“Apa? Dokter Maureen sendiri yang bilang?” tanya Salma dengan tidak percaya.
Aurora menengok juga pada seorang perawat UGD yang cukup baik padanya sejak hari pertama dirinya masuk kerja itu. Sedangkan Dokter Maureen adalah dokter senior, namun merangkap sebagai kepala rumah sakit alias dialah yang memiliki rumah sakit besar di mana Aurora mengabdikan diri saat ini. Dia juga yang beberapa waktu lalu berbincang dengan Alice. Dari gerak-geriknya waktu itu sepertinya Alice sangat akrab dengan Dokter Maureen.
“Iya,” sahut seorang perawat lain. “Aku juga melihat postingannya di Instagram.”
&nbs
Dalam hidup, terutama di tahun-tahun kesuksesannya, hampir tidak ada yang menyangkal bakat sukses yang dimiliki seorang Alice. Ditambah lagi dia adalah putri tunggal seorang Surya Praja Pangestu. Orang-orang selalu berkata bahwa Alice merupakan jelmaan bidadari surga yang memiliki segalanya yang diinginkan seorang wanita. Banjir pujian, awalnya tidak membuat Alice berbangga diri terlalu berlebihan. Dia hanya sebatas menghargainya tanpa menenggelamkan diri dalam pujian yang jika terlalu dipikirkannya maka akan menggoyahkan bahkan bisa menjatuhkan semua yang kini ada dalam genggamannya. Namun, malam ini, dia tidak mampu lagi menguasainya ketika semua mata tertuju padanya. Dia yang mengenakan gaun bernua
Berdansa, Aurora pernah mempraktikkan itu. Sayang sekali, itu sudah lama. Namun, siapa sangka malam ini dia harus menggunakan ‘skill’ yang terkubur dalam itu dengan sebaik-baiknya. Untung saja Aaron memandunya. Jika tidak maka habislah dia! “Kamu cantik malam ini,” bisik Aaron di sela-sela gerakan gemulai mereka yang lama-kelamaan terlihat semakin romantis saja. Ini bukan pujian pertama Aaron pada Aurora. Tadi saat keluar dari salon, Aaron sudah memujinya dan bahkan selama ini pun putra Tuan Johansson itu selalu menyelipkan hal-hal semacam itu di setiap rayuan atau apapunlah namanya. Aurora tahu pria itu tidak berbohong, tentang pujiannya bahkan juga perasaannya. Namun, orang-o
“Selamat pagi, Aaron!” sapa Alice. Aaron baru selesai bersiap untuk pergi bersama Baron ke perusahaan utama sesuai jadwal yang Tuan Johansson berikan seminggu sebelumnya ketika tiba-tiba putri Surya Praja Pangestu itu muncul. “Tunggu aku di mobil!” perintah Aaron pada Baron. Semenjak Aaron tahu bahwa selama ini Baronlah yang menjadi orang kepercayaan ayahnya di bangunan kastil yang Aaron tinggali secara khusus, diam-diam Aaron melobinya. Dia ingin menjadikan pria yang usianya hampir kepala empat itu agen ganda. Baron mengangguk.&nbs
“Aku memiliki segalanya yang dimiliki Aurora bahkan lebih!” kata Alice. “Tapi, kenapa kamu lebih memilih dia?” Aaron menghentikan langkahnya. “Apa yang Aurora miliki, tapi aku nggak punya?” Sejujurnya Aaron tidak pernah berniat bicara terlalu banyak malam ini. Dia hanya ingin memperjelas penolakannya saja lalu pergi. Namun, sikap wanita bergaun merah jambu itu memaksanya. “Dia memiliki hatiku.”&
Setelah video viralnya di jagad maya, Aurora menjadi semakin dikenal di rumah sakit ini. Dokter Jupiter dan Adrian bahkan terlihat hormat sekali padanya sekarang, tentu saja ini ada kaitannya dengan status kepemilikan rumah sakit yang kini berpindah tangan. Beberapa perawat yang dulu sempat menjadikan Aurora anak baru dengan kata-kata ‘bully’ yang cukup menyakitkan jika dirasakan, kini pun berangsur mendekatkan diri dengan alasan serupa. Jujur, imbasnya memang cukup baik sejauh ini, biarpun di belakang Aurora mereka tetap menggunjing kedekatannya dengan Aaron diam-diam. Namun, baik, itu masih bukan masalah besar. Atau setidaknya tidak lebih besar dari imbas buruk yang diterima seorang Alice.&nbs
“Kita nonton film aja!” seru Tita dengan antusias. “Film apa yang tepat buat manusia-manusia jomblo kyak kita berdua? Nggak ada, Tita!” sahut Kaira asyik memainkan rambut keritingnya. Aurora cekikikan. Dari semua huru-hara dunianya, hanya dua sahabatnya itu yang mampu meredakan. Ya, biarpun sesaat. “Ya, udah! Makan aja klo gitu!” ajak Tita putus asa sebab semua idenya ditolak. “Tteokbokki!” seru Kaira. 
Agni berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti api. Orang tua istri Candra Akarsana berharap bahwa di masa depan anaknya itu memiliki semangat seperti itu, seperti api. Iya, tentu saja Agni memilikinya, namun ada kalanya semangat itu padam suatu ketika. Pagi itu Agni sedang menyiram tanaman-tanaman bunga yang baru beberapa hari lalu dibelinya untuk melengkapi koleksi tanaman di taman yang kini selesai direnovasi. Bunga-bunga itu mekar berseri, namun sayangnya sama sekali tidak menularkan keceriaan untuknya. “Ma?” Tiba-tiba, sebuah suara mengagetkan Agni hingga hampir menjatuhkan cerat yang s
“Ayo, kita akhiri hubungan ini!” “Apa?” kejut Aaron. “Hubungan kita cukup sampai di sini!” “Nggak bisa!” tolak Aaron. Aurora memejamkan mata. Dalam pejam itu dia mengingat kembali semua kejadian yang menyebabkannya harus memberanikan diri untuk mengucapkan kalimat menyakitkan itu hari ini. Malam sedang beranjak saat Aurora sampai di sebuah restoran mewah pinggir kot