Setelah drama kabur dan saling meminta maaf, Almera kembali ke rumah dengan kedua orang tuanya.
"Bun," panggil Almera yang tidur di paha Bunda Tina.
"Ada apa hm?" tanya Bunda Tina menunduk.
Almera merubah posisi menjadi duduk. "Nikahnya masih lama 'kan, Bun?" tanya Almera. Meskipun dia sudah menerima perjodohan ini, tetapi rasanya masih belum siap jika harus menikah begitu cepat.
"Nanti malam kita bertemu sama keluarga calon kamu untuk membahas lebih lanjut," jawab Bunda Tina tersenyum lembut.
Badan Almera langsung tegak. Nanti malam akan bertemu dengan calonnya? Kenapa dia menjadi ragu dan takut? Bagaimana jika calonnya itu bapak-bapak tua berjenggot yang sudah beristri, atau om-om pedofil dengan perut buncitnya.
"AAAA!" teriak Almera tiba-tiba yang membuat Bunda Tina terlonjak kaget.
"Anak ini ... mau buat Bunda terkena serangan jantung, iya?" Bunda Tina menjewer telinga Almera saking kesalnya. Anaknya yang satu ini selalu membuat d
"Maaf, saya terlambat." Suara bariton khas seorang lelaki dewasa membuat Almera menundukkan kepalanya dalam. Dia takut untuk melihat seseorang itu, dia yakin itu adalah lelaki yang akan dijodohkan dengannya.Bunda dan Ayah tersenyum lebar. Akhirnya seseorang yang sedari tadi mereka tunggu datang juga."Enggak papa, Nak. Ayo duduk," ucap Bunda Tina ramah yang dijawab anggukan oleh lelaki itu, kemudian mencium tangan Bunda dan Ayah dengan sopan."Ini anak saya," ucap Ayah Grisham menunjuk Almera yang tetap pada posisinya, menunduk.Bunda Tina menyenggol lengan Almera pelan. Memberi kode supaya mengangkat kepalanya.Almera yang paham dengan kode Bundanya mendengkus kesal. Apa Bundanya ini tidak tahu bahwa dia belum siap untuk melihat wajah calon suaminya. Karena takut terkena omelan, Almera mengangkat kepalanya pelan. Saat sudah terangkat sempurna, mata Almera melotot kaget saat tahu siapa seseorang yang duduk di hadapannya."Loh, Bapak?"
"Pagi, Yah, Bun," sapa Almera mencium pipi kedua orang tuanya yang sudah duduk tenang di meja makan."Pagi juga, Sayang," balas Bunda Tina."Pagi, Calon manten," balas Ayah Grisham menggoda.Almera memberenggut kesal. Baru saja dia lupa akan pertunangan semalam, sekarang Ayah dengan santainya mengingatkan. Semalam dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena terus memikirkan bagaimana nasibnya ke depan. Dia selalu terbayang bagaimana jadinya jika dia menikah dan satu rumah dengan lelaki seperti Romeo. Dia juga memikirkan bagaimana dengan tambatan hatinya? Padahal dia sangat menyukai Farrel."Jangan digoda dong, Yah. Lihat tuh bibirnya sudah seperti bebek," ledek Bunda Tina terkekeh geli."Bunda," rengek Almera."Lebih baik kita makan daripada kalian goda Al terus, enggak akan kenyang," lanjut Almera."Iya, kamu mau makan apa?" tanya Bunda Tina.Almera menyodorkan piringnya. "Nasi goreng."Lalu Bunda Tina mengambil piring
"Guys, gimana kalau kita ke rumah Almera. Girls Time kita," usul Amel mengalihkan pembicaraan. Daripada nanti drama Almera semakin berkepanjangan, lebih baik dia mengalihkan pembicaraan."Boleh," sahut Almera menyetujui."Sekarang ke kelas yuk!" ajak Widya.Mereka bertiga pun berjalan menuju kelas diiringi canda tawa. Jika sudah berkumpul menjadi satu seperti ini, mereka tidak akan bisa diam. Selalu ada bahan untuk dibuat lelucon. Apalagi Almera yang sudah bar-bar dari dulu, selalu bisa membuat orang sekitarnya tertawa dan emosi dalam waktu yang bersamaan. Setelah sampai di kelas, mereka duduk di kursinya masing-masing. Tidak lama kemudian dosen masuk."Baru juga duduk, sudah muncul aja itu dosen. Untung gue enggak terlambat," gumam Almera. Hari ini dia ada jam pelajaran yang dosennya terkenal killer. Jika ada yang terlambat maka akan mendapat hukuman, menari di depan kelas. Almera sendiri tidak pernah terlambat dalam kelas dosen ini, karena Almera selalu
Tidak terasa waktu cepat berlalu. Saat ini di rumah Almera sangat ramai, para saudara Almera yang dari luar kota maupun luar negeri sudah datang. Mereka ingin menyaksikan pernikahan Almera yang akan diselenggarakan 3 hari lagi. Hari ini rencananya Almera akan fitting baju bersama Romeo."Dek," panggil seseorang di balik pintu kamar Almera.Almera yang sedang memakai skincare pun menoleh. "Masuk!""Kakak, ada apa?" tanya Almera kepada seseorang yang baru masuk ke kamarnya. Dia adalah Vika, kakak kandung Almera yang sudah menikah."Adek, sini!" Kak Vika mendudukkan dirinya di kasur Almera.Almera menurut dan berjalan menuju kakaknya berada."Adek, ternyata sudah besar ya. Sudah mau menikah," ucap Kak Vika mengelus rambut Almera sayang."Padahal kakak belum puas main sama, Adek. Bukannya kakak enggak suka Adek menikah, tetapi kakak hanya enggak menyangka. Adek kecil ini sudah besar," lanjut Kak Vika dengan mata yang berkaca-kaca. Dia sed
Romeo yang sedang asik bermain handphone langsung mendongak kala ada yang memanggil namanya. Romeo menyimpan handphone nya di saku celana, pandangan matanya tidak lepas dari Almera."Bagaimana, Pak?" tanya Almera menunjukkan gaun yang dia pakai."Punggungnya terbuka, ganti!" perintah Romeo."Pa-""Ganti!" perintah Romeo mutlak.Almera mendengkus kesal. Padahal baju ini begitu bagus dan hanya karena bagian punggungnya terbuka, dia disuruh ganti? Almera rasa Romeo tidak paham dengan fashion, karena banyak orang yang memakai gaun lebih terbuka dari ini."Dasar Bapak kudet," gerutu Almera melirik sinis Romeo, kemudian berjalan menuju ruang ganti.Beberapa menit kemudian, Almera kembali ke hadapan Romeo dengan pakaian yang berbeda dan warna yang berbeda pula. Jika tadi berwarna biru, maka sekarang berwarna soft pink."Kalau yang ini bagaimana,
Almera yang sedang menatap Romeo makan pun dikejutkan dengan seseorang yang memanggil namanya. Almera menoleh, matanya melotot kaget. Namun, tidak lama kemudian sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman."Hai, Al," sapa seseorang itu yang ternyata adalah Farrel, mengacak rambut Almera pelan."Halo, Farrel," balas Almera semangat. Dia senang bisa bertemu Farrel disini, sudah lama dia tidak bertemu Farrel, karena kesibukan masing-masing."Lagi ngapain?" tanya Farrel mendudukkan dirinya di samping kiri Almera. Jadi, Almera diapit oleh dua cowok tampan. Sebelah kanan terdapat Romeo dan kiri ada Farrel. Banyak pembeli yang memperhatikan ketiganya. Sebagian ada yang iri dan ada pula yang membandingkan."Lagi mandi," sahut Romeo yang tetap fokus pada makanan di depannya. Sebenarnya dia sudah memperhatikan mereka berdua sejak awal, tetapi mendengar pertanyaan yang tidak penting itu dia menjadi kesal. Sudah tahu sedang di warung makan dan di hadapannya pun ada m
Setelah menghadapi beberapa drama, akhirnya hari yang ditunggu tiba. Hari dimana Almera dan Romeo akan melangsungkan pernikahan. Semuanya di lakukan di rumah Almera, bahkan tamu sudah banyak yang datang. Almera saat ini sedang bersiap di kamarnya yang ditemani kedua sahabatnya."Mbak, jangan terlalu tebal dong eyeshadow nya!" protes Almera.Kedua sahabat Almera menghela napas kesal. Mungkin ini sudah yang keseratus kalinya Almera protes, semua yang dilakukan Mbak perias selalu salah."Mbak, yang sabar ya. Lebih baik diturutin aja apa maunya," ucap Widya tersenyum tidak enak.Mbak perias itu mengangguk dan tersenyum ramah. Kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya."Mbak, lipstiknya yang natural ya. Jangan merah, nanti seperti ondel-ondel," ucap Almera."Iya, Dek," jawab Mbak perias seadanya. Dia sudah terlalu lelah menghadapi berbagai tingkah dan omongan Almera. Baru kali ini dia menemukan pelanggan yang seperti ini, meskipun begitu di
Air mata Almera menetes saat mendengar namanya disebut dengan lantang, oleh laki-laki yang saat ini sudah sah menjadi suaminya. Dia tidak menyangka kalau akhirnya akan begini, menikah diusia 22 tahun dengan status yang masih mahasiswi. Padahal dia sudah berencana untuk menikah ketika sudah sarjana, serta siap lahir batin. Namun, rencana hanya rencana, karena semua sudah diatur oleh Tuhan, jadi dia hanya bisa mengikuti kemana takdir ini membawanya."Al, selamat ya," ucap Widya memeluk Almera singkat diikuti oleh Amel."Jangan nangis, ini hari bahagia lo," ucap Amel menghapus air mata Almera."Ayo!" ajak Widya.Setelah meyakinkan dirinya sendiri, Almera perlahan bangkit. Mereka keluar dari kamar Almera menuju lantai satu, tempat diadakannya ijab kabul. Semua pasang mata menoleh ke arah Almera yang sedang menuruni tangga dengan diapit oleh kedua sahabatnya. Almera terlihat begitu cantik dengan balutan kebaya