“Dia sudah membaik?”
Raanana menganggukkan kepala pada pria yang duduk di kursi berseberangan meja dengannya itu. “Perawat itu melakukan pekerjaannya dengan baik,” katanya.
Tuan Johansson atau Nick, ayah Aaron diam untuk sesaat. Matanya mengamati ruangan yang ada di balik jendela Raanana. Sejujurnya, pikirannya tertuju bukan pada ruangan itu apalagi putranya, melainkan wanita yang dipanggil Raanana dengan sebutan perawat itu.
Nick tidak bermaksud untuk berburuk sangka. Hanya saja, semua orang di kastil mulai sering membicarakan tentang perawat khusus tuan muda yang berparas cantik.
Dua hari ini cuaca sedikit mendung. Akibatnya hawa dingin menyergap semua orang, tidak terkecuali pasien Aurora. Oleh karenanya sebelum keluar ke taman, Aurora selalu menyiapkan pakaian hangat untuk pria itu. Ya, meskipun itu sekedar ‘sweater’ . Ini adalah minggu pertama di bulan kedua Aurora bekerja. Aaron berharap bahwa kondisinya semakin membaik sehingga mempermudah pekerjaan wanita itu. Jadi, dia sama sekali tidak membantah apa kata Aurora. Dan jika boleh jujur, dia justru menyukai perhatian perawat itu, terutama saat Aurora memakaikan ‘sweater’ untuknya. Kenapa dia harus menatapku dengan tatapan seperti itu tanya Aurora dalam hati setiap kali matanya bersinggungan dengan m
“Ceritakan soal diri kamu!” Aurora tersenyum kecil. Bibir itu melengkung dengan indah batin Aaron seraya memangku dagu dengan tangan yang dia sandarkan ke badan kursi yang dia dan Aurora duduki. Kursi itu terletak di luar jendela kamarnya, membelakangi taman air mancur yang memisahkan ruangannya dengan Raanana. Sampai saat ini Aaron masih selalu menepis rasa yang selalu menggetarkan hatinya, namun hati yang terus bergetar tidak bisa dia sembunyikan dari dirinya sendiri. Aku dan dia hanya berteman?
“Saatnya sarapan!” ajak Aurora. Aaron sudah selesai mandi. Seperti biasa, dalam sebulan terakhir ini, Aurora sudah menyiapkan jadwalnya. Namun, entah mengapa dia masih ingin duduk di ranjangnya. Seperti yang semua orang sadari, akhir-akhir ini Aaron semakin terlihat normal dan memperhatikan penampilannya. Entah itu memang perkembangannya atau bagian dari sandiwara untuk kesembuhannya, yang jelas Aurora merasa pasiennya itu terlihat amat manis pagi ini. “Ada apa?” tanya Aurora kemudian seraya mendekat.&n
“Apa?” kejut Gael. Io mengangguk mantap. Perlahan Gael menarik napas, sedikit kesal. Ini bukan sebab cemburu atau perasaan yang sejenisnya, dia hanya tidak percaya bahwa gerakan pamannya begitu tidak terduga. Sudah dua bulan ini Aaron menunjukkan kemajuan yang baik dalam kestabilannya. Raanana sendiri yang memberi tahu itu pada Gael. Meskipun semua orang yang terkait dengan kondisi Aaron masih terus siaga, namun siapa yang tidak mendengar tentang si ahli waris tunggal yang akhir-akhir ini berjuang sekuat tenaga berusaha mengenali dunia nyata. Aaron mengeksplor semua tempat yang ada dalam jangk
Cuih! Seseorang mendaratkan ludah di sepatu Aurora. “Dasar pelacur!” umpat orang itu kemudian. Sedangkan dua lainnya tertawa lalu ketiga pelayan khusus tuan muda itu berlalu dengan kemenangan. Aurora menggigit bibir dan sekuat tenaga menahan perih hatinya. Ini bukan kali pertama tentu saja dan sesungguhnya perlakuan para pelayan lain bahkan ada yang lebih kejam, seperti membakar pakaian Aurora yang sedang dijemur misalnya serta masih banyak lagi. Namun, Aurora selalu mengatakan pada dirinya sendir
“Apa pengertian seorang pria buat kamu?” tanya Aaron.“Apa?”“Apa dia harus kuat dan mampu melindungi kamu?” tanya Aaron lagi. Kali ini tatapan matanya lebih tajam dari sebelumnya.Aurora tercengang pada sikap pasiennya itu. Mulai dari tiba-tiba ingin naik ke puncak menara hingga pertanyaannya, seolah mengarah pada sesuatu.Tentu saja ada sesuatu. Aaron memang merencanakannya sejak pagi tadi tentang apa yang harus dia katakan untuk memulai pembicaraan dan di mana tempat yang tepat untuk melakukannya. Dan puncak menara ini menjadi pilihannya.Di tempat yang ditata sedemikian rupa menyerupai benteng ini Aaron ingin memperjelasnya. Sebuah perasaan yang dia rasa akibat pemandangan yang malam tadi dilihatnya secara tidak sengaja. Hari telah larut dan Aaron mendengar Aurora melangkah keluar dari kamarnya. Kemudian Aaron mengikutinya dan menemukan kejadian tidak terduga, wanita itu dan saudara sepupunya berpelukan di da
“Sembunyilah di sini!” Aaron menggeleng. “Nggak bisa. Kalian dalam bahaya!” katanya. Namun, sepertinya keempat temannya itu tidak mendengarkan. Athena, usianya setahun lebih tua dari Aaron. Gadis itu berbisik pada semuanya, “Orang itu ada di balik lemari!” Kale, adik Athena, menutup mulutnya diikuti oleh Jade. Alex yang paling tua mulai melaksanakan rencana mereka. Dalam pikira
“Astaga!” lirih Raanana. “Dia meminta untuk memberhentikan semua perawat jaga?” ulangnya seraya memegangi kepala. Baron tidak menjawab. Dia sendiri juga masih belum percaya. Sudah lima belas tahun dia bekerja, namun baru kali ini dia melihat keajaiban benar-benar terjadi pada tuan mudanya. “Aku berusaha menyembunyikan kesembuhannya dengan mengulur waktu, tapi anak itu sendiri yang membuka kedoknya,” gerutu Raanana. Baron terperanjat, “Maksud Dokter, Tuan Muda benar-benar sembuh?”