang dibalut jaket kulit menghampiri mereka dengan langkah lebar.

"Lepaskan tanganmu!" titah Adnan menatap tak suka pada Bagas.

Bagas menatap Adnan dengan tatapan yang sama.  "Emangnya Lu, siapa, hah?"

Adnan tersenyum. Melepas paksa cekalan tangan Bagas seraya merangkul pundak wanita itu. Airah bergeming menatap punggung tangan Adnan di bahunya.

 "Airah adalah calon istriku," balasnya dengan nada tenang.

Bagas berdecih" Lo pikir gue percaya?"

"Kamu lihat."  Adnan mengangkat tangan kiri Airah. Memperlihatkan sebuah cincin yang bertengger pada jari manisnya.

 "Minggu depan aku dan Airah akan menikah." Setelah mengatakan itu, Adnan menarik tangan Airah, membiarkan Bagas yang masih bergeming menatap kepergian keduanya.

***

Ratusan pesan dan panggilan dari Bagas tak satu pun yang ia balas. Keputusan wanita itu sudah bulat, dia ingin mengakhiri hubungan mereka. Hubungan terlarang yang tak sepatutnya terjalin.

Malas berdebat dengan hati dan logika, Airah memutuskan untuk mengambil wudhu menenangkan jiwanya yang bergejolak.  Mengambil mushaf, membacanya dengan tartil penuh kekhusyuan.

Hingga bacaannya terhenti  pada salah satu ayat .

Artinya: "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang kembali kepada-Nya. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." ( QS. Al-Baqarah [2] ayat 155 - 157 )

Tak terasa air matanya mengalir hingga jatuh membasahi mukena yang ia kenakan. Apakah ini sebuah teguran untuknya atas dosa yang selama ini sudah ia perbuat? 

Airah meraih benda pipi yang ia simpan di atas kasur saat mendengar sebuah pesan masuk. Dia mencoba abai tapi pesan itu berkali-kali masuk membuatnya mau tak mau membukanya. 

[Aku ada di luar] 

[Airah, aku tidak akan pergi dari sini, sebelum kamu keluar]

[Jangan pernah berfikir aku akan memutuskan hubungan sepihak ini]

Airah terperanjat kaget saat mendengar bunyi ketukan pintu, membuatnya harus mengakhiri bacaan pesan yang Bagas kirim.

 "Belum tidur, Nak?" tanya sang Ibu saat ia membuka pintu kamar.

Airah tersenyum." Belum, Bu."

Wanita yang  paling Airah sayangi itu tampak menghela napas panjang." Apa tidak sebaiknya kamu temui dia?”

Airah menggeleng. " Sudah tidak ada yang perlu dibahas, Bu."

Sang Ibu mengambil kedua tangan Airah seraya menggenggamnya dengan lembut. " Ibu tahu ini berat untukmu, Nak. Ibu--"

"Bu!" Panggilnya. Sintia mendongak dengan bulir bening yang berjatuhan.

 Airah melepaskan genggaman tangan Ibunya, seraya menghapus air mata yang berjatuhan dari pelupuk mata wanita yang telah melahirkannya itu. 

 "Aku akan menemuinya."

Sintia mengangguk, tersenyum." Bicaralah! Dan akhiri semuanya dengan baik-baik."

Airah mengangguk dan lekas menemui pria itu.

Dia menghela napas panjang saat melihat Bagas yang tengah bersandar pada mobilnya.

 "Bagas!" Pria itu mendongak. Berlari memeluk tubuh mungil Airah. 

  "Aku rindu," bisiknya. 

Airah menahan gejolak asa yang tengah berkecamuk. Menahan tangis yang hendak keluar. Airah juga rindu. Rindu dalam dekapan pria itu, ada rasa nyaman saat bersamanya. Walau dia yakin ini mungkin akan menjadi pelukan terakhir mereka. 

Bagas merenggangkan pelukannya. Menatap wanitanya sambil tersenyum. Kedua mata pria itu tampak sembab. 

Apa dia habis menangis? 

 "Aku punya sesuatu untukmu, Ra. Tunggu sebentar, ya?" 

Bagas berlari menghampiri mobilnya. Tak berselang lama ia kembali membawa sebuah kado di tangannya.

"Besok adalah Anniversary kita yang ke 4. Aku tidak mau melewatkan momen bahagia kita. Aku--"

 "Mari akhiri semuanya Bagas."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Takdir Cinta Sejati   Pernyataan

    Allah SWT berfirman dalam (Surah Asy-Syu’arah : 78-82) yang artinya : Yaitu yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan yang Memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan yang sangat kuinginkan akan mengampuni keselahanku pada hari kiamat.” *** Perlahan mata sayu itu terbuka. Lamat-lamat ia mengerjap guna menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah plafon berwarna putih. Airah merasakan denyut sakit di kepalanya, di sebelah bagian tangan kanannya terdapat selang infus yang terpasang. Pintu ruangan terbuka. Menampilkan sosok Anya dan seorang dokter laki-laki setengah baya menghampirinya. Anya berhambur memeluk tubuh sang sahabat. “Alhamdulillah, Ra, kamu sudah sadar.” Ia merenggangkan pelukannya. “Apa kamu masih merasa pusing?” Airah mengangguk. ”Iya sedikit pusing.” Mata bening Ai

  • Takdir Cinta Sejati   Kisah Kesabaran Nabi Ayyub as

    "Allah melimpahkan setiap ujian-Nya padamu karena Allah percaya bahwa kamu bisa dan mampu dalam melewatinya. " ~Nur Airah Nih~ *** Jam telah menunjukkan pukul lima sore. Janjian, hari ini Airah dan Anya akan bertemu di Kafe tempat biasa mereka nongkrong. "Assalamu'alaikum, maaf, ya, Ra, aku telat." Airah memutar bola mata malas. Kebiasaan." Wa'alaikumussalam, aku dah nunggu satu jam lebih, loh." Anya menggeser kursi dan duduk di depannya."Iya, maaf banget. Tadi tiba-tiba ada urusan penting di Rumah Kasih Cinta. Maaf, ya. Ra," sesalnya sambil mengatupkan kedua telapak tangannya di dada. "Rumah kasih cinta?" Anya mengangguk." Rumah khusus buat pengidap penyakit kanker," sahutnya seraya melambaikan tangan ke pramusaji. Lagu Kupu-kupu Cinta--Sigma pun mengalun merdu. Menemani makan sore mereka. "Hm, An." Anya mendongak melihat wanita di depannya sambil memasukkan mie goreng ke mulutnya. "Boleh aku ikut dengan

  • Takdir Cinta Sejati   Melamar

    "Masa lalu tak hanya memberikan kenangan, namun juga mengenalkanmu akan makna kehidupan." Anonim. *** Waktu berputar seiring dengan roda jam yang berdetak, tak terasa sudah empat tahun sembilan bulan wanita itu meninggalkan bangku perkuliahan. Lulus dengan nilai cumlaude. Ternyata menjadi seorang sarjana itu tidaklah mudah, seperti dugaan sebagian orang. Ada banyak tuntutan dan tanggung jawab yang harus mereka hadapi. Salah satunya, mencari pekerjaan. Sebagian orang berpendapat bahwa menjadi sarjana akan lebih mudah atau memiliki pegangan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik nantinya. Misalnya, menjadi pegawai pemerintahan, mungkin. Mindset tersebut harus mereka ubah. Menjadi sarjana adalah proses kemandirian diri. Bagaimana mereka dituntut untuk lebih kuat mental lagi dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Wanita itu pernah bekerja di salah satu minimarket. Hingga cibiran itu pun berdatangan satu per satu. "Sarjana kok, cuma kerja di minimarket. Sayang, Mbak title

  • Takdir Cinta Sejati   Layaknya Fatimah Az-zahra Dan Siti Hawa

    Aku tidak bisa menjadi layaknya Fatimah Az-zahra yang mencintaimu dalam dalam diam, tapi izinkan aku menjadi layaknya Siti Hawa yang rela menunggumu hingga ajal ini menjemput. Nur Airah Nih *** "Apa Lu nggak tahu kalau dia sudah tidak di Indonesia lagi?" Air mata tak dapat ia bendung lagi. Hatinya terlalu sakit seakan ada ribuan anak panah yang menembus jantungnya. Jika saja Dani tak memberitahunya, mungkin saja dia tidak akan pernah tahu kalau pria tersebut sudah pergi. Benar-benar pergi meninggalkannya. Airah meremas kuat dadanya, perih. Cintanya kini telah pergi meninggalkan perasaan yang masih utuh untuknya. Meninggalkan ribuan kenangan yang masih ia simpan rapat dengan sempurna dalam sanubarinya. Kini, dia hanya bisa meratapi kepergian pria itu dalam doa yang sering dirinya langitkan. Berharap agar pria itu baik-baik saja di sana. Bunyi ketukan pintu menyadarkannya dari lamunan. Gegas, dia menyeka air

  • Takdir Cinta Sejati   Selamat Tinggal

    Benci bukan berarti aku tidak peduli. Bagas Gunawan Basri *** Rahang dan tangannya sama-sama ikut mengeras, menatap tajam pria yang dengan lancangnya menghina wanitanya. Wanitanya? Jika saja pria itu tidak sadar bahwa hubungan mereka sudah berakhir, mungkin saja pria bernama Tomi itu sudah babak belur di tangannya. "Dani!" Pria yang dipanggil namanya tersebut menghela napas berat. Dia paham betul masalah pelik antara sang sahabat dengan mantan kekasihnya itu, yang sialnya masih dicintai oleh sahabatnya. "Gue nggak ngerti deh sama kalian. Kalau kalian masih sama-sama suka, kenapa tidak balikan saja," ucap Fikri seraya menyeruput secangkir kopi. "Itu sama aja Lu nyuruh gue masuk kandang singa. Secinta apa pun gue sama dia. Gue enggak mau jadi perusak rumah tangga orang. Gue masih punya harga diri." Tegas Bagas. Aziz dan Fikri mengangguk paham. "Tapi gue masih nggak ngerti, kenapa Airah tega nyelingkuhin Lu." Ba

  • Takdir Cinta Sejati   Rumor

    "Ketika kepercayaan dirusak, kata maaf sudah tak ada artinya lagi." Anonim *** Suara petir menggelegar diiringi suara gemuruh hujan yang turun membasahi bumi Pertiwi. Suara adzan subuh pun telah terdengar mengalun merdu seantero jagat raya membangunkannya dari tidur lelap. Airah menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya seraya bergegas masuk ke dalam kamar mandi, berwudhu dan melaksanakan salat subuh. Tepat saat matahari menyingsing, dia telah siap dengan balutan gamis grey polos yang senada dengan warna jilbab lebarnya. Melangkah turun, menuju meja makan. Di sana kedua orang tuanya telah duduk manis di kursi masing-masing. Selepas sarapan, dia gegas pamit kepada kedua orang tuanya. Menuju kampus. Setibanya di tempat tujuan, wanita itu mengernyit heran saat melihat para mahasiswa yang menatapnya sedemikian rupa. Apa ada yang salah? Airah menelisik penampilannya sendiri. Tidak ada. "Pantas sekarang berjilbab. Cuma kedok belaka." "Cih, sok su

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status