Share

BAB 7 - KENCAN I

last update Last Updated: 2024-11-14 16:34:46

William menyandarkan punggungnya di kursi. Memejamkan mata lelah. Pikirannya kini tidak bisa berpikir jernih. Tujuannya kembali ke Kanada, hanya untuk memimpin perusahaan tapi dia harus di hadapkan dengan kenyataan harus menikahi wanita yang bahkan dia tidak mengenal wanita itu. Hingga detik ini, William masih terus memikirkan cara bagaimana dirinya harus menjelaskan pada Alice. Tidak mungkin William membiarkan kekasihnya harus terluka karena ini. 

Terdengar suara dering ponsel membuat William menghentikan lamunannya. William membuka matanya, dia mengambil ponselnya yang berada di atas meja. William membuang napas kasar, ketika menatap ke layar tertera ibunya menghubungi dirinya. Tidak ada pilihan lain, tidak mungkin William tidak menjawab panggilan itu. William menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya. 

"Ya?" jawab William saat panggilannya sudah tersambung. 

"William, apa kau sibuk?" tanya Veronica dari seberang line. 

"Tidak, ada apa?"

"Mama ingin besok, kau mengajak Marsha berkencan. Kalian kan akan menikah, mama ingin kalian mengenal lebih dekat satu sama lain."

"Tidak bisa, besok aku sibuk!" 

"William! Mama tidak mau tahu, kau harus mengajak Marsha berkencan. Kau ini jangan hanya memikirkan pekerjaanmu!" 

William mengumpat dalam hati. "Ya, nanti aku akan mengubungi Marsha."

"Good, mama senang mendengarnya. Kalau begitu mama matikan dulu. Ingat besok kau dan Marsha harus berkencan." 

Tanpa menjawab, William langsung memutuskan panggilan teleponnya. Tidak ada pilihan lain, jika William tidak menuruti keinginan ibunya itu sama saja dengan dirinya yang mencari masalah.

Padahal Marsha baru saja keluar dari kantornya, tapi kini dia harus menghubungi wanita itu. Dengan malas, William mencari kontak Marsha dan mulai menghubungi wanita itu. 

"Marsha," sapa Willam panggilannya terhubung. 

"Astaga paman, ada apa kau menghubungiku? Bukannya tadi aku sudah menandatangani surat perjanjian," seru Marsha dari seberang line.

"Berhenti memanggilku paman! Atau aku akan melemparmu!" desis William. 

"Ya yaa maaf, ada apa William?" tanya Marsha, sinis.

"Besok malam kita harus berkencan." tukas William yang sontak membuat Marsha terkejut. 

"Eh?" 

"Jangan terlalu percaya diri. Aku tidak tertarik dengan gadis kecil sepertimu. Ibuku yang memaksaku untuk berkencan denganmu besok malam!" seru William. 

"Kenapa kau tidak menolaknya?" 

"Kau jangan berisik! Kalau aku bisa menolaknya, aku pasti akan menolaknya!" 

"CK, baiklah. besok malam kau jemput aku di rumahku saja." 

"Besok, jam 7 malam aku akan menjemputmu. Kau sudah harus siap saat aku datang. Aku tidak suka menunggu!"

"Ya, tenang saja. Aku tidak akan terlambat." balas Marsha yang langsung mematikan teleponnya. 

"Sialan, gadis itu berani mematikan telepon dari ku." geram William saat Marsha dengan berani langsung mematikan teleponnya. 

***

Marsha meletakan ponselnya ke atas meja, dia mendengus kesal setelah mendapatkan telepon dari William. 

"Sha, siapa yang telepon?" tanya Karin sambil manatap Marsha.

"William," jawab Marsha dengan nada yang kesal.

"Ada apa William menghubungi mu, bukannya kalian tadi baru bertemu?" tanya Karin kembali. 

"Besok aku harus berkencan dengannya," balas Marsha.

"What? Kencan? Are you kidding me?" Karin benar-benar tidak percaya, Marsha akan berkencan dengan William. 

"CK! Jangan berpikir yang tidak-tidak. Kami berkencan karena keinginan ibunya!" seru Marsha kesal.

Karin mengangguk paham. "Baiklah, siapa tahu dengan berkencan kau akan semakin mengenal William. Dan bisa membuka hatimu untuk William."

"Jangan bicara yang tidak-tidak Karin!" Marsha mendengus tak suka. "Sudahlah, aku ingin pulang. Kepalaku pusing! Saat ini aku membutuhkan berendam."

Karin terkekeh. "Baiklah, selamat menikmati waktu bersantaimu." 

Marsha mengangguk singkat, dia beranjak dan langsung meninggalkan kafe. Sebelum meninggalkan kafe, Marsha sudah lebih dulu melunasi bill makanan yang dia pesan tadi.

***

Marsha melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Kini Mobil Marsha mulai memasuki halaman parkir mansionnya. Marsha turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam rumah. Saat Marsha hendak masuk ke dalam kamar, langkah Marsha terhenti ketika melihat ibunya berada di hadapannya. 

"Marsha? Kau sudah pulang sayang?" Clara melangkah mendekat ke arah putrinya itu. 

"Ya ma," jawab Marsha.

"Sayang, mama dengar dari Bibi Veronica, kau dan William akan berkencan. Apa itu benar?" 

Marsha menghela napas kasar. "Benar."

Clara tersenyum. "Kalau begitu mama harus menyiapkan gaun untukmu. Mama ingin membuat William tidak henti menatap dirimu." 

"Ma, jangan berlebihan. Aku hanya jalan dengan William," balas Marsha malas. 

"Kau ini bagaimana, karena kau ingin berkencan dengan William. Itu yang harus membuatmu terlihat jauh lebih cantik. Mama ingin William menatap kagum dirimu," seru Clara antusias. 

Marsha memutar bola matanya malas. "Terserah mama kalau begitu aku mau masuk ke kamar dulu." Marsha langsung berjalan meninggalkan Clara, dia tidak perduli dengan apa yang direncanakan ibunya itu.

***

Marsha melangkah masuk ke dalam kamar, dia menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Dalam beberapa hari ini, pikirannya benar-benar sangat kacau. Hidupnya berubah saat orang tuanya menjodohkan dirinya dengan William, 

Seketika Marsha mengingat Raymond. Pria yang terus berada dihatinya. Pria yang berhasil membuatnya menunggu. Meski kini Marsha tidak tahu bagaimana menjalani semua ini. 

Marsha mengambil ponsel, dia mencari berita terbaru tentang Raymond diinternet. Senyum dibibir Marsha terukir, ketika melihat foto Raymond. Pria itu selalu terlihat tampan dengan senyuman ramah diwajah pria itu. 

Marsha membaca artikel Raymond yang telah berhasil memimpin perusahaan keluarganya. Sudah lima tahun Raymond memimpin perusahaan keluarganya di Jepang. Tahun ini harusnya Raymond sudah kembali ke Kanada. Jika saja Marsha masih memiliki nomor telepon Raymond, pasti Marsha ingin seklai menghubunginya. Marsha sungguh merindukannya. 

Namun, meski Marsha tidak bisa menghubungi Raymond. Marsha selalu percaya dengan janji Raymond. Pria itu meminta Marsha untuk menunggu, maka Marsha akan tetap menunggu. Marsha yakin, Raymond akan kembali padanya. Marsha juga yakin, hubungannya dengan Raymond akan berhasil. Beruntung, pernikahan Marsha dan William hanya pura-pura. Setelah pernikahnya berakhir, Marsha bisa kembali dengan Raymond. 

Marsah terus menatap artikel tentang Raymond. Kening Marsha berkerut dalam, ketika membaca salah satu artikel yang mengatakan Raymond berkencan dengan seorang wanita. Marsha terus membaca artikel itu. terlihat jelas foto Raymond yang tengah memeluk pinggang seorang wanita. 

"Siapa wanita ini?" gumam Marsha. 

Dengan cepat Marsha menepis pikiran buruk tentang Raymond. Marsa yakin, Raymond tidak mungkin membohongi dan melukai dirinya. Marsha sangat mengenal Raymond dengan baik. Raymond selalu menunjukan cintanya yang besar pada dirinya. 

Marsha percaya, wanita yang ada di artikel itu hanya teman Raymond. Marsha tidak akan pernah berpikir buruk tentang Raymond. Selama ini Raymond selalu bersikap baik dan lembut padanya. Bahkan Raymond sudah berjanji akan kembali. 

Marsha memilih untuk menutup ponselnya, dia tidak ingin lagi membaca artikel itu. Hingga kemudian, Marsha mulai memejamkan matanya. Tubuhnya terasa begitu lelah. Terlebih banyaknya masalah yang datang di kehidupannya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Christiana Lestari
lanjut.....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 528 – TA S2 - Ending Scene (TAMAT)

    Beberapa bulan kemudian... Tokyo, Japan... "Selena... Miracle... Hati-hati, jangan melempar bola salju seperti itu," seru Marsha memberikan peringatan pada kedua putrinya itu, yang tengah bermain salju. "Sean, jaga kedua adikmu. Jangan sampai mereka terluka," lanjutnya yang sedikit berteriak memperingatkan putra sulungnya itu, yang juga ikut bermain salju dengan Selena dan Miracle. "Sayang, Sean akan menjaga Selena dan Miracle dengan baik. Kau tenang saja," William merengkuh bahu Marsha seraya mengecup kening Marsha. "Lihatlah, Dominic masih tertidur pulas, meski tadi suaramu kencang. Tapi dia tetap tenang," ujarnya yang kini melihat ke arah Dominic yang tengah dalam pelukan Marsha. Marsha mendesah pelan, kemudian dia menatap Dominic yang masih tertidur pulas. Beruntung, putra bungsunya itu, tidak terbangun karena mendengar suaranya yang sedikit kencang memperingati ketiga anaknya. Ya, waktu berjalan begitu cepat. Kini Dominic berusia delapan bulan. William dan Marsha, sengaja men

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 527 – TA S2 - Extra Chapter V

    Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Marsha meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi laki-lakinya. Persalinan berjalan dengan lancar. Anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. William selalu mencium Marsha selama proses persalinan. Kebahagiaan William dan Marsha kini benar-benar begitu lengkap ketika mengetahui anak keempat mereka adalah laki-laki. "Nyonya Marsha, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungkin itu ke dalam gendongan Marsha. Sesaat William menatap Marsha dengan tatapan yang begitu bahagia. Tidak pernah terpikir dalam hidup mereka, akan kembali merasakan kebahagiaan ini lagi."Dia mirip dengan Sean saat bayi," ucap William di telinga Marsha seraya memberikan banyak kecupan dipipi istrinya itu. "Terima kasih, sayang. Terima kasih telah memberikanku hadiah yang luar biasa."Marsha tersenyum dia terus mengusap lembut kepala bayi laki-lakinya itu. "Aku juga sangat bahagia, William. Melahirkan buah cinta kita adala

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 526 – TA S2 - Extra Chapter IV

    Marsha mematut cermin. Tubuhnya kini telah terbalut dress khusus wanita hamil yang membuat Marsha sangat nyaman. Ya, lagi dan lagi Marsha mengalami kenaikan berat badan cukup drastis. Berkali-kali suaminya mengatakan dirinya sangat cantik dan seksi saat hamil, namun Marsha tentu tidak akan percaya. Bagaimana tidak? Setiap kali Marsha menatap ke cermin, dia selalu melihat tubuhnya tampak begitu besar. Beruntung, kali ini adalah kehamilan yang terakhirnya. Memiliki empat anak sudah lebih dari cukup bagi Marsha. Padahal dulu, dia hanya menginginkan dua anak saja. Tapi William tidak akan pernah mau jika hanya dua anak. Bahkan hingga detik ini, William selalu meminta untuk kembali menambah anak. Marsha benar-benar tidak habis pikir dengan keinginan sang suami. "Setelah melahirkan, aku harus berolah raga. Aku tidak ingin gemuk seperti ini terus," gumam Marsha seraya mengusap perut buncitnya. "Sayang, Mommy sangat mencintaimu. Tenang saja, Mommy tidak akan menyalahkanmu karena kau membuat t

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 525 – TA S2 - Extra Chapter III

    Suara teriakan yang keras membuat Laura yang baru saja menata pajangan di rumahnya, langsung terkejut. Dengan cepat Laura mengalihkan pandangannya, menatap ke arah pintu rumahnya. Seketika Laura mengerutkan keningnya, melihat Lea yang baru saja pulang sekolah, dengan raut wajah yang marah melangkah masuk ke dalam rumah. "Ahg! Kenapa mereka itu menyebalkan sekali! Mereka menggangguku!" seru Lea dengan suara keras kala tiba di rumah. "Sayang? Kau kenapa?" Laura mendekat ke arah Lea, dia langsung mengelus lembut pipi putrinya itu. "Tidak baik, gadis cantik masuk ke dalam rumah dengan wajah yang kesal. Sekarang katakan pada Mommy ada apa dan di mana Ken? Kenapa Ken tidak pulang bersama denganmu?" Lea mendengus, dia mencebikan bibirnya. "Ken masih berada di sekolah. Ada khursus yag harus dia ikuti. Mommy, aku rasanya ingin pindah sekolah saja. Aku tidak mau bersekolah di sekolah yang sama dengan Ka Sean. Aku pusing, Mommy!" Laura menautkan alisnya menatap bingung Lea. "Kenapa, sayang?

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 524 – TA S2 - Extra Chapter II

    "Mommy..." Seorang anak perempuan berusia empat tahun berlari menghampiri Karin yang tengah memasak di dapur. Disusul dengan anak laki-laki yang juga berusia empat tahun, ikut berlari menghampiri Karin. Karin yang baru saja selesai masak, dan hendak meletakan makanan di atas meja, dia langsung mengalihkan pandangannya kala ada yang memanggilnya. Seketika senyum di bibir Karin terukir, melihat kedua anaknya tengah menghampirinya. Dengan cepat Karin langsung membuka tangannya dan memberikan pelukan hangat pada kedua anaknya itu. "Kelvin... Charlotte... Kalian sudah pulang?" Karin memberikan banyak kecupan pada kedua anaknya itu. "Ya, Mommy. Kami sudah pulang," jawab Kelvin dan Charlotte bersamaan seraya memeluk erat tubuh Karin. "Bagaimana hari kalian di sekolah? Apa kalian selalu bersama Selena dan Miracle?" tanya Karin sambil mengelus lembut pipi Kelvin dan Charlotte. Kelvin Frans Geovan dan Charlotte Frans Geovan, anak kembar dari Frans dan Karin yang berusia empat tahun ini ben

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 523 – TA S2 - Extra Chapter I

    Lima Tahun Kemudian..."Astaga, Miracle. Hentikan bermain dengan pisau! Nanti kau terluka, Miracle!" Suara Marsha berseru dengan nada yang keras, agar putri kecilnya itu menghentikan bermain dengan pisau. Vanessa Miracle William Geovan, sejak kecil William mengajarkan bela diri pada Miracle, demi melindungi dirinya sendiri. Tentu William melakukan itu semua karena Miracle tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. William selalu waspada jika suatu saat ada yang berusaha mencelakai putrinya. Namun, Miracle sangat berbeda dengan Selena, saudara kembarnya yang berambut pirang, memiliki sifat yang begitu lemah lembut. Sangat sulit bagi William, mengajarkan Selena bela diri, karena berkali-kali Selena akan selalu terluka. Itu kenapa Willliam lebih memilih menjaga Selena dengan banyak pengawal yang mengikuti putrinya itu. "Mom, aku bisa melempar pisau di papan tepat sasaran. Aku hebat, kan, Mom?" Miracle tersenyum bangga, kala pisau yang dia lempar ke papan, tepat sasaran. Kemudian, dia pun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status