Share

Chapter 8 : Girls Time

Akhir-akhir ini Marsha disibukkan oleh adanya jadwal tambahan bimbel setiap pulang sekolah. Marsha berusaha untuk mengejar materi pelajaran supaya tidak ketinggalan karena satu minggu lagi ia akan mengikuti kegiatan study tour yang menghabiskan waktu hampir satu minggu. Setiap bel pulang sekolah berbunyi Marsha sudah siap dengan ransel di punggungnya serta paper bag yang berisi kumpulan soal dari bimbelnya. Biasanya ia berangkat dari sekolah menuju tempat bimbel menggunakan ojek online atau kadang bersama Haris. Namun, karena hari ini Haris ada kegiatan kerja kelompok akhirnya Marsha berangkat ke tempat bimbel dengan menggunakan ojek online.

Ojek online yang dipesan oleh Marsha ternyata sudah berada di depan sekolah. Ia kemudian pamit kepada Lia untuk berangkat bimbel, “Li, gue duluan, ya.”

Lia kemudian mengangguk, “Yuk keluar bareng. Kakak gue juga udah nungguin di depan.” Mereka berdua lalu bergegas menuju ke depan sekolah untuk menemui jemputannya masing-masing.

“Nanti abis gue selesai bimbel, jadi ke mal kan, Li?” tanya Marsha. Lia sebelumnya meminta kepada Marsha untuk menemaninya ke mal karena ia ingin membeli hadiah untuk kakaknya yang besok akan berulang tahun. Marsha dengan senang hati menyetujui untuk menemani temannya itu setelah ia selesai bimbel.

“Iya, nanti kalau bimbelnya udah selesai chat gue, ya. Nanti gue jemput,” ucap Lia dan Marsha mengangguk. Sesampainya di depan sekolah mereka segera menuju jemputan masing-masing.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam di mana Marsha telah menyelesaikan kelas bimbelnya. Ia bergegas menuju ke bangku di luar yang disediakan oleh pihak bimbel bagi para murid yang sedang menunggu jemputan. Ketika membuka ponselnya, ternyata Lia sudah memberikan pesan sejak pukul setengah tujuh. Pesan tersebut berisi bahwa Lia akan terlambat sekitar sepuluh menit untuk menjemput Marsha di tempat bimbel karena ia memiliki beberapa urusan yang harus diselesaikan.

Setelah membaca pesan dari Lia, Marsha kemudian masuk kembali ke dalam tempat bimbelnya. Ia lalu bertemu dengan salah satu teman kekasihnya, Hugo, yang sedang berbincang dengan salah satu guru bimbel. Hugo yang menyadari kehadiran Marsha kemudian tersenyum kepadanya.

“Haris belum jemput, ya?” tanya Hugo kepada kekasih temannya itu.

“Haris lagi ada kerja kelompok, jadi gue pulangnya sama Lia,” jawab Marsha. Ia lalu duduk di bangku sebelah Hugo.

“Oh gitu, ya udah kalau gitu gue balik duluan, ya, Sha.” Hugo pamit pulang kepada Marsha dan dibalas dehaman oleh Marsha. Ia lalu membuka ponselnya kembali untuk mengurangi rasa bosan sambil menunggu Lia datang menjemputnya.

Tidak terasa Marsha sudah memainkan ponselnya entah itu untuk membuka i*******m maupun bermain game yang ada di ponselnya. Beberapa menit kemudian muncul pesan dari Lia yang mengatakan bahwa ia sudah berada di depan tempat bimbelnya. Marsha bergegas keluar dan pamit kepada guru bimbel yang ada di sana. Sesampainya di luar, sudah ada Lia yang mengenakan hoodie putih dan celana hitam selutut dengan motor vespa berwarna tosca yang sedang ia tunggangi. Marsha kemudian mengambil helmnya yang terdapat di rak khusus helm. Ia segera menaiki jok motor di belakang Lia.

“Maaf, ya, jadi telat, Neng,” ujar Lia.

“Santai aja. Udah yuk keburu malem.” Lia segera menancapkan gas motornya dan pergi meninggalkan tempat bimbel Marsha.

Marsha dan Lia mengobrol sepanjang jalan menuju ke mal. Berbagai topik mereka bahas mulai dari apa saja yang dipersiapkan untuk study tour minggu depan, tugas apa saja yang dikumpulkan untuk besok, bahkan Lia bercerita kepada Marsha tentang apa yang terjadi dengannya dan Felix tadi siang. Marsha hanya terkekeh mendengar cerita dari temannya yang merasa salah tingkah ketika ditatap oleh laki-laki berdarah Australia-Indonesia itu.

Setelah berbincang cukup panjang, akhirnya mereka berdua telah sampai di salah satu mal di Jakarta. Lia pun segera memasuki parkiran motor yang ada di sana. Tidak lupa sebelum masuk ke dalam mal dua remaja perempuan ini memasuki toilet yang ada di lantai bawah. Marsha dan Lia memulai touch up untuk memperbaiki penampilannya dengan menyisir rambut dan memoles bibirnya dengan sedikit lipbalm. Apalagi Marsha, saat ini ia masih mengenakan seragam sekolah yang sudah kusut. Untung saja Marsha membawa baju ganti dan parfum. Ia memasuki bilik kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai mengganti pakaiannya Marsha pun menyemprotkan parfum ke pakaiannya agar tetap wangi. Ia lalu mengikat tinggi rambutnya karena rambutnya terlihat lepek. Marsha dan Lia kemudian bergegas keluar dari toilet.

“Laper nggak?” tanya Lia. Marsha pun mengangguk, “Sushi yuk?” ajaknya. Lia menyetujui ajakan Marsha dan mereka segera mencari outlet yang menjual nasi gulung rumput laut dengan berbagai macam isian itu.

Kini, mereka tepat berada di depan salah satu outlet terkenal yang menjual sushi. Terlihat tidak banyak orang yang makan di sana dan tidak ada orang yang sedang mengantre. Marsha dan Lia kemudian mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka berdua. Sembari menunggu pesanan datang, mereka kembali berbincang dan melanjutkan topik yang tadi terpotong ketika berada perjalanan.

“Lo udah persiapan apa aja buat ke Bali, Sha?” tanya Lia.

“Belum ada. Gue adanya persiapan buat bimbel,” ucap Marsha seadanya. Karena memang benar jika Marsha lebih mementingkan bimbel untuk masa depan ketimbang study tour yang sebenarnya ia bisa mengunjungi Bali kapan saja.

“Lo mah isinya belajar mulu, Sha. Ke Bali juga perlu persiapan kali kayak pakaian, emangnya lo udah mikirin outfit buat ke Bali?” jelas Lia. Marsha menggelengkan kepalanya dan membuat Lia menghela napas.

Marsha sudah tidak heran dengan temannya yang satu ini, temannya ini memiliki prinsip bahwa penampilan adalah nomor satu. Oleh karena itu, sudah jelas jika Lia sangat memikirkan apa yang akan dipakainya saat study tour. Apalagi Bali mempunyai pemandangan yang sangat indah sehingga Lia pun harus menggunakan outfit yang sama indahnya pula.

Beberapa menit kemudian makanan yang mereka pesan akhirnya datang. Perut Marsha yang sudah meronta meminta makan membuatnya segera melahap sushi yang ada di depannya. Lia melihat tingkah temannya yang sangat lahap saat makan terlihat seperti orang yang belum makan selama tiga hari. Ia hanya terkekeh pelan.

“Gue videoin ah terus kirim ke Haris. Biar dia lihat pacarnya kalau makan kayak orang udah nggak makan tiga hari,” ledek Lia. Marsha tidak memedulikan ucapan temannya dan hanya fokus melahap sushi yang ada di depannya. Masa bodoh Haris melihat wajahnya seperti apa sekarang. Toh Haris juga sudah sering melihat wajah bantal Marsha di pagi hari ketika ia mengajaknya untuk jogging di hari Minggu.

“Sha,” panggil Lia. Marsha yang dipanggil kemudian beralih menatap Lia.

“Apaan?” jawabnya yang masih fokus melahap sushi.

Lia tersenyum sendiri layaknya orang yang baru mendapat uang satu miliar, “Kayaknya gue suka sama Felix deh. Hehehe.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status