Share

Bab 28

Author: SILAN
last update Last Updated: 2025-05-17 21:37:06

Tubuh Hazel masih bergetar hebat, seperti daun yang baru saja diterpa badai. Kulitnya yang pucat bersinar oleh lapisan keringat tipis, memantulkan cahaya temaram dari lampu kamar. Nafasnya tersengal-sengal, sedangkan sorot matanya penuh kebencian, ia membenci Xavier setelah apa yang pria itu lakukan padanya.

Namun disisi lain, Hazel sadar kalau percuma saja jika ia melaporkan tindakan Xavier pada pihak kepolisian, pria ini sangat licin dan pintar memanipulasi keadaan untuk membuatnya bebas dari hukuman.

"Masih tidak mau mengakui bahwa kau menginginkanku?" suaranya rendah, tapi seperti pisau yang menancap sementara tangannya mencengkram rahang Hazel.

Tak ada jawaban, Hazel memilih mengatupkan bibirnya rapat. Tiba-tiba saja, Xavier menarik sesuatu dari antara paha Hazel, membuatnya terengah. Untuk sepersekian detik, kelopak matanya terpejam, tubuhnya bereaksi meski pikiran menolak. Ia merasa aneh karena melakukan hal seperti ini pada orang yang ingin ia hancurkan.

'Betapa hina yang dia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 32

    Hazel berbaring tak berdaya di lantai, tubuhnya masih bergetar hebat. Kaki-kakinya yang mulus basah oleh cairan hasratnya sendiri, gemetar setiap kali vibrator di dalamnya berdenyut lebih kuat."Apa lagi yang kau tunggu, cepat lanjutkan."Suara Xavier menggema seperti petir di ruangan yang pengap ini. Hazel mencoba bangkit, tapi kakinya seperti terbuat dari kapas.Ah—!Bibir bawahnya terkoyak oleh giginya sendiri saat getaran baru menyapu tubuhnya. Dia terjatuh kembali, telapak tangannya menempel dingin di lantai marmer.Xavier bersandar di kursinya, mata gelapnya menyapu setiap gemetar tubuh Hazel. "Bagaimana? Kau mengaku kalah?""Kau curang!" Hazel mendesis, suaranya serak oleh desahan yang tertahan.Tawa rendah Xavier mengisi ruangan. "Justru ini adalah permainan yang menyenangkan," ujarnya sambil memainkan remote di tangannya. "Melihatmu mengerang setiap kali vibrator itu bergetar di dalam dirimu. Bukankah itu yang kau suka?"Tangan Hazel mengepal sampai kuku-kukunya meninggalkan b

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 31

    Hazel menggenggam erat bahu Xavier, bukan karena sayang, tapi karena tubuhnya masih gemetar akibat orgasme yang baru saja dipaksakan pria itu. Udara dalam gedung tua itu terasa pengap, bercampur antara bau seks dan parfum mahal Xavier. Keringat dingin mengalir di punggung Hazel sementara nafasnya masih tersengal-sengal.Xavier tidak menurunkan Hazel, usai melakukan tindakannya barusan, ia memperbaiki pakaiannya dan dengan santai menggendong Hazel seperti boneka, tangan besarnya mencengkeram erat pinggul Hazel yang masih merah bekas cengkeramannya. Hazel merasakan setiap langkah Xavier bergetar melalui tubuhnya sendiri, betapa mudahnya pria ini mengangkatnya seolah dia tak berbobot."Aw-!" Hazel mengerang kesakitan ketika punggungnya menyentuh kursi kulit dingin mobil mewah itu. Xavier masuk di sebelahnya, segera menutup partisi pemisah dengan sopir. Suara mesin yang halus hampir tak terdengar di balik kaca tebal.Jari-jari Xavier yang dingin tiba-tiba menyentuh paha Hazel yang masih se

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 30

    Pagi menyapa, hal yang pertama kali Hazel rasakan adalah nyeri pada bagian pinggulnya. Ia menoleh ke samping, tak ada siapapun. Langit juga sudah mulai cerah, ia lantas beranjak duduk sambil meringis memegangi pinggangnya.Hazel menyandarkan punggung ke kepala tempat tidur, matanya menyapu kekacauan di sekelilingnya, sprei yang tergulung tidak karuan, bantal yang terlempar ke lantai, dan... bau Xavier yang masih menempel di udara.Selain kamar yang tampak berantakan, Hazel tidak melihat keberadaan Xavier. Pria itu seakan menjadikannya sebagai wanita yang tidak ada harga dirinya, ia menyugar rambut ke belakang sambil menghembuskan nafas panjang."Sangat kacau, semalam sungguh memalukan." Dengan gemetar, kakinya menyentuh lantai dingin. "Aah—!" Lututnya nyaris menyerah saat melangkah.Hazel mencengkram pinggiran tempat tidur, mendengus singkat saat merasakan kakinya sedikit kesulitan saat melangkah.Ia lantas berendam di bathtub berisi air hangat, tubuhnya terasa jauh lebih baik dengan a

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 29

    Area dewasa, mohon bijak. Penulis tak mau bertanggung jawab! :P__Hazel mencengkram kuat sprei disampingnya, tubuhnya terangkat seiring gelombang panas itu datang menggetarkan sekujur tubuhnya. Dan sialnya, benda itu masih terus bergetar karena Xavier tak membiarkannya untuk melepaskan.Perlahan, tubuh besar pria itu menghampiri Hazel. Setiap gerakannya bagaikan ancaman, tangan besar Xavier menyentuh kakinya, membukanya dengan kasar hanya untuk memamerkan seringainya pada Hazel."Tidak adil, kau membuatku klimaks dua kali sementara kau belum sekalipun." desis Hazel, setidaknya ia sedang berusaha menutupi kegelisahannya bahwa pria itu akan melakukannya malam ini."Dunia memang tak pernah adil, sayang," Xavier memotong, jari telunjuknya menelusuri garis rahang Hazel yang berkeringat. "Tapi malam ini, aku yang menulis aturannya."Ketika Hazel mengulurkan tangan untuk melawan, Xavier menangkapnya dengan mudah. Punggung tangan Hazel ditekan ke bibirnya, ciuman itu terasa seperti sengatan,

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 28

    Tubuh Hazel masih bergetar hebat, seperti daun yang baru saja diterpa badai. Kulitnya yang pucat bersinar oleh lapisan keringat tipis, memantulkan cahaya temaram dari lampu kamar. Nafasnya tersengal-sengal, sedangkan sorot matanya penuh kebencian, ia membenci Xavier setelah apa yang pria itu lakukan padanya.Namun disisi lain, Hazel sadar kalau percuma saja jika ia melaporkan tindakan Xavier pada pihak kepolisian, pria ini sangat licin dan pintar memanipulasi keadaan untuk membuatnya bebas dari hukuman."Masih tidak mau mengakui bahwa kau menginginkanku?" suaranya rendah, tapi seperti pisau yang menancap sementara tangannya mencengkram rahang Hazel.Tak ada jawaban, Hazel memilih mengatupkan bibirnya rapat. Tiba-tiba saja, Xavier menarik sesuatu dari antara paha Hazel, membuatnya terengah. Untuk sepersekian detik, kelopak matanya terpejam, tubuhnya bereaksi meski pikiran menolak. Ia merasa aneh karena melakukan hal seperti ini pada orang yang ingin ia hancurkan.'Betapa hina yang dia

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 27

    Suasana menjadi tegang, tubuh Hazel membeku merasakan ujung senjata kini berbalik ke arahnya. Jika Xavier menarik pelatuknya, ia yakin saat ini juga ia pasti akan bertemu dengan malaikat maut. Namun, tak akan semudah itu. Hazel sangat yakin kalau Xavier tak akan membunuhnya, jika pria ini ingin melakukan hal itu, sudah pasti Xavier lakukan sejak awal. "Kenapa? Kau ingin membunuhku juga?" tantang Hazel, suaranya tak bergetar sedikitpun, dan itu yang membuat Xavier suka. Ujung senjata itu semakin Xavier tekan ke kening Hazel, tapi Hazel sama sekali tidak memejamkan mata hanya karena takut. Xavier menyeringai, "Jika aku membunuhmu sekarang, itu terlalu cepat mengantarmu pada kematian." bisiknya, sebelum melemparkan senjata itu ke lantai dengan gerakan cuek. Logam berdentang keras di lantai, tapi Hazel tak sekalipun mengalihkan pandangan. Ia menahan debaran dadanya yang berdetak cepat, tidak ingin memberitahu Xavier kalau ia sempat khawatir pria ini benar-benar akan membunuhnya.

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 26

    Xavier menyandarkan tubuhnya di sofa kulit hitam mewah, matanya tak lepas dari layar televisi lebar yang menampilkan Hazel sedang mengamuk di apartemennya. Perempuan itu berjalan mondar-mandir seperti badai kecil, mulutnya terus mengeluarkan sumpah serapah yang justru membuat bibir Xavier melengkung dalam senyum puas."Dia seperti kucing liar yang baru saja dicabut kukunya," gumamnya sambil menikmati segelas kopi hangat.Hazel melempar bantal ke dinding, lalu mulai memeriksa setiap sudut ruangan dengan gerakan kasar."Kau bajingan penguntit! Aku akan menemukan semua kamera sialanmu ini!"Xavier terkekeh. Ah, Hazel...Tiba-tiba, dering ponsel memecah kesenangannya. Tanpa melihat, ia menyambar telepon dimana suara asistennya langsung terdengar. "Tuan, proyek humanoid sukses besar. Banyak investor yang-""Serahkan semuanya pada Diego," potong Xavier dingin, lalu memutuskan sambungan tanpa penjelasan.Matanya kembali tertuju pada layar. Kini Hazel sedang berdiri di atas kursi, memeriksa la

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 25

    Hazel melihat pantulan bayangannya di cermin, ada bekas memar di bagian tengkuknya dan ia yakin itu pasti ulah Neil sore tadi untuk melumpuhkan kesadarannya. Tapi satu hal yang membuatnya jauh lebih bingung daripada rasa sakit adalah, 'Kenapa saat terbangun, ia justru berada di kamar Xavier?'Dadanya sesak dipenuhi pertanyaan yang tak berjawab. Apa Xavier dan Neil sekarang bermain di pihak yang sama? Tapi Hazel segera menggeleng cepat. Tidak, itu terdengar terlalu gila. Neil dan Xavier sama sekali bukan dua orang yang bisa bersekutu. Mereka seperti dua kutub magnet yang saling tolak-menolak tak pernah akur bahkan hanya dalam percakapan singkat.Wajahnya kembali menghadap cermin. Mata hazelnya menatap lekat bayangan diri sendiri. Penuh curiga, penuh waspada, dan dibalik semua itu… ada ketakutan yang diam-diam muncul."Aku tidak ingat apapun, apa yang sudah aku lewatkan sebenarnya?" pikirannya kini penuh tanda tanya, tidak mungkin Xavier hanya kebetulan menemukannya, kan?Hazel memijat p

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 24

    Hazel terbangun dengan kepala berdenyut-denyut, seperti dipukul palu. Perlahan, ia mengerang kesakitan sambil mencoba menahan rasa pusing yang menggerogoti. Matanya terbuka setengah, pandangannya kabur sebelum akhirnya mulai fokus.Ini bukan kamarnya.Dan yang lebih mengejutkan adalah... ini kamar Xavier."Kenapa aku bisa di sini?" gumamnya serak, suaranya parau seperti teriris pisau. Ia mencoba duduk, tubuhnya terasa berat, seolah ditindih oleh sesuatu yang tak terlihat. Tangannya meraba tengkuknya yang nyeri, bekas tekanan jari-jari Neil masih terasa jelas.Sore itu… Neil menyerangku.Ingatannya samar, tapi satu hal yang pasti, ia pingsan. Dan sekarang, entah bagaimana, ia terbangun di apartemen Xavier.Dengan langkah goyah, Hazel berdiri. Kamar itu sunyi, terlalu sunyi. Tak ada tanda-tanda kehidupan selain dirinya. Pakaiannya masih lengkap, tapi ada sesuatu yang menggelitik nalurinya, sesuatu yang salah.Ia melangkah keluar, matanya menyapu setiap sudut apartemen yang megah itu. Kos

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status