Nada pengingat pesan mengalihkan perhatian Rossie dari Chan. Ia merogoh ponsel dari dalam tas tangannya kemudian melihat nama Kris tercetak di sana.
Mom Kris_: Darling, bagaimana kalau besok malam kita makan malam bersama? Tepat hari ini Chan akan pulang dari rumah sakit. Apakah kamu bisa?
Senyuman Rossie yang tersungging, membuat Chan menaikkan salah satu alis. Menyadari akan tatapan ingin tahu dari sang mantan pacar, Rossie langsung menunjukkan pesan yang dikirimkan oleh Kris.
“Mamamu mengajakku untuk makan malam bersama karena kepulanganmu,” ujar Rossie.
“Aku tidak bertanya.” Ekspresi datar Chan membuat Rossie manaikkan salah satu sudut bibirnya.
Senyum tipis tersungging di bibir Rossie. Ia menoleh ke arah Chan yang masih duduk di kursi ergonomis dengan raut muka menunggu jawaban dari sang mantan kekasih. “Aku rasa anda tidak terlalu berhak untuk mengetahui kehidupan pribadi saya Tuan Hwang Chaniago. Kita harus bersikap profesional.”Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Rossie langsung melenggang keluar dari ruangan Chan. Sementara itu Chan terkekeh tipis karena sikap Rossie yang sangat membuat batasan di antara mereka.“Profesional? Rossie Rossie.” Merogoh ponsel dari dalam sakunya dan membuka kembali surel yang dikirimkan oleh Thomas.Pria tersebut sudah mendapatkan informasi terkait siapa pemilik mansion yang dikunjungi oleh Rossie. Nama Ridley Anderson tercetak dalam isi surel itu, lengkap dengan biodata yang sepantas
Sadar akan tatapan Chan yang tertuju kepadanya, Rossie langsung melemparkan tatapan dan menelan lumatannya dengan bersusah payah. Agar terdorong ke dalam lambung, Rossie meneguk minumannya hingga tersisa separuh.“Apa di wajahku seperti ada semangkuk ramen?” tukas Rossie dengan tatapan menusuk.Chan terkekeh. “Ramen? Mau makan ramen denganku di tengah hujan?”“Jangan berharap Tuan Hwang Chaniago.” Rossie mendengkus.“Ini sangat aneh, bukankah seharusnya aku yang marah dan kesal kepadamu? Sekarang kenapa malah jadi terbalik seperti ini? Apa salahku kepadamu?” Chan memasukkan potongan daging ke dalam mulut kemudiannya menghaluskannya.Masih teta
Rossie meliukkan tubuhnya dan masih memegang kepala yang terasa menggelantung berat. Gaun pendek milik Rossie terangkat sehingga mengekspos paha mulus yang semakin membuat lingga Morgan mengeras.“Minuman apa tadi yang kau berikan kepadaku? Rasanya sungguh membuat kepalaku mau pecah,” ujar Rossie dengan suara yang berat.Setelah melepaskan kemeja dan memamerkan pahatan tubuh yang atletis, Morgan melemparkan ikat pinggangnya sembarangan. Setelah itu merangkak dan mengungkung tubuh Rossie dari atas. Perlahan ia menghidu aroma tuberose yang menguar dari bagian belakang telinga Rossie. Sungguh sangat harum dan menggoda Morgan.“Aku akn membantumu menghilangkan rasa pusing itu Baby,” ucapnya sembari mengecup leher Rossie dengan pelan.
Mengerjapkan mata kemudian membukanya dengan perlahan. Kedua mata Rossie mengedar ke sekeliling, mengitari ruangan yang terasa asing. Hingga ia tersentak ketika melihat kemeja kedodoran yang membalut tubuh.“Shit! Baju siapa ini?” Sebelum beranjak dari ranjang, Rossie meraih segelas air putih kemudian meneguknya hingga tandas. Kerasnya alkohol yang diteguk semalam membuat kerongkongan Rossie mengering.Rossie masih mencari tahu sedang berada di mana saat ini. Tidak ada petunjuk tentang siapa pemilik rumah tersebut. Suara engsel yang ditarik membuat Rossie menoleh dan melihat presensi Chan dengan kaus warna putih yang melekat pas pada tubuh gagahnya.“Chan? Apa yang sudah kau lakukan kepadaku? Apa kita melakukannya lagi?”
Edric mengencangkan ikatan di kedua tangan Rossie. Ia sama sekali tidak memperdulikan rintihan Rossie. Tidak hanya kedua tangan Rossie yang diikat terbentang, kakinya pun diikat kuat oleh Edric.“Apa kau pikir aku begitu bodoh?” ujar Edric setelah selesai mengikat kaki Rossie. “Kau pergi diam-diam melalui balkon ini.”Berjalan menuju ke balkon kamar Rossie dan menunjuk ke arah pagar yang biasa dilompati oleh Rossie. Raut muka Edric menegang dan terlihat sangat murka. Ia ternyata memasang kamera cctv berukuran kecil yang tidak disadari oleh Rossie.Kemudian Edric berjalan ke arah Rossie sembari menunjukkan rekaman CCTV dari ponselnya. “Ini yang kau katakan tidak melakukan kesalahan apa pun?”
Dengan langkah terburu-buru, Rossie menghampiri Edric yang sedang menikmati aliran air hangat yang menyentuh lapisan epidermis kulit serta sensasi pijatan dari air rattor pada dasar kolam jacuzzi.“Edric!” panggil Rossie dengan raut muka tegang. “Katakan bukan kau pelakunya.”Meneguk segelas white wine yang tersaji di samping jacuzzi sembari melemparkan tatapan kepada sang kekasih, “what do you mean, Babe?”“Mo-morgan tewas,” ucap Rossie dengan bibir yang bergetar karena masih tidak percaya. Jika benar Edric pelakunya, maka ia sedang menjalin hubungan dengan seorang psikopat.“Sudahlah, aku tidak m
“Aku bekerja Edric, bagaimana bisa Matthew dan Gerald ikut membuntutiku. Aku bukan anak presiden,” protes Rossie kepada Edric yang sedang memusatkan seluruh fokusnya pada layar macbook.“Bukankah seorang model harusnya juga memiliki bodyguard untuk berjaga?” Edric berceletuk tanpa menatap Rossie sedikitpun. Pekerjaan sungguh menyita perhatiannya.“Aku tidak nyaman. Ayolah Edric…please.” Menghampiri Edric dan duduk tepat di sampingnya.Edric menghela napas, dan mematikan layar macbook. Ia menoleh kepada Rossie dengan tatapan khasnya, “mere
Rossie tertegun ketika hangat tangan Chan menyentuhnya. Tatapan yang tajam tertuju penuh membuat jantung jantung Rossie berdetak lebih kencang. Ia menelan saliva berulang, ketika embusan napas Chan terasa menerpa wajahnya. Wajah mereka saling mendekat dan sekarang hanya berjarak beberapa centimeter saja. Demi Tuhan, Rossie tidak tahu apa yang sedang dirasakan, tatapan Chan sama seperti beberapa tahun yang lalu. Perlahan Chan menundukkan kepala dan menatap bibir Rossie yang setengah basah karena usapan bir. Sadar jika sedang dalam pengawasan, Rossie mendorong tubuh Chan ke belakang dan sedikit salah tingkah. Begitu pula dengan Chan yang juga merasa mendapatkan penolakan untuk kesekian kalinya.Menoleh kepada Matthew yang pura-pura tidak mengetahui adegan tersebut, Rossie kembali melihat ke arah Gerald yang pandangannya tertutup oleh sepasang kekasih yang sedang bergoyang menikmati alunan