“Kau hanya perlu melakukan apa yang aku perintahkan.” Pria itu mengamati wajah kuyu milik Rose. “Jadilah istriku dan lahirkan keturunan untukku.”
Mulut Rose terbuka lebar. Masih tak percaya dengan ucapan pria itu. Dilihat dari mana pun, Rose dan Robin seperti kerak bumi dan langit tertinggi.
“Apa Anda sedang bergurau?”
Rose tak menganggap dirinya buruk rupa. Hanya saja, penampilannya selalu terlihat lusuh dan kumal selama dikurung di gedung milik bos besar, yang digunakan sebagai tempat transaksi perdagangan manusia.
“Apa aku terlihat sedang bercanda?”
Rose sontak menggeleng. Meski tampan, ekspresi dingin Robin tak mencerminkan pria yang suka bergurau.
“Tuan Robin Luciano!” seruan Saul dari jauh sedikit mengikis ketegangan yang Rose rasakan.
Pria berbadan besar dan terlihat berisi itu menunduk hormat secara singkat kepada Robin. Rose langsung takjub dibuatnya.
Bos besar yang tak pernah menekuk wajah di hadapan orang lain, dan saat ini … tampak seperti pelayan di depan Robin. Namun, hal tersebut justru membuat Rose menjadi resah.
Rose pernah mendengar akan ada seorang pengusaha besar yang akan datang. Pengusaha kaya raya itu sedang membuka kelab malam terbesar di negaranya dan akan membeli beberapa gadis untuk dipekerjakan di sana.
Dan … apakah pengusaha yang dimaksud adalah pria yang ada di hadapannya ini?
Bagaimana jika Robin benar-benar akan mengeluarkan Rose dari pulau terkutuk itu, lalu malah menjadikannya sebagai pelacur di kelab malam alih-alih menjadikan istri? Karena tak mungkin seorang Robin Luciano sudi menikah dengannya!
“Saya tidak menyangka akan bertatap muka dengan pengusaha besar seperti Anda secara langsung!” Saul tampak antusias ketika mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
Namun, Robin hanya menatap tangan Saul dan tak mau menyambut dengan jabatan tangan. Senyuman Saul pun memudar saat menarik tangannya kembali.
“Silakan masuk dulu, Tuan,” ajak Saul dengan canggung.
“Tidak perlu.” Robin mengedikkan dagu ke arah Rose. “Aku akan membawa perempuan ini bersama dengan perempuan lain yang sudah kupesan sebelumnya.”
Saul sontak melotot. Apakah dirinya sedang bermimpi?
Robin Luciano, pengusaha terkaya dari negara yang berdekatan dengan Pulau Solterra, menginginkan Rose, pelayan pribadinya?
“Tuan, ada banyak gadis lain yang lebih berkualitas di dalam. Jika Anda ingin memesan wanita lain, silakan masuk dan melihat-lihat lebih dulu ….”
“Aku menginginkan perempuan ini!” tegas Robin.
Mendadak, sikap Saul berubah drastis. Dia menegakkan badan dengan gaya menantang, lalu menarik tangan Rose dengan kasar hingga berdiri ke belakang punggungnya.
“Dengan segala hormat, saya tidak bisa menjual perempuan ini kepada Anda!”
Rose terkejut bukan main. Dia diam-diam merasa kecewa. Mungkin, Robin tak akan dapat menolongnya keluar dari pulau itu. Padahal, dia berniat menerima tawaran Robin setelah berpikir singkat.
Saul tak pernah puas dengan semua pekerjaan Rose. Setiap gerak-geriknya selalu membuat Saul mengumpat dan marah.
Tak jarang Rose dipukul saat melakukan kesalahan. Bahkan, saat Rose diam saja, Saul juga memukul dirinya untuk meluapkan kemarahan.
Nama Rose pun sampai disamakan dengan anjing betina Saul yang selalu menggigit orang-orang yang mencoba mendekati tuannya. Nasib Rose di tempat itu, tak lebih baik dari anjing peliharaan Saul.
“Saul Martinez, aku masih berbaik hati padamu. Jangan membuatku marah,” ancam Robin sambil menatap tajam bos besar.
“Kau pikir sedang di mana? Pulau ini wilayahku! Sekaya dan seterkenal apa pun dirimu, kau bukan siapa-siapa di sini! Justru aku yang masih berbaik hati dengan bersikap sopan sejak melihatmu!”
Kesopanan Saul menghilang. Rose sedikit menduganya.
Saul mungkin hanya berbaik hati karena bertemu dengan pelanggan besar. Namun, tabiat asli Saul langsung muncul begitu dirinya tak menyukai atau keberatan akan sesuatu.
KLANG!
Suara besi saling beradu keras menyadarkan Rose.
Anak buah Saul yang sebagian memegang senjata api dan sisanya membawa tongkat besi bermunculan dari segala sisi. Mengepung Robin dan selusin pengawalnya.
Anehnya, Robin justru tersenyum. Dan Rose sempat melihatnya!
Senyuman yang memesona, tapi terlihat misterius dan sekaligus membuat Rose bergidik.
“Aku memberimu peringatan terakhir, Saul. Jual perempuan itu padaku atau aku akan membatalkan kerja sama kita!”
Rose menelan ludah susah payah. Dia merasakan tangan Saul mencengkeram pergelangan tangannya semakin erat.
Mengapa hanya dirinya yang dianggap Saul tak berharga itu, sampai menimbulkan kekacauan besar?
Rose berpikir, bahwa pria malang itu tidak mungkin bisa keluar dari pulau dengan nyawa yang masih utuh, karena sudah berurusan dengan bos besar.
“Kau benar-benar meremehkanku, Tuan!” Tak ada tanda-tanda ketakutan dari wajah Saul.
Akan tetapi, kepercayaan diri Saul menghilang di saat suara baling-baling helikopter terdengar.
Bukan hanya ada satu helikopter terlihat di atas mereka. Selusin– tidak, puluhan helikopter terbang menutup langit Pulau Solterra!
Rose sampai menganggap pemandangan itu hanya mimpi semata. Namun, suara tembakan peringatan yang tepat mengenai depan sepatu Saul dari arah helikopter, menyadarkan Rose bahwa situasi saat ini merupakan realita.
“Apa yang akan kau lakukan?!” bentak Saul.
Saul pun tak pernah menduga jika Robin akan membawa banyak anak buah hanya untuk mengepung dirinya. Saul mulai waspada.
Seorang pria yang sejak tadi berdiri di sebelah Robin mendekati Saul. Antonio Russo, tangan kanan Robin, berkata pada Saul, “Jaga sikapmu! Tuan Robin adalah calon penerus Tuan Dante Luciano!”
Mendengar nama Dante Luciano, wajah Saul mendadak pucat pasi. Di saat yang sama, Saul akhirnya tahu alasan orang-orang selalu mengatakan bahwa semua keinginan Robin Luciano pasti akan terwujud.
Saul menganggap remeh lawannya. Karena merasa Robin hanya pengusaha yang mengandalkan nama besar keluarga.
“Berapa aku harus membayar wanita itu?”
Rahang Saul berdenyut-denyut ketika menggertakkan gigi. Dia tampak berpikir keras sebelum menyepakati.
“Lima ratus miliar.”
Mulut Rose sontak ternganga. Jumlah yang diajukan Saul atas dirinya, berkali-kali lipat dibanding para gadis muda dengan kelas tertinggi.
Para gadis kelas tinggi itu harus masih suci, memiliki paras cantik, tinggi semampai bak model, dapat melakukan apa pun yang diperintahkan, dan memiliki bakat atau keunggulan yang berbeda-beda.
Jelas sekali jika Saul hanya ingin mempertahankan Rose di sisinya. Tak ada orang gila yang mau membayar lima ratus miliar untuk perempuan seperti dirinya.
Sayang, pikiran Rose salah …. Rupanya, orang gila itu benar-benar ada!
“Berikan uang sesuai permintaannya!” Robin memberi perintah kepada Antonio tanpa sedikit pun keraguan.
Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei
“Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban
“Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny
Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”
“Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t
“Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J
Dante tak punya niat lagi untuk membesarkan seorang Luciano yang bisa membangkitkan kerajaan mafianya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya yang akan segera berakhir.“Yang penting, istri dan anakmu sehat. Kuharap, Poppy dapat melahirkan cicitku tanpa masalah,” ucap Dante tulus selagi menahan sakit di jantungnya.Sebelum mengunjungi Dante, Robin ingin membicarakan banyak hal. Termasuk menunjukkan bahwa dia telah mengubah Pulau Luciano seperti keinginannya selama ini. Robin selalu ingin menyalahkan keputusan kakeknya. Namun sekarang, dengan keadaan Dante yang seperti itu, ucapannya hanya terkunci dalam hati.“Bagaimana keadaan Stefan?” Meskipun begitu, Dante masih belum bisa menerima sosok Sienna. Sejak dulu hingga saat ini, Dante merasa jika keluarganya berantakan karena wanita itu.“Papa sudah semakin sehat dengan hadirnya mama.”“Baguslah.” Tapi, Dante tak menunjukkan kebenciannya pada Sienna secara gamblang. Dia khawatir Robin tak mau menjenguknya lagi.“Rafael juga menemukan bakat b
“Maaf, Tuan.” Antonio lupa pada kecemburuan Robin yang semakin bertambah kuat selama istrinya mengandung. Bahkan, Robin pernah menugaskan tiga pengawal untuk ikut membangun proyek di Pulau Luciano hanya karena tersenyum menyapa Poppy dalam jarak dekat.Beruntung, penggunaan senjata sekarang diawasi ketat oleh Rafael supaya tak terjadi kekacauan yang tidak perlu. Kalau tidak, Robin mungkin akan menembak semua orang yang dipikirnya mencoba merayu Poppy.“Jangan keterlaluan, Antonio! Cepat cari pendamping daripada merayu istri orang lain!” Robin berdecak sebal selagi menuntun istrinya.“Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya.”Mereka pun segera melaju ke rumah tahanan wanita.Awalnya, Carita menolak bertemu. Namun, Robin menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Carita tanpa sepengetahuan Poppy.Dibalik kaca pembatas, Poppy akhirnya bisa menatap wajah ibu tirinya dari dekat. Carita terlihat kurus dan lusuh. Matanya tampak sayu, tak bisa menatap lurus ke arah anak tirinya.“Bagaimana kabarmu?”
Robin mewujudkan harapan Poppy sesuai ucapannya. Setiap hari selama berbulan-bulan, dia selalu memanjakan istrinya itu.Dengan kasih sayang yang Poppy dapatkan dari keluarga barunya, traumanya menghilang sepenuhnya. Dan kini, dia siap menemui ibu tirinya yang mendekam di balik jeruji besi.“Apa kau yakin akan menemuinya? Tidak bisakah menunggu setelah kau melahirkan?” Robin mengusap perut buncit istrinya yang duduk di pangkuannya. Wajahnya sesekali mengernyit ketika Poppy bergerak.Berat … namun, Robin tak mengeluh sedikitpun.“Aku yakin. Seminggu lagi aku akan melahirkan. Aku ingin dia mengetahuinya. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang membesarkanku selama ini.” Kebencian Poppy pada Carita berangsur menghilang, meski dia belum bisa memaafkan sepenuhnya. “Aku akan mendampingimu, sekaligus menjenguk kakek.”Dante Luciano dirawat di rumah sakit kepolisian. Sebulan lalu, Dante mengalami gagal ginjal parah, juga komplikasi penyakit lainnya.Robin juga baru tahu jika Dante ternyata