Share

Berbohong

Author: Edka22
last update Huling Na-update: 2023-07-30 07:14:51

Aku terkejut saat Najma anakku tiba-tiba saja masuk. Sedangkan aku masih berada di posisi yang tidak layak dilihat oleh anak kecil berusia tujuh tahun.

Aku secepatnya merapatkan selimutku. Berharap Najma tidak melihat sesuatu yang memang tidak pantas dilihatnya.

“Mama kenapa? Kok tumben tidur di kamar Papa?"

Pertanyaan itu lolos dari bibir Najma saat dirinya berdiri tepat di samping ranjang.

Dan sekarang sepertinya aku harus berpura-pura. Walau hati tidak ingin namun inilah yang terbaik daripada Najma tahu yang sebenarnya.

“Mama gak enak badan, Sayang. Takut nular ke kamu jadi Mama memilih tidur di kamar Papa. Oh, iya, Mama bisa minta tolong ke Najma tidak?”

“Minta tolong apa, Ma. Katakanlah!”

“Mama haus, bisa tolong bawain Mama air.”

“Tentu saja, Ma. Sini sekalian saja tempat airnya Najma isi penuh.”

Najma mengambil tempat air yang memang selalu ada di setiap kamar. Sengaja aku simpan karena memang setiap malam aku, Mas Raka maupun Nazma selalu terbangun hanya karena ingin minum.

Setelah Najma pergi. Aku lekas bangkit memakai baju yang tadi dilepas dengan paksa oleh Mas Raka. Sungguh, tubuhku terasa sakit semua. Mas Raka benar-benar memperlakukan aku dengan sangat kasar.

Tidak ada pendahuluan, hingga membuat aku merintih kesakitan.

Setelah aku memakai baju. Aku kembali menyembunyikan tubuhku di bawah selimut. Seraya merasakan rasa sakit di sekujur tubuhku. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa dalam waktu lima tahun ini Mas Raka semakin tak aku kenali lagi. Serasa hidup dengan orang asing.

Tak lama Najma datang dengan membawa air. Aku tersenyum melihatnya, beruntung Najma tumbuh menjadi anak Sholehah dan aku harap sampai ia tumbuh dewasa pun tetap seperti ini. Najma yang sangat baik, manis, Sholehah dan tentu sangat mencintaiku dan mencintai Papanya meskipun aku tahu papanya tidak pernah ada waktu berdua saja dengannya.

“Ma, minumlah!”

Najma menyerahkan segelas air putih padaku lalu ia duduk di atas ranjang. Dan aku pun mengambil gelas yang berisi air yang Najma berikan.

Sejurus kemudian Najma memijat kedua kakiku secara bergantian. Sungguh, aku serasa menjadi mama yang tidak berguna, yang tidak bisa menyenangkan anaknya.

“Terima kasih, Najma.” ucapku seraya meminum air dalam gelas itu.

Dia hanya mengangguk dan tersenyum lebar. Aku meminum habis segelas air putih itu jika boleh jujur aku memang sedang dalam keadaan haus.

Setelah air dalam gelas habis hanya dalam satu tegukan saja, aku langsung menyimpan gelas kosong itu.

Najma masih berada di dalam kamar Mas Raka. Ia masih berada di posisi yang sama. Terduduk. Aku merasa ada sesuatu yang aneh, merasa jika seberanya anak gadisku ini mengetahui sesuatu.

“Kembalilah ke kamarmu, Sayang! Besok kamu sekolah.”

Aku berusaha untuk mengalihkan keadaan. Aku tidak ingin Najma justru mengorek sesuatu yang lebih dalam lagi. Ia tidak berhak tahu, ia masih kecil, ia belum layak ikut campur dalam urusan orang dewasa.

“Najma tidur di sini saja, Ma. Selagi papa enggak ada.”

Malah kalimat itu yang keluar dari bibir Najma. Aku tidak punya keberanian untuk menolak keinginannya. Padahal malam ini aku ingin sendiri, meratapi hidupku yang tak tahu akan seperti apa.

Dengan berat hati aku menyetujui permintaan kecil anakku. Sepintas aku teringat sesuatu jika selama ini Najma tidak pernah meminta sesuatu padaku apalagi pada papanya.

Ya Allah... rasanya aku menjadi seorang mama yang gagal. Tidak mampu membahagiakan anakku sendiri. Bahkan aku sama sekali tidak peka dengan anakku. Aku tidak pernah bertanya apa maunya atau sekadar di hari libur pergi ke tempat yang mungkin saja ingin ia kunjungi pun aku tidak pernah.

Anakku persis sepertiku, pendiam. Dan seperti itulah kerugian seorang yang sedikit bicara. Apa-apa selalu dipendam sendiri sekalipun itu sebuah permintaan atau masalah kecil saja ragu untuk mengutarakan. Lalu bagaimana jika masalah besar? Aku tidak bisa membayangkan.

Aku melambaikan tangan lalu merentangkannya meminta Najma untuk ikut bergabung tidur di bawah selimut yang sama. Dia mengangguk lalu secepatnya membaringkan tubuhnya dan menyelimutinya dengan selimut.

Aku memeluknya, kini aku pun ingat kembali akan suatu hal. Kapan terakhir kali aku melakukan hal seperti ini? Aku terlalu sibuk memikirkan kelakuan papanya hingga melupakan dirinya—anakku.

“Maafkan Mama, Sayang,” ucapku dengan lirih disela pelukanku.

“Harusnya Najma yang minta maaf. Karena Najma belum bisa bantu Mama. Najma malah menyusahkan Mama.”

Aku menggeleng cepat serta membalikkan tubuh Najma hingga kami saling berhadapan.

“Tidak sayang. Najma sama sekali tidak menyusahkan Mama. Justru Najma itu kebanggaan Mama. Dengan melihat Najma rajin belajar, mengaji , salat tepat waktu dan menjadi anak solehah Mama sudah senang. Jangan pernah beranggapan seperti tadi lagi, ya.”

“Mama ....”

Aku memeluknya lagi. Kali ini ingin rasanya aku menangis meraung-raung tapi aku tidak boleh terlihat lemah di hadapan anakku. Dia harus tahu jika aku adalah seorang ibu yang tangguh.

“Sudah. Sekarang kita tidur.”

Aku mengakhiri momen sedih ini. Bukan hal yang baik juga jika terus mengeluarkan air mata. Air mata ini terlalu berharga untuk menangisi hal-hal yang tidak berguna.

Jujur, aku akui memang kadang bibir bisa dengan mudahnya bilang kuat, jangan nangis. Namun tetap saja kadang hati malah mengingkarinya.

Ya Allah, aku hanya ingin agar kehidupan Najma anakku dilimpahkan dengan kebahagiaan yang tidak akan pernah ada habisnya.

Dia anak baik, dia anak sholehah dan dia adalah anak penurut. Kalau boleh aku ingin meminta agar waktu berputar kembali dan aku meminta agar Najma anakku terlahir dari keluarga sempurna. Tidak seperti sekarang .

Namun aku sadar diri, itu adalah hal mustahil. Ini adalah takdir. Aku akan berusaha untuk memberikan kebahagiaan untuk Najma.

Aku semakin mengeratkan pelukanku. Aku sembunyikan wajahku di punggung Najma. Sungguh untuk berhenti tidak menangis begitu sulit. Hatiku telanjur nelangsa.

"Mama nangis?"

Ya Tuhan, sepertinya anakku menyadarinya jika aku tengah menangis.

"Enggak, kok, sayang. Najma kok belum tidur? Tidur lagi, ya, ini masih malam."

Aku berbohong, maafkan Mama, Najma. Sepertinya hidupku mulai dipenuhi dengan kebohongan.

"Najma tidak bisa tidur."

Lalu secara tiba-tiba Najma membalikkan tubuhnya hingga aku benar-benar kepergok tengah menangis.

Najma terdiam menatapku, sementara itu aku langsung tertunduk. Merasa malu sendiri karena ketahuan sudah berbohong.

"Mama kenapa nangis?"

"Mama gak kenapa- kenapa, Sayang. Mama hanya merasa badan mama sakit. Saking sakitnya jadi Mama nangis."

Najma lalu mengulurkan tangannya, menyeka kedua mata dan pipiku dari air mata.

"Jangan nangis, Ma. Bukannya Mama suka bilang ke Najma kalau sakit itu kafarat dosa. Jadi kita harus sabar. Kalau kita cengeng nanti enggak jadi kafaratnya. Mama lupa, ya."

Aku hanya mengangguk saja, sungguh aku saja lupa pernah berkata seperti itu.

"Iya, maaf. Ternyata Mama kalau sakit tidak sekuat Najma. Sekarang udah, nih, udah gak nangis lagi."

Najma tersenyum. "Najma sayang Mama."

Najma lalu memelukku.

"Mama juga sayang Najma."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Talak Aku, Mas!   My Happy ending

    Ayu bicara seperti itu seraya tersenyum malu-malu. Sebab apa yang ia katakan memang benar adanya. Jika ia hanya mencintai Marvel dan sampai kapan pun akan Terus seperti itu. Sedangkan perasaanya pada Rendy, itu hanyalah sebatas suka karena kebaikannya dan ketulusannya pada Najma serta dirinya. Bukan suka karena perasaan cinta. Apa mungkin dia akan menyia-nyiakan orang sebaik Rendy? Terlebih saat itu posisi Najma membutuhkan sosok seperti Rendy. Rendy dan Marvel tidak jauh berbeda. mereka memiliki sifat lembut pada Najma m mereka pun sama-sama menyayangi Najma . Tidak percaya dengan ucap Ayu, membuat Marvel kembali menanyakan hal tersebut. "Apa? tadi kamu bicara apa?" tanya ulang Marvel. "Aku masih mencintaimu, dari dulu sampai sekarang." ucapan Ayu. satu fakta yang selama ini selalu ia sembunyikan. Ayu langsung menutup wajahnya saking malu. Kenapa bisa ia bilang seperti tadi? Ayu yakin Marvel langsung bertanya-tanya maksud ucapannya. mobil pun sengaja ia tepikan, ia ter

  • Talak Aku, Mas!   Aku Masih Mencintaimu

    Dari sudut berbeda, sebenarnya Marvel pun melihat interaksi antara Ayu dan Rendy. Marvel terus memperhatikan Tanpa berkedip barang sedikitpun. Ia tidak ingin kehilangan pandangan interaksi Ayu dan Rendy. Marvel merasa jika Rendy sangat mencintai Ayu sampai sekarang. Cinta yang begitu tulus dan besar. ia seorang pria pun mampu untuk merasakannya. Sementara untuk Ayu, Marvel bingung arti dari tatapannya itu. Namun yang bisa ia tangkap jika pandangan ayu terlihat seperti seorang wanita yang meminta pada kekasihnya untuk melupakan semua kenangan di antara mereka. Melupakan cinta yang pernah ada dan melupakan apa pun yang berhubungan dengan keduanya. Lalu Marvel berpikir, apakah mungkin Ayu sempat menyukai Rendy? Andai ia tidak bertemu dengan Ayu mungkin selamanya ia tidak akan pernah sembuh. Dan ia tidak akan pernah bisa memiliki Ayu. Melihat ayu yang hendak berlalu, Marvel pun buru-buru pergi sebelum ia melihat dirinya dan ketahuan tengah menguping pembicaraan dengan Rendy. Ma

  • Talak Aku, Mas!   Maaf

    Setelah dua jam lamanya Ayu diintrogasi oleh keluarga Marvel, akhirnya kini ia bisa bebas. Ia senang pada akhirnya keluarga Marvel setuju dengan hubungan dirinya dengan Marvel. meskipun masih ada perasaan tidak rela di hati Maureen. Ayu tahu karena ia bisa melihat sendiri tatapan Maureen penuh ketidaksukaan. Ayu saat ini tengah berada di balkon, ia sedang menikmati kesendiriannya, sebab saat ini Marvel ingin diberi waktu untuk bicara dengan keluarganya saja. "Apa aku boleh di sini?" tiba-tiba suara seseorang yang sangat ia kenali terdengar. Ayu tidak menjawab, ia malah mencengkeram pagar pembatas balkon. entahlah! ia masih merasa takut jika bertemu Rendy. Ia takut dituduh yang tidak-tidak. ia trauma dengan hal seperti itu. "Ayu...." panggil Rendy saat ayu tidak kunjung merespon ucapannya.. "Pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu!" usir ayu tanpa sedikitpun melihat orangnya. Rendy tahu Ayu seperti ini karena dirinya, karena ia tidak percaya sepenuhnya. Andai waktu itu ia pe

  • Talak Aku, Mas!   keluarga Marvel

    Semua berkumpul di ruang tamu seusai acara akad pernikahan sederhana antara Rendi dan Melly. mereka saling pandang sebab dari setiap orang memiliki pertanyaan di benak mereka. Ayu yang bertanya-tanya kenapa bisa Rendy dan melly menikah, sedangkan yang ia tahu hubungan keduanya begitu sangat renggang bagaikan kucing dan tikus yang saling menjelekkan dan saling menghindari satu sama lain. Melly dan Rendy Yang bertanya-tanya kenapa Ayu bisa bersama dengan Marvel. kemudian Davin dan Mauren pun memiliki pertanyaan yang sama ditambah ke mana saja selama ini selama 8 bulan menghilang. Rendy yang sedari tadi terus saja menatap Ayu, sementara Ayu yang merasa ditatap hanya tertunduk dengan meremas jari jemarinya. hal yang tidak ingin Ia hadapi ini harus terjadi, ia harus bertemu dengan Rendy begitu cepat "Marvel bisa kamu jelaskan ke mana selama ini dan kenapa kamu bisa dengan wanita ini," ucap Maureen memecah keheningan dengan nada sedikit sinis ketika mengucapkan kata wanita ini. "Dia

  • Talak Aku, Mas!   Bertemu Kembali

    ayu sudah siap, begitu juga dengan MArvel. sementara najma ia sengaja tidak membawa anak gadisnya itu, ia menitipkan najma pada bu widya, najam lebih anteng jika bersama cicit bu widya. untuk bertemu orang tua Marvel mereka memesan taksi. dikarenakan untuk saat ini marvel tidak memiliki apa-apa. harta bendanya ada di jakarta, sedangkan dompet miliknya yang berisi kartu kredit dan debit hilang saat ia di rampok. sepanjang perjalanan, ayu terus mersa cemas. dalam pikirannya terus terpikirkan bagaimana jika ia bertemu dengan Rendy? apa yang akan dia lakukan? meskipun benar kota cimahi itu luas barang kali orang tua marvel berada di tempat yang jauh dari Rendy. Marvel yang melihat ayu terus gelisah, berusaha untuk menenangkan, memberikan support system. Marvel meraih tangan ayu lalu menggenggamnya dengan sangat erat, "Tenang! jangan khawatir, percayalah kedua orangtuaku sangat bijak, mereka tidak akan membuat kamu merasa canggung." "Tapi,,,," "percayalah sama aku." Ayu mengang

  • Talak Aku, Mas!   Bertemu Orangtuamu

    Kini Rendy dan Melly tengah di interogasi oleh Monica. Wanita berusia 50 tahun itu teramat syok. Ia tidak menyangka anak laki-laki bisa berbuat dibatas kewajaran."Harusnya kamu bilang ke ibu, jika kamu ingin secepatnya menikah. Enggak harus kaya gini," tutur Monica dengan tenang. Ia sudah bisa mengontrol diri. "Tidak Bu! Rendy sama sekali tidak ingin secepatnya menikah. Rendy hanya....""Rendy memaksa, Bu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Terlebih malam itu Rendy mabuk. Ibu tahu sendirikan bagaimana sikap orang yang sedang mabuk? Sekeras apa pun aku menghindar tenagaku kalah kuat. Meskipun aku memang menginginkan Rendy, tapi aku tidak segila itu berani menyerahkan kehormatanku.'' Melly sengaja berkata seperti itu untuk menarik simpati dari Monica hingga Monica mendukung dirinya untuk dinikahi oleh Rendy.Kenyataannya, ia memang tidak bisa menghindari pesona Rendy. Ia terbawa suasana hingga dengan sukarela menyerahkan apa yang selama ini ia jaga."Kau mabuk, Ren?" Tanya Monica, ia tid

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status