Sudah satu minggu berlalu sejak kepindahan Felix ke SMA Antariksa Jakarta. Kini, perlahan Felix sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan teman-temannya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Felix. Mulai dari apa yang harus ia lakukan di sekolah seperti mengikuti berbagai organisasi dan berusaha menjadi salah satu murid berprestasi di sana. Beruntungnya dua bulan lagi Felix akan menginjak kelas 12, sehingga ia tidak diwajibkan untuk mengikuti organisasi di sekolah. Selain itu, para murid juga diharuskan untuk menjaga nama baik sekolah dengan tidak bertingkah seenaknya sendiri. Selain beberapa hal yang harus dilakukan di sekolah, terdapat pula beberapa hal yang tidak boleh dilakukan olehnya ketika berada di sekolah.
Pertama, para murid sangat dilarang keras untuk menyontek saat sedang ulangan harian dan ujian akhir. Guru di sana akan memberikan hukuman yang berat jika terdapat murid yang ketahuan menyontek. Kedua, para murid dilarang membawa kendaraan roda empat seperti mobil. Mereka hanya diperbolehkan membawa kendaraan roda dua seperti sepeda dan motor ke sekolah. Ketiga, para murid sangat dilarang keras untuk menggunakan obat-obatan terlarang. Jika mereka ketahuan, maka kepala sekolah akan segera mengeluarkan murid tersebut tanpa terkecuali. Hal itu berlaku juga bagi murid yang ketahuan merokok di lingkungan sekolah. Namun, hukumannya tidak sampai dikeluarkan dari sekolah, melainkan hanya diskors selama tiga hari.
Felix sudah diwanti-wanti oleh Haris untuk tidak mengeluarkan rokok ketika sedang berada di sekolah seperti tempo hari. Haris juga memperingati teman Australianya ini untuk tidak membawa mobil ke sekolah. Hal itu karena Felix pernah sekali membawa mobil ke sekolah pada hari ketiga sejak ia pindah ke sekolah ini. Untung saja ia memarkirkan mobilnya di depan minimarket dekat sekolah. Haris tidak bisa membayangkan jika Felix memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Murid yang baru pindah selama tiga hari ini pasti sudah mendapat hukuman dari guru. Setelah Haris memberitahu apa saja peraturan yang ada di sekolah, Felix perlahan mulai menaati peraturan meskipun sesekali masih melanggarnya.
Seperti sekarang, Felix sedang mengisap sebatang rokok yang bertengger di bibirnya. Felix dengan santai merokok di toilet laki-laki ketika sedang berlangsungnya pelajaran dan ia berkedok dengan izin ke toilet karena perutnya sakit akibat diare. Haris yang tahu apa yang akan Felix lakukan di toilet segera memperingati temannya itu untuk berhati-hati agar tidak ketahuan oleh guru atau murid lainnya. Felix mengangguk ketika Haris menatapnya dengan tatapan galak campur khawatir. Ia tidak mau jika teman barunya mendapat masalah karena perbuatannya yang melanggar aturan.
Setelah menghabiskan satu batang rokok, Felix segera beralih menuju ke kantin untuk sekadar membeli permen supaya teman-temannya tidak curiga kepadanya karena napasnya agak bau asap rokok. Ternyata ketika ia sedang berjalan menuju kelas tiba-tiba bel istirahat berbunyi. Felix pun mengurungkan niatnya untuk kembali ke kelas dan duduk di salah satu bangku kantin yang kosong. Jam menunjukkan pukul setengah dua belas yang artinya sudah waktunya jam makan siang. Ia kemudian memesan nasi goreng sebagai menu makan siangnya dan ditemani dengan segelas es jeruk yang menyegarkan tenggorokannya.
Terlihat dari jauh ada Haris, Putra, dan Hugo yang sedang berjalan ke arah Felix. Mereka bertiga segera menyusul teman barunya yang sedang asik memakan nasi goreng sambil memainkan ponselnya.
“Woy, ke mana aja lo. Bukannya masuk kelas malah enak-enakan makan di kantin,” tukas Putra. Ia kemudian duduk di sebelah Felix dan diikuti oleh Haris dan Hugo yang duduk di hadapannya.
“Gue udah mau ke kelas, tapi tiba-tiba bel istirahat bunyi. Ya udah deh gue langsung ke sini karena laper,” jawab Felix yang masih fokus dengan ponselnya.
Haris menggelengkan kepalanya dan menyeruput es jeruk milik Felix, “Ngerokok di toilet lagi kan lo?”
Ucapan Haris membuat Putra dan Hugo sontak kaget. Mereka berdua jelas belum mengetahui kebiasaan Felix akhir-akhir ini di sekolah karena hanya Haris yang tahu dan ia tidak mengatakannya kepada siapa pun. Putra lantas menatap Haris dan Felix bergantian. Bisa-bisanya orang paling gercep di sekolah ini tidak mengetahui jika teman sebangkunya sendiri suka merokok di toilet.
“Kok gue baru tau, sih?” omel Putra.
Haris menggelengkan kepalanya dan menjelaskan kepada mereka berdua, “Ini si Felix lagi doyan ngerokok di toilet. Lo pada tau kan kalau akhir-akhir ini dia sering izin ke toilet dan baliknya lama? Ya itu karena dia lagi ngerokok di sana,” jelasnya. Hal itu membuat Putra dan Hugo tambah kaget.
“Nyali lo gede sumpah, Lix,” komentar Hugo. Bagaimana tidak, seorang murid pindahan yang belum genap satu bulan di sekolah sudah berani melakukan tindakan yang sudah jelas dilarang di sini.
Berbeda dengan Hugo, Putra malah menanggapinya dengan candaan, “Kenapa nggak bilang coba. Kalau gitu kan gue jadinya mau ikut,” ujar Putra. Haris dan Hugo hanya menggelengkan kepala melihat dua temannya ini.
“Yuk. Besok mau?” tawar Felix. Hal itu lantas membuat Haris memukul kepala Felix dan Putra.
“Kalau mau bego jangan ajak-ajak, Lix. Dah yuk, Go, mending kita salat zuhur aja. Bentar lagi azan,” ucap Haris. Hugo mengangguk dan segera berdiri dari bangkunya diikuti oleh Haris.
Putra kemudian juga mengikuti Haris dan Hugo bangkit dari bangkunya, “Gue ikut. Duluan, ya, Lix.”
Mereka bertiga kemudian bergegas menuju ke masjid dan meninggalkan Felix seorang diri. Felix tidak ikut dengan Haris, Putra, dan Hugo karena mereka berbeda keyakinan. Oleh karena itu, Felix kini hanya duduk sendirian di kantin sambil menghabiskan makanannya. Beberapa menit kemudian setelah makanannya habis, Felix beranjak menuju kelas karena sebentar lagi waktu istirahat akan habis.
Ketika sedang berjalan di koridor sekolah, Felix tidak sengaja menabrak murid perempuan yang sedang membawa tumpukan kertas. Hal itu membuat tumpukan kertas berhamburan di lantai. Murid perempuan itu sepertinya sedang terburu-buru. Ia kemudian mendesah pelan dan segera berjongkok untuk mengambil kertas yang berserakan di lantai. Karena merasa bersalah, Felix pun ikut berjongkok membantu murid itu merapikan kertasnya. Murid perempuan itu lantas mendongak ke arah Felix dan diikuti oleh Felix dengan menatapnya balik. Tidak disangka jika murid perempuan itu adalah Lia, sahabat Marsha.
“Eh maaf, ya. Gue nggak sengaja,” ucap Felix kepada Lia. Hal itu membuat Lia malu karena saat ini ia berada dalam jarak yang cukup dekat dengan Felix.
“Iya nggak apa-apa kok,” jawab Lia kemudian segera menatap ke bawah karena takut jika Felix menyadari kalau pipinya sekarang berubah warna menjadi merah muda.
Setelah semua kertas sudah tertata rapi, mereka berdua segera berdiri. Sebelum Lia pamit pergi menuju ke ruang guru, Felix menahan tangan Lia.
“Lo temennya Marsha bukan?” tanya Felix kepada Lia.
Lia segera mengangguk, “Iya, kenapa?”
Felix melayangkan pertanyaan lagi kepada Lia yang saat ini sedang gugup di dalam hatinya, “Kenalin, gue Felix. Nama lo siapa?” ucapnya lalu mengulurkan tangannya kepada Lia untuk berjabat tangan.
Lia kemudian segera membalas uluran tangan dari Felix, “Lia, salam kenal, ya.”
“Ya udah, Lia. Kalau gitu gue balik duluan, ya. Maaf tadi bikin lo jadi kerepotan,” ujarnya sambil tersenyum. Lia yang disenyumi oleh Felix mendadak hatinya makin meleleh.
“No problem, gue juga balik duluan, Lix.” Felix dan Lia akhirnya pergi dengan arah yang berlawanan karena Felix menuju ke kelas sedangkan Lia menuju ke ruang guru.
Epilog: The Good EndingTidak ada yang pernah menduga tentang takdir seseorang. Haris dan Marsha yang sudah menjadi sepasang kekasih sejak SMA ternyata benar-benar menjadi sepasang kekasih yang melanjutkan sampai di pelaminan. Marsha yang awalnya berpikir akan berakhir menikah dengan Felix pun ternyata salah. Setelah semua masa lalu kelam dan pedih yang Marsha alami, ia akan tetap kembali kepada Haris. Sejauh apa pun Marsha berlari, Tuhan akan selalu berusaha untuk mempertemukan mereka berdua. Seperti yang disebut dengan takdir, Haris dan Marsha adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat.Sama seperti Marsha, Felix yang awalnya mengira bahwa Marsha adalah takdirnya ternyata salah besar. Sejauh apa pun Felix berusaha untuk meraih Marsha, pria itu tetap tidak bisa menggapainya. Cinta yang Felix pendam sejak pertama kali bertemu dengan Marsha pada kenyataannya tidak akan pernah bisa terbalaskan. Walaupun pada
Waktu hanya tinggal tersisa dua hari lagi menuju hari bahagia. Segala persiapan sudah Marsha dan Haris lakukan. Mereka berdua berhasil menyiapkan pernikahan hanya dalam rentang waktu satu minggu saja. Tentu saja, mereka berdua tidak melakukannya sendiri. Haris dan Marsha dibantu oleh masing-masing kedua orangtua mereka dan juga sahabat serta teman dekat mereka. Namun, sebelum itu, Marsha harus membatalkan segala proses di Swiss yang pada awalnya akan menjadi hari penikahan Marsha dan Felix. Akan tetapi, ternyata segala urusan tersebut sudah diselesaikan oleh Felix seorang diri.Salah satu rekan kantor Felix, Juan, kemarin menelepon Marsha secara mendadak. Pria itu berkata bahwa seluruh proses yang sudah disiapkan mulai dari gedung, peralatan, gaun dan jas, serta wedding organizer sudah dibatalkan oleh Felix. Karena pembatalan tersebut Marsha dan Felix harus merelakan biaya yang cukup banyak yang mereka gunakan sebagai modal pernikahan. Namun, sayangnya yang membuat Marsha kec
Setelah sekian lama berusaha untuk menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang dikenal, Marsha akhirnya memberanikan diri untuk kembali terbang ke negara tempat di mana ia lahirkan, Indonesia. Marsha berangkat kembali menuju ke Indonesia bersama dengan Willy dan Haris yang siap mendampingi kapan pun dan di mana pun ia berada. Marsha awalnya menolak mentah-mentah ketika Haris mengajaknya untuk kembali ke Indonesia. Namun, perlahan demi pasti, akhirnya Haris berhasil membujuk wanita itu agar mau kembali ke Indonesia untuk bertemu sahabat dan teman-temannya terutama kedua orangtuanya.Siang ini, pesawat yang Marsha, Haris, dan Willy naiki sudah mendarat di bandara internasional Indonesia. Haris menggenggam tangan Marsha sambil menggendong Willy dan mengajak mereka untuk segera keluar dari bandara. Tujuan pertama mereka adalah apartemen milik Haris. Tentu saja, Marsha masih belum siap jika setelah ini ia langsung bertemu dengan kedua orangtuanya setela
Hingga sampai pagi ini, Marsha masih belum mendapatkan kabar apa pun dari Felix. Ia sudah berulang kali memberikan pesan dan menelepon kepada Felix tetapi hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban apa pun. Bahkan ketika Marsha berusaha untuk menanyakan Felix melalui Juan, pria itu tidak bisa memberitahunya. Padahal, Marsha sudah memilih gaun pengantin untuk dirinya dan juga jas tuksedo untuk Felix di butik fitting kemarin. Marsha sudah bersusah payah untuk memilih jas tuksedo yang cocok digunakan untuk Felix. Ia takut jika jas tuksedo yang dipilihnya tidak sesuai dengan selera pakaian Felix.Saat ini, Marsha sedang merapikan pakaian di lemarinya sembari membersihkan kamarnya yang terlihat berantakan. Sekitar tiga puluh menit yang lalu, Marsha sudah mengantarkan Willy ke sekolah dan ia akan menjemputnya kembali pada pukul sebelas siang nanti. Sebenarnya hari ini adalah jadwal Marsha dan Felix untuk bertemu dengan agen wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk menentukan tem
Hari ini adalah jadwalnya bagi Marsha dan Felix untuk melakukan fitting gaun pengantin untuk Marsha dan jas tuksedo untuk Felix. Wanita itu sudah siap dengan dirinya setelah selesai mengantarkan Willy ke sekolah. Akan tetapi, sejak tadi malam Marsha tidak mendapatkan kabar dari Felix. Pria itu tidak membalas pesan dari Marsha sejak sore hari kemarin. Hal itu pun membuat jadwal perjanjian mereka dengan butik untuk melakukan fitting diundur. Marsha sendiri sudah berusaha untuk menghubungi Felix berulang kali tetapi hingga sampai saat ini ia tidak mendapatkan balasan apa pun.Apakah Felix marah dengan Marsha karena sikap anehnya kemarin? Marsha bisa menebak akan hal itu karena perubahan sikap Felix tepat setelah mereka selesai membeli cincin pernikahan. Felix bahkan tidak mengajaknya berbicara terlalu sering saat mereka berdua berada di dalam mobil. Karena hal itulah Marsha akhirnya berusaha untuk menghilangkan mood buruk dan mengalahkan rasa egonya demi mengajak Felix mengobrol
Ternyata, hari itu adalah pertemuan terakhir Haris dan Marsha. Setelah bertemu dan berbincang dengan Felix di kafetaria hotel, Haris memutuskan untuk pulang kembali ke Jerman pada esok hari. Pria itu benar-benar sudah merelakan Marsha demi kebahagiaan wanita itu sendiri. Haris tidak boleh egois, bukan hanya dia lah yang menderita selama ini. Akan tetapi, Marsha ternyata lebih menderita darinya. Oleh karena itu, Haris sudah merelakan Marsha kepada Felix dan berharap mereka berdua akan menjalankan hidup yang harmonis.Setelah pertemuan Haris dan Felix di kafetaria, mereka berdua kembali menjadi akrab seperti dahulu. Baik Haris maupun Felix, mereka berdua meminta maaf satu sama lain atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Felix meminta maaf karena tidak memberitahu tentang Marsha selama ini kepada Haris sedangkan Haris meminta maaf karena tadi ia memukul Felix sampai berdarah dengan penuh emosi. Pada saat itu pun mereka mulai bertukar tentang banyak cerita. Pertemanan mereka y