Blue House Club
Suara nyaring dari heels milik Adley berhenti tepat di depan sebuah ruangan berpintu coklat tua dengan pencahayaan yang tak terlalu terang. Adley menarik napas panjang dan berusaha mengatur tempo detak jantungnya yang masih berdetak cukup kencang akibat 'shock therapy' yang diberikan Kael dari cara mengemudinya. Perlahan tapi pasti, Adley memeriksa kembali tiap inci penampilannya, mulai dari sepatu, gaun bodycon-nya, hingga tas clutch warna biru sparkling yang dibawanya. Tak lupa pula, lipstik 'ajaib' serta ponsel 'serbaguna' yang selalu bersamanya tiap saat dan dapat digunakan sewaktu-waktu jika terdesak. "Ok, Adley! You can do it! Jangan hilangkan kesempatan ini! A good chance will never come back for twice!" ucapnya pelan sambil meyakinkan diri.
Adley segera mengetuk pintu tersebut. Suara berat bariton seorang pria terdengar dari dalam ruangan itu.
"Masuk!"
Tanpa ragu dan buang waktu, Adley pun segera menginjakkan kakinya ke ruang
Blue House ClubAdley yang telah selesai menandatangani kontrak 'kematian' dengan Cleon, segera bergegas meninggalkan ruangannya dan pergi ke toilet yang berada di dekat mini bar restoran Blue House. Dengan ekspresi kesal dan kemarahan yang dia tahan di wajah cantiknya, Adley langsung membasuh wajahnya dan mengepal dengan kuat jemari tangannya sembari menatap dirinya di depan cermin wastafel toilet dan berkata, "Brengsek! Keparat! Kurang ajar kau, Cleon Juvenal Graciano! Tertawalah ... tertawalah sepuasmu sebelum aku membawamu ke timbangan keadilan dan kucabut nyawamu dengan tanganku sendiri!" Netra Adley mendelik kesal. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah sepatu menuju tempatnya kini berada.Secepat kilat, Adley bersembunyi di salah satu toilet yang ada di ruangan itu. Netranya langsung mengarah ke bawah pintu toilet yang sedikit memberikan celah untuk melihat beberapa pasang kaki yang ada di ruangan itu. Siaga namun tetap tenang! Itulah yang dia lakukan sekara
Blue House Club "Jadi apa maumu?" Cleon mulai tak senang pada Kael. "Teonna Lovandra!" "Maksudmu?" "Aku mau setengah saham tempat ini dan Teonna Lovandra, Kak." Jelas sembari menyilangkan kakinya. Cleon bergeming. "Hahahahhahhhaa, aku hanya bercanda, Kak. Mana mungkin aku akan meminta hal konyol seperti itu." Kael tertawa lepas dan puas melihat Cleon yang terkejut dengan aktingnya barusan. "Kau! Apa maksudmu, Kael? Apa kau hanya ingin bilang, semua ucapanmu tadi hanyalah sandiwara, hah!? Akting?" Cleon langsung menarik kerah kemeja Kael dan mendelikkan irisnya. "Ya! Itu semua hanya aktingku, tapi ...," "Tapi apa lagi, hah!!" Sang banderillero makin mengeratkan cengkeramannya di kemeja Kael. "Akan menjadi kenyataan jika kelakuanmu masih seperti ini!" "Apa kau mengancamku, Kael?" "Aku tak mengancammu, Kak. Hanya memperingatkanmu! Jangan kau anggap remeh semut yang ka
'Pak. Saya memiliki informasi jika sang banderillero akan mengadakan suatu acara di The Sunset Beach Restaurant pukul 7 malam nanti.' Weylyn mengingat betul informasi yang dikatakan oleh salah satu informan miliknya yang diam-diam dia tempatkan di Blue House Club tanpa sepengetahuan Ignacio dan juga Adley. "Ternyata kau mahir minum juga, ya Adley Britta Calla." Pria itu lantas membuka topengnya sembari tersenyum lebar ke arah Adley. "L--Lyn!? Ba--bagaimana--bagaimana kau bisa ada di sini?" Adley membelalakkan matanya dan masih terkejut. "Apa kau terkejut, Adley?" Lyn masih tak bisa menghentikan tawanya. "Brengsek kau! Kau hampir membuatku mati karena ulah konyolmu!" dengus Adley memukul bahu Lyn kencang. "Hahaha, bukankah ini pekerjaan kita? Giving shock to our enemies," jelas Lyn menyambar gelas berisi wine di depannya. "Tapi bukan seperti ini! Ini namanya bunuh diri!" Adley masih terlihat kesal. "Bunuh d
BRAK!! Hantaman pintu yang kencang membuat pria yang tengah bersama Adley di sebuah hotel sangat terkejut dan segera menghentikan 'permainannya'. "Bajingan kau! Apa yang sedang kau lakukan!?" suara seorang pria dengan bariton yang kencang terdengar ke seluruh kamar mereka berada. "Kau!?" Sang pria itu membelalakkan iris biru langitnya ketika tahu siapa yang sedang berdiri di depannya. "Papa!" sambungnya. Pria setengah baya itu kemudian berjalan menghampiri ranjang panas mereka. Iris hitam pekat miliknya melihat pria muda yang tak lain adalah Cleon, sang putra yang telah telanjang setengah badan serta sang wanita, Adley yang masih berada dalam pengaruh aphrodisiac. Dengan wajah arogan dan dingin, pria setengah baya yang tak lain adalah Delano langsung berujar, "Jika kau ingin tidur dengan 100 wanita, aku akan memberikannya padamu detik ini juga dan silakan kau 'cicipi' mereka! Tapi sekarang, kau bukan lagi seseorang yang memiliki kebebasan seperti dulu
"Lalu apa yang kau inginkan?" bariton Cleon dan delik iris birunya menatap sang papa yang bersikap arogan. "Menikah!" singkat Delano. "Apa? Menikah? Apa aku tak salah dengar?" Delano menghampiri putra bungsunya dan membetulkan dasi kupu-kupu hitam yang melingkar di kerah kemeja satin yang melekat di tuksedo miliknya. "Bukankah kau saat ini sedang terikat dengan salah satu brand pakaian ternama di Italia? Hmmm, apa ya, oh, Bulgati. Bukankah itu namanya?" seringai Delano tampak arogan. Cleon bergeming. Tangannya mengepal dengan kuat di samping tubuhnya. Iris biru langit itu kini benar-benar menjadi iris banderillero yang siap menusuk dengan tanduknya. "Kenapa? Heran, kenapa aku bisa tahu? Jangan lupa Cleon, kau adalah anakku! Walau bagaimanapun juga, darah lebih kental daripada air dan buah tak akan jauh jatuhnya dari sang induk." Delano menyeringai dengan arogan. Cleon mengepalkan tangannya kuat dan kencang, menahan segala ketegangan da
Sunset Beach RestaurantNetra Kael segera bergegas menuju Madeilane yang tampak sedang bersitegang dengan seorang laki-laki bertopeng. Dengan sopan dan ramah, Kael berusaha membujuk laki-laki itu agar mau menerima Madeilane sebagai lady escort-nya di acara tersebut. Namun, yang terjadi sungguh di luar dugaan. Dengan tegas pria itu menolak mentah-mentah Madeilane, sang lady escort kesayangan Blue House sembari berkata, "Aku mau Teonna Lovandra!"Tentu saja, ucapan pria bertopeng ini mengejutkan Kael dan Madeilane yang memang belum pernah berjumpa dengan Teonna namun sangat penasaran."A--apa Tuan? Maaf, tapi Nona Teonna Lovandra sedang tak ada di tempat. Lagipula, bagaimana Anda tahu jika ada salah satu pegawai kami bernama Teonna Lovandr?" Kael sedikit curiga namun juga penasaran."Memangnya jika aku tahu, apa aku akan dihukum atau dilaporkan polisi?" tanya pria bertopeng itu dengan seringai di wajahnya."Tidak, Tuan. Maksud saya bukan begitu, tapi
"Semua sesuai rencana. Tinggal jalankan misi." Seorang pria dengan tuksedo hitamnya terlihat tengah mengamati Delano dan kedua putranya. Senyum seringai terutas di wajahnya yang ditumbuhi jenggot tipis dibawah dagunya. Tak lama kemudian, pria ber-tuksedo hitam itu segera meninggalkan Sunset Beach Restaurant dan menghampiri sebuah Bentley warna hitam yang terparkir di restoran itu. "Tuan, semua sudah siap." Lelaki itu menemui pria yang sedang bersama seorang wanita tengah bercumbu mesra. "Hnnn, bagus! Tinggal kita eksekusi saja. Tak sabar aku ingin melihat bagaimana akhir dari klan Graciano." Seringainya. "Tapi, bagaimana dengan sang kakak? Sepertinya dia bukan orang yang mudah ditaklukkan. Seorang androgini, akan lebih sulit untuk ditebak perilakumya. Lagipula, kudengar dialah pemilik dari Blue House Restaurant, tidak ... tapi lebih tepatnya rumah lotus?" ucap wanita yang ada di dalam mobil itu tersenyum. "Kau bisa menanganinya?" pria it
Adley melangkahkan kakinya keluar markas interpol dan mencari tempat aman untuk mengganti identitasnya. Tak lama kemudian, dia telah berubah menjadi sosok orang lain dan pekerjaan yang 'menantang' telah menanti di depan matanya. Dengan rambut merah gelap kecoklatan miliknya yang dikuncir ekor kuda, heels 7 cm warna hitam, baju off shoulder warna pastel yang dipadu padan rok warna putih berenda selutut membuat penampilannya terkesan elegan namun seksi. Kacamata hitam keluaran brand ternama terpampang menutupi sebagian matanya. Kini, Adley telah siap untuk menuju 'kantor' barunya. Drtzz ... drrtzz ... Suara getar ponsel Adley membuatnya mengalihkan sedikit perhatian netranya saat akan menyalakan mesin mobil miliknya. "Ini ..." netranya menatap nomor telepon tiada bernama. "Halo," [Teonna, ini Aaron.] "Oh, Tuan Aaron. Apa kabar?" [Lekas segera temui Tuan Cleon! Beliau menunggumu di hotel Eldrich, sekarang!] Beep ....