Home / Romansa / Tawanan Cinta Sang Penguasa / Bab 85. Memantik kecemburuan

Share

Bab 85. Memantik kecemburuan

Author: Strrose
last update Last Updated: 2025-05-24 17:00:07

“Dia priaku”

Renata mengepalkan jemarinya, kukunya hampir mencakar telapak tangannya sendiri. Wajahnya memucat—bukan karena takut, tapi karena harga dirinya diinjak dengan cara paling halus dan mematikan.

Hiriety tidak berteriak. Tidak mengancam. Tidak bersumpah.

Namun setiap kata yang keluar dari bibirnya terasa seperti belati yang menari di kulit, meninggalkan luka yang tidak bisa dilihat, tapi sangat terasa.

Marco diam. Bukan karena setuju dengan Renata, bukan pula karena tak mampu bicara—tapi karena saat ini, Hiriety mengambil alih. Dan, untuk kesekian kalinya, pria itu membiarkan dirinya dikendalikan, bukan karena lemah, tapi karena percaya. Takluk.

Hiriety sungguh mengaklukannya.

Renata mengangkat dagunya sedikit, mencoba mengumpulkan sisa-sisa martabatnya. “Kau pikir kau bisa bertahan di sampingnya, Marco? Kau pikir dia akan selalu menginginkanmu? Dia hanya memanfaatkanmu!!”

Hiriety hanya ter

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 85. Memantik kecemburuan

    “Dia priaku”Renata mengepalkan jemarinya, kukunya hampir mencakar telapak tangannya sendiri. Wajahnya memucat—bukan karena takut, tapi karena harga dirinya diinjak dengan cara paling halus dan mematikan.Hiriety tidak berteriak. Tidak mengancam. Tidak bersumpah.Namun setiap kata yang keluar dari bibirnya terasa seperti belati yang menari di kulit, meninggalkan luka yang tidak bisa dilihat, tapi sangat terasa.Marco diam. Bukan karena setuju dengan Renata, bukan pula karena tak mampu bicara—tapi karena saat ini, Hiriety mengambil alih. Dan, untuk kesekian kalinya, pria itu membiarkan dirinya dikendalikan, bukan karena lemah, tapi karena percaya. Takluk.Hiriety sungguh mengaklukannya.Renata mengangkat dagunya sedikit, mencoba mengumpulkan sisa-sisa martabatnya. “Kau pikir kau bisa bertahan di sampingnya, Marco? Kau pikir dia akan selalu menginginkanmu? Dia hanya memanfaatkanmu!!”Hiriety hanya ter

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 84. Come for you

    Langit sore Washington terasa lebih tajam dari biasanya, dengan angin dingin yang menyelinap hingga ke tulang. Tapi Hiriety Berdine Walton tidak merasa gentar sedikit pun saat melangkah masuk ke gedung utama ValleyTech—perusahaan milik pria yang terus-menerus mengacaukan pikirannya dan membuatnya terbang dari Milan ke Washington pagi-pagi buta.Ia mengenakan mantel panjang berwarna gelap, sepatu hak tinggi, dan kacamata hitam yang tak hanya menambah kesan dingin, tapi juga menjaga wajahnya tetap tak terbaca. Setiap langkahnya di lantai marmer gedung itu memancarkan aura kuasa—dan tidak ada yang berani menghentikannya.Sampai ia tiba di meja resepsionis.“Ada yang bisa saya bantu Nona?” tanya resepsionis dengan senyum profesional.Hiriety melepas kacamatanya, menatap lurus ke mata wanita itu. “Di mana ruang kerja Marco Valley?”Wanita di belakang meja itu menelan ludah. Sekilas, ia sempat ragu, namun nama keluarga

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 83. Kuasa diatas segalanya

    “Sekarang aku mengerti kenapa Denzel meninggalkanmu”Tangan Hiriety mengepal erat, begitu kuat hingga buku-bukunya memutih. Sekilas, sorot matanya bergetar—bukan karena takut, tapi karena luka lama yang dibuka paksa.“Dan setelahnya Marco Valley juga akan melakukan hal yang sama. Biar kutebak alurnya, dia akan menidurimu hingga kau hamil dan membuangmu. Sama seperti yang Denzel lakukan padamu“BUGH!!Tinju Hiriety mendarat telak di pipi Laurent, membuat pria itu tersentak mundur dan hampir kehilangan keseimbangan. Suara benturan tulang dan kulit memecah keheningan seperti palu godam menumbuk kaca mahal—keras, brutal, dan tak elegan sedikit pun.Laurent memegang rahangnya yang memerah, mata lebarnya menatap Hiriety—bukan karena terkejut dipukul, tapi karena baru sadar bahwa ia telah menyeberangi batas yang tak seharusnya disentuh.Hiriety berdiri dengan napas teratur, tangan yang masih mengepal gemeta

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 82. Pengganggu

    Marco mendengarkan pesan suara dari Richard dengan ekspresi yang sulit dibaca. Suara Richard terdengar cepat, tergesa dan kesal saat ia menjelaskan bagaimana Hiriety Walton memainkan permainan lelang dengan cara yang sangat licik, menaikkan tawaran dengan taktik yang halus dan penuh strategi.Dengan senyuman tipis yang hampir tak tampak, Marco mendengarkan pesan suara dari sepupunya itu. Ia tidak terkejut. Baginya, sikap licik Hiriety adalah bagian dari pesona dan kekuatan yang dimilikinya.“Kalian memang pasangan gila. Kau membeli chip seharga 11 juta euro darinya dan akan kau kembalikan di tubuhnya, bukankah kau yang merugi Marco?”Itu pesan suara terakhir sebelum Marco menekan tombol untuk mengakhiri pesan tersebut. Tanpa membuang waktu, Marco mulai mengetik pesan kepada Richard. “Kembali ke Washington, berikan chip itu padaku."Pesan itu dikirim dengan cepat, dan Marco melemparkan ponselnya ke meja. Pikirannya kembali melayang pada H

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 81. Shocked!!

    Hiriety menenteng keluar tas berisi jutaan euro hasil pelelangan dengan santainya. Ia keluar dari pintu khusus seorang pria yang ditugaskan oleh papanya.“Sudah selesai Nona?” pria dengan badge logo WALTON itu bertanyaHiriety mengangguk “kau bawa tas itu saja, aku pulang sendiri”Pria itu tampak ragu sejenak, namun disiplin Walton mengharuskannya patuh. “Baik nona” Ia menerima tas hitam berat berisi uang—lalu mengangguk hormat sebelum kembali ke kendaraan yang diparkir tak jauh dari gerbang belakang.Setelah memastikan mobil itu melaju dengan aman. Hiriety mengadahkan kepalanya di bawah langit Milan yang mulai gelap sepenuhnya. Gaun hitamnya tertiup angin lembut, dan topeng sudah dilepas, diselipkan ke dalam clutch kecil yang ia bawa sendiri. Bibirnya melengkung tipis—senyum puas, namun tak sepenuhnya ceria.“Hiriety Walton”Suara itu datang dari arah bayangan—dalam dan berat

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 80. Pelelangan

    Langit Milan menjelang senja tampak seperti lukisan yang gagal—warna jingga bercampur abu, suram tapi indah dengan caranya sendiri. Mobil hitam dengan harga fantastis itu bergerak pelan di jalanan berbatu menuju palazzo tua dekat Navigli.Arsitektur Renaissance yang mulai dimakan waktu berdiri kokoh, dihiasi cahaya temaram lampu gantung kristal dan siluet para undangan yang mulai memadati halaman utama.Di dalam mobil, Hiriety memasang anting terakhirnya. Gaun hitam malam ini tidak menonjol—bahkan nyaris terlalu sederhana untuk selera Walton—tapi potongannya tajam, lekuknya pas, dan punggungnya terbuka penuh. Detail renda halus mengitari kerah tinggi lehernya, memberikan kesan klasik sekaligus misterius.Yang paling mencolok darinya malam itu adalah topeng hitam separuh wajah, dihiasi manik halus dan sulaman benang perak yang membingkai mata abu abunya.Topeng pesta. Tradisi tua dalam pelelangan bawah tanah. Menyembunyikan identita

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 79. Play with fire

    Mata abu Hiriety terbuka. Cahaya samar dari lampu meja menciptakan bayangan lembut di langit-langit kamar. Dia mengerjap, lalu melirik jam di atas nakas: pukul tiga pagi. Tapi Marco sudah berdiri di depan cermin, mengenakan setelan kemeja gelap. Raut wajahnya tenang, tapi matanya memancarkan gelisah yang tak bisa disembunyikan.Ditatapnya Marco, lama, dalam diam.“Kau pergi sepagi ini?” gumam Hiriety akhirnya. Suaranya serak karena masih setengah terjagaMarco menoleh perlahan “Pesawatku jam empat” jawabnya pelan. “Aku tidak ingin membangunkanmu.”“Oh.. artinya kau mau pergi tanpa pamit?” balas Hiriety pendek, duduk dan menarik selimut menutupi tubuhnya.Marco menghampirinya, ia berlutut di sisi ranjang, diusapnya kepala Hiriety “Mau menahanku?” Dia bertanyaHiriety tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Matanya yang masih berat menatap sosok Marco di depannya. Pijar lampu tidur

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 78. Kencan sesungguhnya

    Hari itu, langit Milan menggantung mendung tipis. Tapi langkah Marco dan Hiriety justru ringan—atau setidaknya, penuh arti.Mobil yang dikemudikan Marco tidak menuju kawasan eksklusif Brera, bukan pula ke butik-butik mewah di Via Montenapoleone. Marco membawa mobilnya keluar kota, melintasi jalanan sempit yang mengarah ke pinggiran industri tua di selatan Milan, di mana cat tembok sudah mengelupas dan toko-toko kecil berdiri rapuh di antara gudang-gudang tua.Hiriety bersandar di kursi penumpang, mengenakan hoodie kebesaran dan kacamata hitam, tangannya memegang sebatang rokok elektrik yang sesekali ia hirup dengan malas.“Kau benar-benar membawaku ke tempat paling jelek.”Marco melirik ke arahnya dengan senyum tipis. “Kau bilang ingin lihat aku jalan di lumpur.”“Dan sekarang?” tanya Hiriety, menoleh padanya. “Kau merasa lebih rendah dari biasanya?”Marco menginjak rem pelan dan memarkir

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 77. Kuras hartaku sayang

    Hiriety menatap langit kamarnya, senyum tipis terukir dibibirnya begitu mengingat aktifitas mereka tadi malam“Ada enaknya juga berperan sebagai submissive” Gumamnya pelanHiriety beralih menatap Marco yang tertidur disebalahnya. Napas pria itu teratur, wajahnya tenang, berbeda jauh dari tatapan tajam dan penuh dominasi yang ia tunjukkan sebelumnyaHarus Hiriety akui jika dominasi Marco adalah yang terbaik diantara semua laki-laki yang bersamanya bahkan melebihi Denzel“Padahal kau yang paling minim pengalaman” gumamnyaHiriety menjangkau tangannya, menelusuri garis rahang Marco dengan lembut. Jari-jarinya berhenti sejenak di atas bibir Marco, mengingat sentuhan panas dan juga kasar dari ciuman mereka tadi malam. Ia tersenyum kecil, menikmati rasa puas yang memenuhi dirinya. Ia tahu bahwa ia telah menguasai permainan ini, bahwa ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan.“Kau benar-benar terjebak padaku Marco Val

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status