Share

Chapter 7 : Bad Habit

Sudah satu minggu berlalu sejak kepindahan Felix ke SMA Antariksa Jakarta. Kini, perlahan Felix sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan teman-temannya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Felix. Mulai dari apa yang harus ia lakukan di sekolah seperti mengikuti berbagai organisasi dan berusaha menjadi salah satu murid berprestasi di sana. Beruntungnya dua bulan lagi Felix akan menginjak kelas 12, sehingga ia tidak diwajibkan untuk mengikuti organisasi di sekolah. Selain itu, para murid juga diharuskan untuk menjaga nama baik sekolah dengan tidak bertingkah seenaknya sendiri. Selain beberapa hal yang harus dilakukan di sekolah, terdapat pula beberapa hal yang tidak boleh dilakukan olehnya ketika berada di sekolah.

Pertama, para murid sangat dilarang keras untuk menyontek saat sedang ulangan harian dan ujian akhir. Guru di sana akan memberikan hukuman yang berat jika terdapat murid yang ketahuan menyontek. Kedua, para murid dilarang membawa kendaraan roda empat seperti mobil. Mereka hanya diperbolehkan membawa kendaraan roda dua seperti sepeda dan motor ke sekolah. Ketiga, para murid sangat dilarang keras untuk menggunakan obat-obatan terlarang. Jika mereka ketahuan, maka kepala sekolah akan segera mengeluarkan murid tersebut tanpa terkecuali. Hal itu berlaku juga bagi murid yang ketahuan merokok di lingkungan sekolah. Namun, hukumannya tidak sampai dikeluarkan dari sekolah, melainkan hanya diskors selama tiga hari.

Felix sudah diwanti-wanti oleh Haris untuk tidak mengeluarkan rokok ketika sedang berada di sekolah seperti tempo hari. Haris juga memperingati teman Australianya ini untuk tidak membawa mobil ke sekolah. Hal itu karena Felix pernah sekali membawa mobil ke sekolah pada hari ketiga sejak ia pindah ke sekolah ini. Untung saja ia memarkirkan mobilnya di depan minimarket dekat sekolah. Haris tidak bisa membayangkan jika Felix memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Murid yang baru pindah selama tiga hari ini pasti sudah mendapat hukuman dari guru. Setelah Haris memberitahu apa saja peraturan yang ada di sekolah, Felix perlahan mulai menaati peraturan meskipun sesekali masih melanggarnya.

Seperti sekarang, Felix sedang mengisap sebatang rokok yang bertengger di bibirnya. Felix dengan santai merokok di toilet laki-laki ketika sedang berlangsungnya pelajaran dan ia berkedok dengan izin ke toilet karena perutnya sakit akibat diare. Haris yang tahu apa yang akan Felix lakukan di toilet segera memperingati temannya itu untuk berhati-hati agar tidak ketahuan oleh guru atau murid lainnya. Felix mengangguk ketika Haris menatapnya dengan tatapan galak campur khawatir. Ia tidak mau jika teman barunya mendapat masalah karena perbuatannya yang melanggar aturan.

Setelah menghabiskan satu batang rokok, Felix segera beralih menuju ke kantin untuk sekadar membeli permen supaya teman-temannya tidak curiga kepadanya karena napasnya agak bau asap rokok. Ternyata ketika ia sedang berjalan menuju kelas tiba-tiba bel istirahat berbunyi. Felix pun mengurungkan niatnya untuk kembali ke kelas dan duduk di salah satu bangku kantin yang kosong. Jam menunjukkan pukul setengah dua belas yang artinya sudah waktunya jam makan siang. Ia kemudian memesan nasi goreng sebagai menu makan siangnya dan ditemani dengan segelas es jeruk yang menyegarkan tenggorokannya.

Terlihat dari jauh ada Haris, Putra, dan Hugo yang sedang berjalan ke arah Felix. Mereka bertiga segera menyusul teman barunya yang sedang asik memakan nasi goreng sambil memainkan ponselnya.

“Woy, ke mana aja lo. Bukannya masuk kelas malah enak-enakan makan di kantin,” tukas Putra. Ia kemudian duduk di sebelah Felix dan diikuti oleh Haris dan Hugo yang duduk di hadapannya.

“Gue udah mau ke kelas, tapi tiba-tiba bel istirahat bunyi. Ya udah deh gue langsung ke sini karena laper,” jawab Felix yang masih fokus dengan ponselnya.

Haris menggelengkan kepalanya dan menyeruput es jeruk milik Felix, “Ngerokok di toilet lagi kan lo?”

Ucapan Haris membuat Putra dan Hugo sontak kaget. Mereka berdua jelas belum mengetahui kebiasaan Felix akhir-akhir ini di sekolah karena hanya Haris yang tahu dan ia tidak mengatakannya kepada siapa pun. Putra lantas menatap Haris dan Felix bergantian. Bisa-bisanya orang paling gercep di sekolah ini tidak mengetahui jika teman sebangkunya sendiri suka merokok di toilet.

“Kok gue baru tau, sih?” omel Putra.

Haris menggelengkan kepalanya dan menjelaskan kepada mereka berdua, “Ini si Felix lagi doyan ngerokok di toilet. Lo pada tau kan kalau akhir-akhir ini dia sering izin ke toilet dan baliknya lama? Ya itu karena dia lagi ngerokok di sana,” jelasnya. Hal itu membuat Putra dan Hugo tambah kaget.

“Nyali lo gede sumpah, Lix,” komentar Hugo. Bagaimana tidak, seorang murid pindahan yang belum genap satu bulan di sekolah sudah berani melakukan tindakan yang sudah jelas dilarang di sini.

Berbeda dengan Hugo, Putra malah menanggapinya dengan candaan, “Kenapa nggak bilang coba. Kalau gitu kan gue jadinya mau ikut,” ujar Putra. Haris dan Hugo hanya menggelengkan kepala melihat dua temannya ini.

“Yuk. Besok mau?” tawar Felix. Hal itu lantas membuat Haris memukul kepala Felix dan Putra.

“Kalau mau bego jangan ajak-ajak, Lix. Dah yuk, Go, mending kita salat zuhur aja. Bentar lagi azan,” ucap Haris. Hugo mengangguk dan segera berdiri dari bangkunya diikuti oleh Haris.

Putra kemudian juga mengikuti Haris dan Hugo bangkit dari bangkunya, “Gue ikut. Duluan, ya, Lix.”

Mereka bertiga kemudian bergegas menuju ke masjid dan meninggalkan Felix seorang diri. Felix tidak ikut dengan Haris, Putra, dan Hugo karena mereka berbeda keyakinan. Oleh karena itu, Felix kini hanya duduk sendirian di kantin sambil menghabiskan makanannya. Beberapa menit kemudian setelah makanannya habis, Felix beranjak menuju kelas karena sebentar lagi waktu istirahat akan habis.

Ketika sedang berjalan di koridor sekolah, Felix tidak sengaja menabrak murid perempuan yang sedang membawa tumpukan kertas. Hal itu membuat tumpukan kertas berhamburan di lantai. Murid perempuan itu sepertinya sedang terburu-buru. Ia kemudian mendesah pelan dan segera berjongkok untuk mengambil kertas yang berserakan di lantai. Karena merasa bersalah, Felix pun ikut berjongkok membantu murid itu merapikan kertasnya. Murid perempuan itu lantas mendongak ke arah Felix dan diikuti oleh Felix dengan menatapnya balik. Tidak disangka jika murid perempuan itu adalah Lia, sahabat Marsha.

“Eh maaf, ya. Gue nggak sengaja,” ucap Felix kepada Lia. Hal itu membuat Lia malu karena saat ini ia berada dalam jarak yang cukup dekat dengan Felix.

“Iya nggak apa-apa kok,” jawab Lia kemudian segera menatap ke bawah karena takut jika Felix menyadari kalau pipinya sekarang berubah warna menjadi merah muda.

Setelah semua kertas sudah tertata rapi, mereka berdua segera berdiri. Sebelum Lia pamit pergi menuju ke ruang guru, Felix menahan tangan Lia.

“Lo temennya Marsha bukan?” tanya Felix kepada Lia.

Lia segera mengangguk, “Iya, kenapa?”

Felix melayangkan pertanyaan lagi kepada Lia yang saat ini sedang gugup di dalam hatinya, “Kenalin, gue Felix. Nama lo siapa?” ucapnya lalu mengulurkan tangannya kepada Lia untuk berjabat tangan.

Lia kemudian segera membalas uluran tangan dari Felix, “Lia, salam kenal, ya.”

“Ya udah, Lia. Kalau gitu gue balik duluan, ya. Maaf tadi bikin lo jadi kerepotan,” ujarnya sambil tersenyum. Lia yang disenyumi oleh Felix mendadak hatinya makin meleleh.

No problem, gue juga balik duluan, Lix.” Felix dan Lia akhirnya pergi dengan arah yang berlawanan karena Felix menuju ke kelas sedangkan Lia menuju ke ruang guru.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status