Sambil mendekap tubuh Retno seerat yang ia bisa, Rio berbisik di telinga pacarnya itu.
"Yang, aku berangkat dulu, ya?"
Retno menganggukkan kepalanya yang membuat Rio tersenyum.
"Baik-baik di Jogja. Nanti kita ketemu di Bali dua bulan lagi buat foto prewedding."
Mendengar kata Bali dan prewedding, Retno cukup terkejut. Retno masih diam sambil memikirkan semua ini kala Rio mengurai pelukannya dan mengecup keningnya sekilas.
"Prewedding? Bali?"
Rio tersenyum dan ia menganggukkan kepalanya. Kini Rio mengangkat tangan kanannya untuk menyelipkan beberapa untaian rambut Retno di b
Dua hari berada di pulau Bali, Rio dan Retno kini harus berpisah di bandara Ngurah Rai. Meskipun sebenarnya Rio merasa masih kurang memiliki waktu bersama dengan Retno, ia tak bisa berbuat banyak. Besok pagi ia juga sudah harus bekerja kembali. Sedangkan Retno juga masih harus menyelesaikan semua pekerjaannya menjelang waktu dirinya untuk dipingit oleh Hartono dan Yuni. Sambil menunggu jadwal keberangkatan pesawat mereka, Rio memilih duduk bersebalahan dengan Retno."Yang?" panggil Rio pelan yang membuat Retno menoleh ke arah Rio."Ya?""Kamu serius mau dipingit sama Mama dan Papa selama seminggu sebelum acara pernikahan kita dilangsungkan?"Retno tersenyum dan ia menganggukkan kepalanya. Sungguh, sebenarnya ia cuku
Rio mengedarkan pandangannya kala ia pertama kali memasuki rumah Wulan. Ia tidak menyangka jika rumah Wulan memiliki konsep resort seperti ini. Banyak tumbuhan di halaman rumahnya yang tertata dengan baik dan rapi. Tidak hanya itu saja, saat ia dan Retno masuk lebih dalam ke rumah ini hingga sampai di halaman samping rumah, ada air terjun buatan yang membuat Rio cukup nyaman di sini."Kalo punya rumah kaya gini, bakalan betah di rumah. Suasananya nyatu sama alam."Retno tersenyum. Tidak hanya Rio, dirinya saja juga sangat menyukai konsep rumah Wulan. Sampai-sampai Retno ingin membuat rumah dengan konsep seperti ini."Aku juga suka, tapi lahannya terbatas banget.""Kita besok bikin rumah di pedesaan aja ya, Yang?"
Hari-hari yang Retno lalui cukup menyenangkan. Terlebih sejak ia dan Rio bertunangan. Mereka berdua masih sering berkomunikasi melalui sambungan telepon dan video call. Meskipun mereka terpisahkan jarak Jogja-Jakarta namun nyatanya itu tidak membuat mereka bisa saling memperhatikan kebutuhan "batin" pasangannya. Setidaknya selama dua bulan ini, setiap seminggu satu kali, Rio selalu meminta video call sex dengan Retno.Retno tidak keberatan dengan apa yang Rio minta ini, toh ia juga membutuhkan pelepasan. Setelah beberapa Minggu melakukan aktivitas ini, akhirnya mereka akan bertemu hari ini di Bali. Sejak pagi hari, Retno sudah bersiap-siap untuk menuju ke bandara. Tidak mau membuat keponakannya harus menyetir hingga ke Kulon Progo, akhirnya Retno memilih untuk meminta Mikha mengantarnya ke stasiun tugu.Puku
Sambil mendekap tubuh Retno seerat yang ia bisa, Rio berbisik di telinga pacarnya itu."Yang, aku berangkat dulu, ya?"Retno menganggukkan kepalanya yang membuat Rio tersenyum."Baik-baik di Jogja. Nanti kita ketemu di Bali dua bulan lagi buat foto prewedding."Mendengar kata Bali dan prewedding, Retno cukup terkejut. Retno masih diam sambil memikirkan semua ini kala Rio mengurai pelukannya dan mengecup keningnya sekilas."Prewedding? Bali?"Rio tersenyum dan ia menganggukkan kepalanya. Kini Rio mengangkat tangan kanannya untuk menyelipkan beberapa untaian rambut Retno di b
Retno melirik Rio yang sedang duduk di balik kemudi mobil dengan tatapan kesal. Tentu saja Retno kesal karena Rio terlalu santai saat ia mengajaknya untuk segera keluar dari kamar mandi tadi. Bisa-bisanya Rio mengajaknya bermain dua ronde di dalam kamar mandi. Sedangkan waktu keberangkatan kereta Rio kini tersisa dua puluh menit lagi."Kamu itu kalo aku kasih tahu suka ngeyel. Ini Manda sudah telepon kamu terus-terusan. Aku sampai enggak berani angkat," ucap Retno sambil melihat layar handphone Rio yang ada di tangannya."Yang penting kamu suka, Yang. Aku senang lho kita enak-enak melebihi target dan kamu bisa pipis enak berkali-kali. Lagipula ini sangat terbukti kalo kondisi kaki kamu tidak membuat kita kehilangan kenikmatan saat bercinta.""Kamu itu yang dipikirkan itu
Rio mengabaikan kata-kata Retno. Ia yakin dirinya tidak akan ketinggalan kereta. Terlebih Jogja tidak semacet Jakarta. Jarak hotelnya dengan stasiun Tugu Yogyakarta juga tidak terlalu jauh.Tidak ingin membuang-buang waktu lagi, Rio segera menarik mundur kepalanya dari yang awalnya ia gunakan untuk mengecup tengkuk hingga leher Retno. Saat ia sudah berdiri dengan tegak, Rio langsung membopong Retno untuk menuju ke arah ranjang tempat tidur berukuran king ini. Pelan-pelan Rio menaruh Retno di tengah ranjang dan ia melipat kalo Retno pelan-pelan."Ri, kenapa buru-buru banget? Kita belum pemanasan?""Enggak akan sempat, Yang. Aku foreplay kamu aja. Kaya gitu aja dedek aku sudah ikutan bangun."Setelah