Home / Romansa / Takdir Perjanjian Pernikahan / BAB 6 - PERJANJIAN II

Share

BAB 6 - PERJANJIAN II

last update Last Updated: 2024-11-14 16:32:19

Marsha mendengus tak suka. "Aku tidak perduli dengan mu yang tidak tertarik. Tapi usia ku sudah 20 tahun. Bukan gadis kecil lagi!" 

"Terserah, lebih baik kau tanda tangan." William menyerahkam pena pada Marsha.

"Ya," Marsha mengambil pena yang ada di atas meja dan langsung menandatangani surat perjanjian itu. 

"Sudah. " Marsha memberikan surat perjanjian pada William.

"William, aku ingin bertanya sesuatu pada mu," ucap Marsha setelah menyerahkan surat perjanjian itu. 

William menatap lekat Marsha. "Apa yang ingin kau katakan?" 

"Hem.. begini apa aku boleh memiliki kekasih?" tanya Marsha hati-hati.

"Tidak," jawab William dingin.

Marsha mendelik, dia menatap tajam William. "Kenapa aku tidak boleh memiliki kekasih?" 

"Aku tahu kau ini belum pernah memiliki kekasih bukan? Jika sampai orang tuamu tahu kau memiliki kekasih. Lalu kau kenapa-kenapa mereka akan menyalahkanku. Aku tidak mau di salahkan atas perbuatan bodohmu!" tukas William dingin.

"CK! aku ini bukan anak kecil lagi. Aku bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk," balas Marsha tidak terima.

"Dengarkan aku, kau bisa memiliki kekasih saat perjanjian kita ini berakhir."  William mengatakan dengan tegas.

Marsha mendegus tak suka. "Tiga tahun itu lama sekali William."

"Jangan berisik, kau ini masih kuliah. Lebih baik selesaikan pendidikanmu," jawab William dingin.

"Sudahlah, aku harus pulang sekarang." Marsha yang langsung bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruang kerja William. 

***

"Marsha!" suara Karin berteriak saat melihat Marsha melangkah masuk ke dalam kafe.

Marsha tersenyum, dia langsung berjalan menghampiri Karin. "Maaf, aku terlambat."

"Lama sekali kau Marsha!" dengus Karin kesal.

"Maaf tadi aku harus menyelesaikan urusanku dulu dengan William," balas Marsha.

Karin mengangguk. "Bagaimana pertemuan mu dengan William?"

Marsha tersenyum senang. "Itu yang aku ingin katakan padamu."

"Kenapa kau terlihat sangat bahagia?" Karin memincingkan matanya menatap sahabatnya penuh selidik. "Kau jauh cinta pada William?" 

Marsha berdecak. "Kau ini! siapa yang jatuh cinta!"

"Jadi kalau bukan jatuh cinta. kenapa wajahmu seperti bahagia setelah bertemu William?" tanya Karin lagi.

"Ya tentu aku bahagia! aku dan William sama-sama menolak pernikahan ini. Dan kami memutuskan untuk membuat perjanjian," jawab Marsha antusias.

Karin menatap tak percaya. "Perjanjian? Perjanjian apa maksud mu?" 

"Kami hanya menikah tiga tahun saja dan kami juga berpura-pura mesra di depan orang tua kami. Selain itu aku dengan William dilarang ikut campur masalah pribadi." Marsha menjelaskan pada Karin dan tersirat di wajahnya sangat senang.

"Marsha, Apa kau ini sudah kehilangan akal sehat mu? Tiga tahun kemudian artinya kau akan menjadi janda?" tanya Karin yang masih tidak percaya, dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya ini. 

"Memangnya kenapa kalau aku janda? Kami tidak akan berhubungan suami istri, itu sudah ada di perjanjian. Kami juga dilarang bersentuhan," ujar Marsha dengan senyuman diwajahnya.

"Apa kau ini yakin itu tidak akan terjadi? Kalian tinggal satu atap lalu satu kamar, apa bisa itu tidak akan terjadi?" tanya Karin memastikan.

"CK! kau jangan gila Karin. Aku tidak mungkin melakukan itu dengan William. Aku hanya mencintai Raymond!" jawab Marsha menegaskan.

"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau pikirkan," balas Karin. "Lebih baik aku mencari di internet artikel tentang William Geovan. Aku akan melihat apa dia lebih tampan dari Raymond."  Karin mengambil ponsel di dalam tas. Lalu dia mulai mencari artikel mengenai William Geovan di Internet. Saat Karin melihat artikel tentang William Geovan di internet, seketika matanya membulat sempurna. Dia kembali memastikan pria itu. "Marsha, ini bukannya pria tampan yang kau tabrak dengan kue mu itu?" 

Marsha mengangguk. "Kau mengingatnya?"

"Astaga sha, siapa yang tidak mengingatnya. Dalam hidup ku, aku belum pernah bertemu dengan pria setampan dia. Dan kau lihat tubuhnya sangat menggoda. Ah dia benar-benar idaman para gadis." Karin terus menatap layar ponselnya itu.

"Sudahlah kau jangan berlebihan, dia itu sudah tua dan menyebalkan," seru Marsha kesal. 

"Apa kau itu buta? Dia jauh lebih tampan dari Raymod. Kau benar-benar beruntung memiliki calon suami seperti dia." balas Karin. "Dan apa kau bilang tadi? Tua? Kau ini sungguh gila Marsha! Usianya masih 28 tahun. Itu masih muda!"

"Aku tidak perduli! Jika memang kau menyukainya untukmu saja," jawab Marsha tidak perduli. 

Karin menggeleng pelan. "Percayalah Marsha Nicholas, aku yakin kau nanti akan jatuh cinta padanya. Apalagi jika sudah satu rumah, bagaimana bisa kau menolak pesona dari seorang Willoam Geovan. Dia ini sungguh tampan."

"CK! sudah ku katakan, aku tidak akan jatuh hati padanya Karin! kau ini benar-benar menyebalkan!" dengus Marsha.

"Ya, ya terserah kau saja. Tapi apa kau tidak takut orang tua kalian mengetahui ini?" tanya Karin. 

"Tidak akan, lagi pula aku hanya menceritakan pada mu. Jadi kau harus menjaga mulut mu ini, jangan sampai kau keceplosan bicara," peringat Marsha.

"Tenanglah, aku tidak mungkin keceplosan. Kau ini sudah tahu kita bersahabat sejak kecil!" balas Karin. 

"Tapi tunggu, jadi kapan kalian menikah?"  

"Satu minggu lagi." 

Karin membelalak. "Apa? Satu minggu lagi?" 

"Ya, ternyata orang tua kami sudah merencanakannya, Jadi tidak mungkin kami membatalkannya, lagi pula pernikahanku dengannya hanya pura-pura saja. Jadi meskipun statusku sudah menikah, aku akan bebas!" kata Marsha dengan senyum bahagia di wajahnya.

Karin menghela napas dalam. "Terserah kau saja, intinya aku akan selalu mendukung mu."

"Aku tahu itu. kau memang sahabat terbaikku."

"Tapi, apa William memiliki kekasih?"

Marsha mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu dan aku juga tidak perduli."

Karin mengambil ponselnya dan kembali mencari artikel di internet tentang kehidupan pribadi William Geovan. Saat mendapatkan satu artikel tentang kehidupan pribadi William. Karin langsung menunjukan pada Marsha. "Lihatlah artikel ini, dia pernah dekat dengan artis cantik asal dari Italia."

Marsha menatap layar ponsel Karin, sosok wanita cantik dan seksi tengah berfoto dengan William. "Mereka sangat cocok," komentar Marsha.

"Apa kau tidak marah?" Karin menautkan alisnya menatap bingung Marsha. 

"Marah? Untuk apa? Aku mencintai Raymond. Dan dia juga mungkin mencintai gadis itu, lalu adil bukan?" balas Marsha yang tidak peduli.

"Aku bisa gila dengan mu Marsha! apa kau sama sekali tidak tertarik dengan William?" seru Karin. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Marsha. 

"William dia memang pria yang tampan, aku mengakui itu. Tapi kau tahu, aku dengannya menikah hanya karena perjodohan saja. Bukan karena kami saling mencintai."  Marsha kembali menegaskan.

Karin mendengus tak suka. "Terserah, tapi aku sangat yakin kalian pasti akan segera jatuh cinta. Dan aku akan menunggu waktu di mana kau menceritakan tentang perasaanmu pada William." 

Marsha mencebik. "Tidak mungkin Karin Wiratmaja! aku tidak mungkin jatuh cinta padanya!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 528 – TA S2 - Ending Scene (TAMAT)

    Beberapa bulan kemudian... Tokyo, Japan... "Selena... Miracle... Hati-hati, jangan melempar bola salju seperti itu," seru Marsha memberikan peringatan pada kedua putrinya itu, yang tengah bermain salju. "Sean, jaga kedua adikmu. Jangan sampai mereka terluka," lanjutnya yang sedikit berteriak memperingatkan putra sulungnya itu, yang juga ikut bermain salju dengan Selena dan Miracle. "Sayang, Sean akan menjaga Selena dan Miracle dengan baik. Kau tenang saja," William merengkuh bahu Marsha seraya mengecup kening Marsha. "Lihatlah, Dominic masih tertidur pulas, meski tadi suaramu kencang. Tapi dia tetap tenang," ujarnya yang kini melihat ke arah Dominic yang tengah dalam pelukan Marsha. Marsha mendesah pelan, kemudian dia menatap Dominic yang masih tertidur pulas. Beruntung, putra bungsunya itu, tidak terbangun karena mendengar suaranya yang sedikit kencang memperingati ketiga anaknya. Ya, waktu berjalan begitu cepat. Kini Dominic berusia delapan bulan. William dan Marsha, sengaja men

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 527 – TA S2 - Extra Chapter V

    Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Marsha meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi laki-lakinya. Persalinan berjalan dengan lancar. Anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. William selalu mencium Marsha selama proses persalinan. Kebahagiaan William dan Marsha kini benar-benar begitu lengkap ketika mengetahui anak keempat mereka adalah laki-laki. "Nyonya Marsha, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungkin itu ke dalam gendongan Marsha. Sesaat William menatap Marsha dengan tatapan yang begitu bahagia. Tidak pernah terpikir dalam hidup mereka, akan kembali merasakan kebahagiaan ini lagi."Dia mirip dengan Sean saat bayi," ucap William di telinga Marsha seraya memberikan banyak kecupan dipipi istrinya itu. "Terima kasih, sayang. Terima kasih telah memberikanku hadiah yang luar biasa."Marsha tersenyum dia terus mengusap lembut kepala bayi laki-lakinya itu. "Aku juga sangat bahagia, William. Melahirkan buah cinta kita adala

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 526 – TA S2 - Extra Chapter IV

    Marsha mematut cermin. Tubuhnya kini telah terbalut dress khusus wanita hamil yang membuat Marsha sangat nyaman. Ya, lagi dan lagi Marsha mengalami kenaikan berat badan cukup drastis. Berkali-kali suaminya mengatakan dirinya sangat cantik dan seksi saat hamil, namun Marsha tentu tidak akan percaya. Bagaimana tidak? Setiap kali Marsha menatap ke cermin, dia selalu melihat tubuhnya tampak begitu besar. Beruntung, kali ini adalah kehamilan yang terakhirnya. Memiliki empat anak sudah lebih dari cukup bagi Marsha. Padahal dulu, dia hanya menginginkan dua anak saja. Tapi William tidak akan pernah mau jika hanya dua anak. Bahkan hingga detik ini, William selalu meminta untuk kembali menambah anak. Marsha benar-benar tidak habis pikir dengan keinginan sang suami. "Setelah melahirkan, aku harus berolah raga. Aku tidak ingin gemuk seperti ini terus," gumam Marsha seraya mengusap perut buncitnya. "Sayang, Mommy sangat mencintaimu. Tenang saja, Mommy tidak akan menyalahkanmu karena kau membuat t

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 525 – TA S2 - Extra Chapter III

    Suara teriakan yang keras membuat Laura yang baru saja menata pajangan di rumahnya, langsung terkejut. Dengan cepat Laura mengalihkan pandangannya, menatap ke arah pintu rumahnya. Seketika Laura mengerutkan keningnya, melihat Lea yang baru saja pulang sekolah, dengan raut wajah yang marah melangkah masuk ke dalam rumah. "Ahg! Kenapa mereka itu menyebalkan sekali! Mereka menggangguku!" seru Lea dengan suara keras kala tiba di rumah. "Sayang? Kau kenapa?" Laura mendekat ke arah Lea, dia langsung mengelus lembut pipi putrinya itu. "Tidak baik, gadis cantik masuk ke dalam rumah dengan wajah yang kesal. Sekarang katakan pada Mommy ada apa dan di mana Ken? Kenapa Ken tidak pulang bersama denganmu?" Lea mendengus, dia mencebikan bibirnya. "Ken masih berada di sekolah. Ada khursus yag harus dia ikuti. Mommy, aku rasanya ingin pindah sekolah saja. Aku tidak mau bersekolah di sekolah yang sama dengan Ka Sean. Aku pusing, Mommy!" Laura menautkan alisnya menatap bingung Lea. "Kenapa, sayang?

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 524 – TA S2 - Extra Chapter II

    "Mommy..." Seorang anak perempuan berusia empat tahun berlari menghampiri Karin yang tengah memasak di dapur. Disusul dengan anak laki-laki yang juga berusia empat tahun, ikut berlari menghampiri Karin. Karin yang baru saja selesai masak, dan hendak meletakan makanan di atas meja, dia langsung mengalihkan pandangannya kala ada yang memanggilnya. Seketika senyum di bibir Karin terukir, melihat kedua anaknya tengah menghampirinya. Dengan cepat Karin langsung membuka tangannya dan memberikan pelukan hangat pada kedua anaknya itu. "Kelvin... Charlotte... Kalian sudah pulang?" Karin memberikan banyak kecupan pada kedua anaknya itu. "Ya, Mommy. Kami sudah pulang," jawab Kelvin dan Charlotte bersamaan seraya memeluk erat tubuh Karin. "Bagaimana hari kalian di sekolah? Apa kalian selalu bersama Selena dan Miracle?" tanya Karin sambil mengelus lembut pipi Kelvin dan Charlotte. Kelvin Frans Geovan dan Charlotte Frans Geovan, anak kembar dari Frans dan Karin yang berusia empat tahun ini ben

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 523 – TA S2 - Extra Chapter I

    Lima Tahun Kemudian..."Astaga, Miracle. Hentikan bermain dengan pisau! Nanti kau terluka, Miracle!" Suara Marsha berseru dengan nada yang keras, agar putri kecilnya itu menghentikan bermain dengan pisau. Vanessa Miracle William Geovan, sejak kecil William mengajarkan bela diri pada Miracle, demi melindungi dirinya sendiri. Tentu William melakukan itu semua karena Miracle tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. William selalu waspada jika suatu saat ada yang berusaha mencelakai putrinya. Namun, Miracle sangat berbeda dengan Selena, saudara kembarnya yang berambut pirang, memiliki sifat yang begitu lemah lembut. Sangat sulit bagi William, mengajarkan Selena bela diri, karena berkali-kali Selena akan selalu terluka. Itu kenapa Willliam lebih memilih menjaga Selena dengan banyak pengawal yang mengikuti putrinya itu. "Mom, aku bisa melempar pisau di papan tepat sasaran. Aku hebat, kan, Mom?" Miracle tersenyum bangga, kala pisau yang dia lempar ke papan, tepat sasaran. Kemudian, dia pun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status