Share

Bab 8

Auteur: Amih Lilis
last update Dernière mise à jour: 2021-06-01 23:58:03

“Papa nggak ada!”

“Masa, sih, Bel? Itu mobilnya masih ada kok?”

“Bella bilang nggak ada, ya gak ada! Udah tante pergi sana!”

“Ih, Bella. Kok nggak sopan, sih? Gini-gini Tante calon Mama kamu, loh. Belajar hormat sama Tante, Sayang!”

“Ogah! Bella nggak mau punya Mama kaya Tante.”

“Eh, Bella. Kok ngomongnya gitu? Tante bisa loh jadi Mama yang baik buat kamu. Plus ngasih kamu adik-adik yang lucu, terus— arghhh ... Bella! Kok Tante disiram, sih? Jadinya basah baju Tante nih?”

“Biarin! Biar Tante bangun terus nggak kebanyakan mimpi!”

“Tapi—”

“Pergi nggak, Tante! Kalau gak Bella siram lagi nih!”

“E..eh i..iya-iya deh. Tante pergi sekarang. Tapi salamin sama Papa kamu ya, bilang kalau— arghhh ... Bella!”

“Pergi!”

Aku pun langsung ngakak so hard, saat melihat Mbak Ida lari tunggang langgang karena takut disiram si Bella.

Anak itu benar-benar galak sekali jika melihat Mbak Ida mendekati rumahnya. Soalnya, sudah bisa ditebak maksud dan tujuannya, yaitu ingin menggoda Pak Dika yang katanya suami masa depannya.

Ah, ya. Mungkin kalian belum kenal Mbak Ida yang aku maksud tadi. Baiklah, mari kita kenalan dulu dengannya sebentar.

Jadi, Mbak Ida itu adalah janda kembang di sini. Serius deh! Dia memang janda kembang panggilannya. Namun, bukan karena dia janda cantik, bahenol dan seksi seperti yang kalian bayangkan. Melainkan memang Janda yang jualan kembang dan suka sekali memakai kembang di salah satu kupingnya.

Kata dia, sih, biar mirip Rosalinda Ayamor. Sampai sekarang itu, herannya aku masih belum menemukan kemiripannya sama sekali dengan bintang telenovela yang berjaya pada masanya.

Malah, Mamaku sering meledek saat Mbak Ida lewat depan rumah. Kata Mama, “Mana ada Rosalinda suaranya kaya kucing kejepit gitu? Itu, sih, Bukan Rosalinda Ayamor, tapi si Ida aya-aya wae!”

Maklum ye, emak-emak emang udah nalurinya julid kalau lihat yang kayak begituan. Sebenarnya, bukan cuma mamaku yang seringi julidin Mbak Ida, tapi juga ibu-ibu yang lainnya. Semua itu karena Mbak Ida ini suka sekali godain Bapak-Bapak yang lagi nongkrong di pos hansip.

Nanti kalau dilabrak salah satu emak-emak, Mbak Ida akan menjawabnya dengan jumawa, “Namanya juga orang cantik. Pasti banyak yang sirik.”

Kan emang ngajakin ribut banget tuh Janda satu. Cuma ya ... itu dulu, karena sejak ada Pak Dika tinggal di sini, Mbak Ida pun sudah menargetkan si duda itu sebagai suami masa depannya.

Hanya saja, tau sendiri ‘kan bagaimana si Bella. Nuakalanya naudzubillah, plus galak juga kalau sudah berhadapan dengan Mbak Ida. Aku, sih, udah biasa dengan pertengkaran seperti itu setiap hari.

“Diem deh, Tante! Nanti Bella siram juga, nih!” Bella sewot saat melihat aku masih ngakak menikmati kekesalannya pada Mbak Ida.

Dia mengarahkan selang yang biasa dipakai neneknya untuk menyiram tanaman ke arahku, tapi hari ini disalah gunakan untuk menyiram Mbak Ida oleh bocah kutil itu.

Aku, sih, nggak takut. Lah wong aku di balkon atas, Bella di halaman sebelah. Mana sampai airnya padaku, ye kan?

“Cie ... yang baru ditengokin calon mama baru. Berbunga-bunga pasti itu hatinya,” godaku sengaja membuatnya semakin meradang. Kapan lagi bisa bikin nih gagang kunci satu kesel.

“Amit-amit! Sampai kapan pun Bella nggak sudi!” balasnya menggebu-gebu dengan wajah yang di sangar-sangarin.

Padahal aslinya, malah jadi kelihatan gemes. Asli deh! Nih bocah sebenarnya cantik kayak boneka, tapi kelakuannya itu bikin nilai minus buat dia. Nakalnya udah kebangetan! Dia juga galak sebenarnya. Saking galaknya, rumah Pak Dika nggak butuh security atau pun hewan penjaga. Taruh saja si Bella di depan rumah. Dijamin bakal aman sentosa. Ya ‘kan dia itu kalau nyalak, lebih dari hewan mana pun.

Nggak percaya? Coba aja deketin bapaknya. Dia pasti bakal ngamuk kayak beruang lepas dari kandangnya.

Mungkin cuma sama aku doang dia nggak galak. Soalnya dia tau pasti, aku memang nggak pernah godain bapaknya.

“Jangan gitu , Bell! Kalau ternyata Mbak Ida beneran jodoh Papamu. Bisa apa kamu?” Aku mencoba menasehatinya. Sekaligus membuatnya semakin meradang.

“Bisa minta sama Tuhan. Biar jodohnya di ganti yang lain aja,” jawabnya asal, membuat aku tergelak renyah.

Dasar bocah! Dikata jodoh apaan bisa minta tuker? Loakan!

“Ngawur kamu! Yang namanya jodoh mana bisa ditawar? Emang kangkung Mang Mamat, bisa nenekmu tawar jadi seiket 500 perak?” balasku menyebutkan tukang sayur yang biasa mangkal di depan rumah kami.

“Buat Tante emang nggak bisa. Tapi kalau buat Bella, pasti bisa. Bella ‘kan anak baik. Jadi pasti doanya didengar Tuhan. Memang Tante suka dzolim sama Bella. Dosa Tante banyak tuh! Buruan tobat, Tan!”

Emang ya, mulut si Bella nih mancing banget buat diulek. Nggak ngaca dia kelakuannya selama ini?

“Sembarangan kamu! Baik buruknya manusia itu hanya Tuhan yang tau. Emang kamu siapa? Sok-sokan nuduh Tante dzolim?”

“Ratu Isabella dong! Masa Tante nggak kenal? Ke mana aja, sih?”

Sebenarnya, kadang aku curiga loh. Jangan-jangan si Bella itu manusia kerdil yang lagi nyamar jadi anak SD. Soalnya mulutnya itu loh ... lemesnya udah bisa ngalahin lambe-lambean.

“Nggak penting! Lagian, kalau kamu nggak setuju papamu nikah sama Mbak Ida, kamu setujunya sama siapa? Emang kamu nggak pengen punya ibu baru?” tanyaku, mencoba berdamai dengan Bella.

“Tante dong!”

Eh?

“Tante siapa?”

“Tante Intan! Siapa lagi coba? Tante, mau ‘kan jadi Mamaku?”

“Ish ... ngawur kamu! Tante nggak suka sama papamu. Cari yang lain aja!” tolakku mentah-mentah.

“Ih, kenapa? Papa ‘kan ganteng, Tan?”

Ya emang! Cuma masalahnya, bapakmu punya anak kaya kamu, Bell. Bisa bikin siapa aja makan hati dan aku gak mau mati muda.

“Bodo! Pokoknya Tante nggak mau! Cari yang lain aja sana!” Aku tetap bersikukuh menolak tawaran si Bella. Sekalipun sebenarnya tawaran itu menggiurkan banget, tapi ... gimana dong? Aku ‘kan masih mau panjang umur.

Bella pun terlihat kesal dengan jawabanku dan menghentakan kakinya tanda marah.

“Papa…! Kita cari dukun biar bisa pelet Tante Intan yuk?!”

Eh? Maksudnya apa itu? Emang aku ikan lele dikasih pelet!

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (7)
goodnovel comment avatar
軽利川 さゆり
ooh gini cinta ditolak pakenya pelet.. hahahaha
goodnovel comment avatar
Nury
hahahaamn astagaa bocah
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Ya ampun bella ada2 aja
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Extra part 2

    Mahardika POV“Mas, sarapannya udah siap!”“Iya, sebentar.”Sekali lagi, aku pun merapikan tampilanku dan memastikan kalau semuanya sudah terpasang sempurna. Setelah itu, aku langsung bergegas turun memenuhi panggilan istriku tadi.Istriku? Ya! Barusan yang tadi memanggilku memang adalah istriku. Namanya Intan Mulia Mardani. Mahasiswi cantik yang dulu tinggal di samping rumahku.“Bella nggak mau Mama!”“Nggak pakai ya, Bell! Pokoknya kamu harus belajar!”“Tapi Bella nggak suka.”“Ya, belajar sukalah!&rdquo

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Extra part 1

    Bella POV“Bell, dimakan dong, Sayang. Jangan cuma diacak-acak terus. Nanti nasinya nangis loh.”Bodo amat! Nangis juga bukan urusan Bella. Bagus malah. Biar Bella ada temannya.“Bella, Sayang. Kamu kenapa, sih? Masih marah karena kita pindah ke sini atau ada yang menggangu kamu di sekolah barumu?”Semuanya benar! Bella memang masih kesal, karena tiba-tiba harus pindah ke sini, ke lingkungan yang banyak orangnya. Juga, harus sekolah di sekolah baru, yang nggak keren sama sekali.Hanya saja lebih dari itu, Bella kesal karena Papa selalu saja sibuk, bahkan di weekend seperti ini pun

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 51

    Aku membuka mataku dengan tidak ikhlas pagi ini. Seluruh tubuhku rasanya ngilu dan sakit saat digerakkan. Rasanya, aku seperti baru saja menjadi korban tawuran antar kampung. Benar-benar remuk redam.Namun, yang paling terasa ngilu di antara semuanya adalah area pangkal paha. Rasanya seperti ada setrum setiap kali aku bergerak.Ah, tempat itu. Aku ingat. Semalam dia juga sempat mengeluarkan darah, saat Pak Dika pertama kali menerobosnya.Ya! Akhirnya, setelah sekian purnama dan ribuan halangan yang membentang, Pak Dika pun akhirnya berhasil buka puasa semalam, bahkan sampai nambah berkali-kali.Lebay ya aku? Emang! Hanya saja aku serius ini. Memang setelah menikah, kami tak bisa langsung menikmati malam pertama.Ada aja halan

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 50

    Sebenarnya, mataku masih sangat perih untuk dibuka. Namun, kecupan bertubi di pipi dan leherku sangat mengganggu sekali. Membuatku mau tak mau terbangun, dan mulai mengerjapkan mata demi mengumpulkan kesadaranku.Ck, sialan! Siapa, sih, yang gangguin aku tidur? Nggak tahu apa, kalau badan aku capek banget, abis jadi ratu seharian tadi.Aku butuh tidur!CupCupCupCiuman itu semakin membuatku merinding, karena kini sudah sampai pada belahan dadaku.Nggak hanya itu saja, aku bahkan merasakan sebuah rasa dingin mulai merayap naik dari bawah kaos tidurku. Terus naik, naik dan naik hingga ....

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 49

    Bella nih emang rese banget, sumpah!Padahal dia sendiri yang minta adik cepat, tapi dia juga yang berkali-kali menggagalkan proses pembuatannya.Menyebalkan banget ya ‘kan?Lebih dari itu, aku kasihan sama Pak Dika juga. Soalnya, dua kali lho pria itu harus berhenti saat nanggung. Nggak bisa aku bayangkan gimana sakitnya tuh, hihihi .…Rasanya, pasti seperti siap-siap mau bersin. Eh, malah digagalin teman. Jengkelnya sampai ke ubun-ubun.Akan tetapi mau gimana lagi? Kami nggak bisa mengabaikan Bella dan malah asyik sendiri dengan urusan kami ‘kan?Sekarang ini dia anak kami dan tentu nggak boleh mengabaikannya. Untung, Pak Dika lumayan paham akan hal itu dan si

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 48

    “Njir! Akhirnya bisa rebahan juga!” seruku girang. Sambil melemparkan diri ke atas tempat tidur sembarangan.“Tan? Language, please!” tegur Pak Dika, yang baru saja menutup pintu di kamar kami.Ah, iya. Aku lupa kalau sekarang lagi sama dia. Akhirnya aku pun melirik ke arahnya, dan langsung nyengir konyol sambil bangkit untuk duduk kembali.“Maaf, Mas. Refleks,” cicitku kemudian.Kukira, dia awalnya akan mengomel dan menceramahiku seperti biasanya. Namun, yang terjadi dia hanya m

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status