Home / Romansa / Tawanan Pewaris Psikopat / BAB 1. Pandora Box

Share

Tawanan Pewaris Psikopat
Tawanan Pewaris Psikopat
Author: authorsemesta

BAB 1. Pandora Box

Author: authorsemesta
last update Last Updated: 2023-01-09 22:48:02

Meta bersenandung kecil, memasuki rumah kediaman keluarga Scott. Namun, dia mengernyitkan dahi begitu melihat banyaknya tamu yang berkunjung hari ini.

Sontak, Meta mendekati Adam Scott, papanya sendiri. “Ada apa, Pa? Kenapa ramai sekali? Mereka siapa?”

Adam tampak gelisah, tetapi dengan cepat mengatur raut wajahnya. Pria paruh baya itu tersenyum, mengelus rambut putrinya.

“Papa pasti akan melindungi kamu, apa pun yang terjadi, jadi jangan khawatir.”

Selanjutnya Adam Scott memilih untuk menemui para tamunya. Sedikitnya, Meta bisa mendengar pembicaraan mereka. Kotak rahasia, setidaknya itulah yang Meta tangkap beberapa kali dari pembicaraan mereka.

“Non,” ucap seseorang mengejutkan gadis itu.

Meta memberengut, menempatkan jari di bibir, meminta pembantunya itu untuk ikut diam. Sayangnya, sia-sia sudah, semua tatapan kini tertuju pada Meta. Gadis itu terpaksa keluar dari persembunyiannya, duduk di sebelah Adam Scott.

“Dia Meta putriku,” ucap Adam memperkenalkan.

Meta mendongak, memperhatikan raut wajah satu per satu tamunya. Dia bertemu pandang dengan mata hitam pekat tanpa kehangatan. Mata itu begitu pekat, seperti dalam kegelapan yang tidak ada dasar.

“Dia begitu memukau,” ucap pria itu. Suara berat dan sedikit serak itu tanpa izin mengalun di telinga Meta. Gadis itu terkejut kala Adam merangkulnya begitu erat, seolah menjaganya.

Meta menoleh, raut cemas terlihat begitu jelas di wajah yang mulai menua itu. Gadis itu mulai merasa ada yang tidak beres.

“Kotaknya sudah siap, kalian bisa membawanya pergi sekarang,” lontar Adam, lebih ke mengusir dibanding memberitahu. Para tamu berpakaian hitam itu seolah mengerti, mereka tampak lebih puas sekarang.

“Kotak apa, Pa?” tanya Meta, Adam menggeleng, mengulas senyum hangat. Meta menyadari ada rahasia yang coba Adam sembunyikan darinya.

Gadis itu memutuskan untuk berpamitan, dan masuk ke dalam kamar. Dari balkon, dia bisa melihat orang-orang itu masuk ke mobil, dan membawa satu kotak.

“Apa mereka datang hanya untuk kotak itu? Aneh,” gumam Meta.

Rasa penasaran yang tinggi membuat Meta memasuki ruang rahasia. Lebih tepatnya, sebuah jalan menuju taman belakang tanpa harus turun tangga. Semacam jalan di bawah tanah.

Meta bergegas masuk ke bagasi tempat kotak tersebut disimpan. Dia benar-benar penasaran dengan isi kotak tersebut. Dia menyadari ada rahasia yang  Adam sembunyikan, pasti berhubungan dengan ibunya yang baru saja meninggal dunia.

Yup, Yoona Scott, wanita paruh baya itu meninggal dengan cara begitu tragis. Sampai saat ini pelakunya belum ditemukan. Valerie mengambil gunting dengan hati-hati, mencoba membuka kotak tersebut. Tempat yang sempit membuat dia kesulitan bergerak.

“Aaaak!” teriak Meta setelah melihat isi kotak tersebut. Kotak yang seharusnya tidak pernah dia buka. Pandora box, sebutan yang tepat untuk kotak tersebut. Meta menutup mulutnya dengan tangan.

Dia bisa merasakan mobil yang berhenti. Habislah sudah, Meta dalam masalah sekarang. Pintu bagasi dibuka. Pria bermata hitam pekat itu kini menatapnya datar. Pria itu memasukkan kembali sesuatu tersebut ke dalam kotak, menyerahkan kotak tersebut kepada yang lainnya.

“Kamu masuk tanpa permisi, jadi jangan harap bisa keluar dengan mudah, nona manis!”

Meta mendongak, tubuhnya bergetar hebat. Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.

“I..itu organ manusia?” gumamnya terbata-bata.

Kotak pandora, kotak yang menjadi petaka bagi siapa saja yang membukanya. Raut wajah pria itu masih tenang, tidak terpengaruh sama sekali dengan teriakannya.

“Seharusnya kamu tidak perlu mengetahuinya. Usiamu masih terlalu muda, hanya saja mungkin lebih cepat, lebih baik,” sahutnya lagi.

Dia mengangkat tubuh Meta tanpa izin. Gadis itu tentu saja memberontak. Dia bisa dengan mudah menebaknya. Mereka bukan orang biasa, terutama pria yang sedang mengikat tangannya dan menutup matanya dengan kain tersebut.

“Kalian psiko!” teriak Meta, tanpa sadar membangkitkan kemarahan pria bermata  hitam pekat tersebut.

“Dengar baik-baik, sekali lagi berani berteriak padaku, bibirmu akan robek!” bisiknya, membuat bulu kuduk Meta berdiri. Apa-apaan! Seharusnya Meta tidak menuruti rasa penasarannya dan sekarang hanya penyesalan yang tersisa.

“Tidak ada gunanya menyesal, kelinci manis,” ucapnya lagi.

Meta tahu mobil sudah kembali bergerak, membawanya menjauh dari kedamaian. Meta sadar dia sudah masuk ke kandang singa, dan tentu tidak akan mudah untuk keluar dari sana.

Meta merasa tubuhnya dibopong keluar. Sungguh, dia tidak bisa melihat apa pun. Dia juga tidak tahu ke mana dia dibawa. Meta hanya bisa berharap Adam akan menyelamatkannya, sesuai janji pria itu.

Tubuh Meta dihempaskan begitu saja ke atas kasur. Gadis itu berusaha bangkit, hendak berlari keluar, saat penutup matanya dibuka.

Dorr!

Meta terjerembeb ke lantai. Gadis itu meringis saat peluru panas tersebut, menembus pahanya. Dia menangis, menatap darah yang mengalir begitu deras, mewarnai lantai dingin.

Pria itu melangkah mendekat, berjongkok di hadapan Meta. Tangan kekarnya menarik dagu Meta dengan kasar, membuat gadis itu semakin merasa sakit.

“Adam Scott sudah menjadikanmu jaminan, jadi jangan berharap akan bisa keluar dari sini, kelinci manis,” ungkap pria itu lagi.

Meta hancur berkeping-keping. Adam menjadikannya jaminana? Itu artinya, dia tidak memiliki harapan untuk bebas lagi.

Pria itu tersenyum miring, menghapus jejak air mata Meta begitu lembut. Berbeda dari beberapa waktu lalu.

“Jadilah kelinci penurut, dengan begitu kamu tidak akan berakhir seperti isi kotak pandora itu,” sambungnya lagi.

Untuk membalas ucapan pria itu pun Meta tidak lagi mampu. Rasa pedih di kaki, ditambah fakta bahwa Adam telah menjadikannya jaminan membuatnya semakin hancur.

“Aku tidak menyangka, kamu akan datang sendiri padaku. Aku akan memberitahu berita baik ini pada Adam,” ungkapnya.

Mata tajamnya menatap luka akibat pistol di tangannya. Dia tersenyum miring.

“Tuan Edward, sudah waktunya,” ucap salah satu pengawal memberitahu.

Edward, setidaknya itulah nama pria itu. Meta memukul lantai, sampai menyisakan lebam di tangannya. Dia bahkan tidak bisa berdiri sekarang.

Kelinci manis katanya? Edward sepertinya tidak mengenal Meta. Gadis itu tidak akan menyerah begitu saja.

Menangisi keadaan, membuat Meta mulai kelelahan. Luka di pahanya masih mengeluarkan darah, tidak ada niatan untuk menghentikan cairan kental tersebut  terus mengalir. Sebaliknya, Meta justru beraharap akan berakhir detik itu juga. Dia cukup mengerti kalau dia tidak memiliki rumah untuk pulang lagi. Lalu, untuk apa bertahan.

Meski samar, Meta bisa melihat pintu terbuka. Sosok pria bermaata pekat itu sudah kembali. Meta menyeringai pelan.

“Aku tidak akan pernah sudi jadi kelinci manismu, Tuan Edward yang terhormat,” lontar Meta. Gadis itu terbatuk, perlahan mengeluarkan cairan kental. Edward menatap Meta datar.

“Jangan bodoh, nona. Ini adalah pilihanmu. Kamu yang memilih untuk masuk tanpa izin, jadi jangan salahkan aku jika kamu  tidak pernah bisa mengakhirinya,” sahut Edward.

Dia mengangkat tubuh Meta, meletakkannya di atas kasur. Tanpa memberi obat bius, Edward mulai mengeluarkan peluru dari paha gadis itu, lalu menjahit luka tersebut. Meta mengigit bibirnya kuat, untuk berteriak pun dia sudah tidak mampu.

“Dasar psikopat gila! Aku membencimu!” teriak Meta sebelum kesadarannya direnggut paksa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yulie Syaifudin
coba dibaca ulang lg ka, itu ceritanya dari kamar dia keluar,trus turun lewat lorong2 lebih tepatnya jalan menuju taman gitu,trus dia masuk k bagasi mobil yg ada kotaknya tadi.kurang lebih seperti itu ceritanya
goodnovel comment avatar
Nietha
menurut q aga aneh adegan meta keluar kamar, dan buka bagasi terus liat kotaknya... kecuali meta dri luar terus mau msuk rumh nmpk kotak gitu lebih lues kyknya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tawanan Pewaris Psikopat   BAB 134. New Life

    Dua tahun berlalu begitu saja. Dengan sedikit bantuan dari world agency hukumannya bisa selesai lebih cepat. Dia kini bisa menghirup udara dengan bebas. Tangannya terentang, menyambut dunia barunya.Mobil hitam berhenti, membuat senyumnya semakin lebar.“Selamat datang kembali, Edward,” sapa Regano.Tidak ada embel-embel ‘tuan’ lagi, karena sejak hari itu mereka hanyalah saudara yang akan memulai hidup baru. Edward terkekeh, lantas masuk ke dalam mobil, mendahului sang supir.“Bagaimana keadaannya?”Sebulan yang lalu, dia akhirnya mendengar berita terbaiknya. Meta akhirnya bangun setelah tidur cukup lama. Edward sungguh berpikir tidak memiliki kesempatan untuk bersama wanitanya lagi. Namun, harapan itu sedikit memudar kala mengetahui kalau Meta kehilangan cukup banyak kenangannya.“Keadaannya mulai membaik, meski harus menjalani latihan untuk bisa berjalan lagi,” jelas Regano.Selain memori, Meta juga sempat tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya atau disebut lumpuh total. Sebulan t

  • Tawanan Pewaris Psikopat   BAB 133. Cinta yang Sempurna

    Dia terlahir dengan julukan monster, tatapan benci bercampur rasa takut yang sering dijumpainya. Bukan hanya orang-orang, bahkan ibunya tak pernah mau menatapnya sebagai seorang putra. Bertahun-tahun, dia hidup dalam kegelapan. Edward Leonardo, namanya. Si pria berhati dingin dan beku. Tidak ada cinta, bahkan tidak ada rasa sedikit pun. Ditolak oleh orang-orang memaksa kepribadian gelapnya muncul. Asnaf adalah role model yang dia miliki, satu-satunya. Hanya Asnaf-yang sama dengannya- yang mau dekat dengan Edward. Asnaf membesarkannya dengan cara yang salah, hingga Edward tumbuh sesuai keinginan pria psikopat tersebut. Waktu berjalan begitu cepat. Edward yang tanpa perasaan, dinobatkan sebagai leader dalam organisasi besar dunia. Mafia yang akan mengambil organ milik orang lain yang tak mampu memenuhi target. Apa saja, termasuk hidup mereka jadi jaminannya. “Kamu hanya perlu menjalani hukuman penjara selama dua tahun, leader,” ucap Mr. Secret A. Tidak ada pilihan. Masalah sudah mera

  • Tawanan Pewaris Psikopat   BAB 132. Perjuangan Terakhir

    Bagi Dion terlalu mudah mengakhiri rasa sakit hanya dengan membunuh Edward. Bertahun-tahu dia hidup dalam penderitaan setelah kehilangan gadis yang dia sayangi, sementara Edward terus beraksi tanpa takut sedikit pun. Kali ini, dia hanya ingin pria itu merasakan penderitaan yang sama dengannya. Dia ingin Edward merasakan ketakutan yang luar biasa. “Kamu pikir aku akan mudah melakukannya?” Dion terkekeh, menarik Meta agar mengikuti langkahnya. Tidak seorang pun berani melangkah. Meta menangis, menatap Adam yang semakin melemah. Dia sungguh ingin berlari dan memeluk pria tersebut. “Tolong Papa,” gumam Meta sebelum Dion memaksanya masuk ke dalam mobil. Edward menurut, menyuruh anak buahnya untuk segera membawa Adam ke rumah sakit. Dia dan Regano akan mengejar mobil yang Dion bawa. Di dalam mobil Meta hanya terus menangis, bukan karena dirinya dalam bahaya, melainkan karena takut tidak bisa melihat Adam lagi. “Kamu hebat! Aku akui itu. Kamu bisa membuat leader tergila-gila, bahkan tak

  • Tawanan Pewaris Psikopat   BAB 131. Te Amo, Meta

    Kakinya terus melangkah, tanpa keinginan melihat ke belakang. Dia semakin jauh ke dalam kegelapan, ke tengah pepohonan yang semakin menjulang tinggi. Rasa takut kerap muncul. Namun, tekad untuk segera pergi dari tempat itu tak kalah besar. Dia terus melangkah lebar. Sebelah tangannya memegang satu-satunya pistol yang jadi alatnya untuk saat ini.Dor!Dia kembali menembak di salah satu pohon, memberi petunjuk. Dia sadar akan ada seseorang yang mencarinya nanti. Petunjuk itu akan membantunya untuk ditemukan lebih mudah.“Sssh, bertahanlah, Nak. Kita akan segera keluar dari tempat ini,” gumamnya mengelus perutnya yang semakin perih.Sesuatu yang buruk bisa terjadi jika dia terlambat keluar dari tempat itu.“Awss,”Pada akhirnya, Meta kehilangan tenaga untuk terus melangkah. Rasa sakit melanda seluruh tubuhnya, bukan hanya perut. Napasnya mulai tercekat, pelipinya dipenuhi keringat. Tubuhnya lemas, seolah tenaganya terserap habis tanpa sisa.“Ed, tolong,” gumamnya lirih. Dia bersandar di

  • Tawanan Pewaris Psikopat   BAB 130. Rasa yang Tak Seharusnya

    Dari mana semua permasalahan ini bermula? Rasa cinta yang tidak bisa dikendalikan adalah awal semua dimulai. Azura jatuh hati pada pangeran kegelapan. Jika waktu diputar dan Azura tidak pernah menikah dengan Asnaf, mungkin kisah ini gak akan dimulai. Tidak ada Edward atau pewaris gen psikopat dari pria kegelapan tersebut. Satu sisi, jika saja Dion tidak jatuh hati pada gadis kecil itu, pasti tidak akan ada akar pahit, hingga sejauh ini.Rasa yang tak seharusnya hadir, terkadang menjadi sebuah kesalahan, menjadi pemicu akan skenario yang lebih rumit. Akan tetapi, apakah manusia bisa mengatur segalanya? Tentu saja tidak.Sebagai seorang anak, Edward dulunya selalu mengikuti jejak Asnaf, sampai semua semakin memburuk saat Asnaf hampir saja menjadikan Xadira-putrinya sendiri- sebagai korbannya. Edward jelas tidak terima, dan memutuskan untuk mengurung Asnaf selama bertahun-tahun. Pada awalnya, pria itu akan rutin memerintah anak buahnya mengirimkan beberapa ekor kelinci sebagai pemuas has

  • Tawanan Pewaris Psikopat   BAB 129. Misi Penyelamatan

    Meta berusaha menahan diri untuk meneriaki Dion sekarang juga. Rasa bencinya menumpuk begitu mengetahui kalau Dion yang memaksa Xadira melompat dari atas gedung. Perlahan tangannya menyusup ke sela kemeja yang dikenakannya, meraih sesuatu dari dalam sana. “Kamu tidak ingin minum dulu, manis? Bukankah kamu butuh tenaga untuk menghadapi ini semua?” Dion menyodorkan segelas susu. Awalnya Meta curiga, tetapi juga tidak memiliki pilihan lain. Dia menegok cairan kental berwarna putih itu meski sedikit. “Manis sekali,” tangan Dion terulur, membersihkan sisa susu di bibir Meta. Pria itu tersenyum hingga memunculkan lesung pipinya. Dia memperhatikan detail wajah Meta, sangat indah. Pantas saja Edward yang notabenya tidak memiliki hati, bisa luluh pada gadis itu, bahkan sampai membuat Meta mengandung keturunannya. “Seandainya kita bertemu lebih awal, mungkin aku akan jatuh cinta padamu. Sayang sekali, kamu adalah milik dari musuhku sendiri,” lontar pria itu lebih mirip seperti psikopat menge

  • Tawanan Pewaris Psikopat   BAB 128. Kebenaran

    Satu per satu kebenaran terungkap. Edward yang ternyata tidak mewarisi gen dari Asnaf. Banyak hal yang berubah akibat satu kebenaran yang disembunyikan. Azura jelas tidak terima akan kegagalan itu. Saat itu juga, dia mengajukan agar rumah sakit tersebut ditutup, didukung dengan data yang ada. Akan lebih banyak korban jika rumah sakit itu terus beroperasi. “Mulai sekarang, kamu harus hidup normal. Kalau perlu keluar saja dari world agency,” pinta Azura. “Tidak semudah yang Mama pikirkan,” Azura mengangguk paham. Perlahan, dia ingin Edward menjalani hidup selayaknya pemuda pada umumnya. Mungkin, jika Meta mau kembali, hidup putranya itu akan lebih sempurna. “Soal Meta, Mama sungguh minta maaf udah buat kalian takut memiliki anak. Sekarang, Mama justru ingin segera menimang cucu. Melihat keriput yang semakin banyak, rasanya tak sabar dipanggil nenek,” Azura terkekeh, membayangkan dirinya menimang bayi mungil. Dia bisa menebus kesalahan dengan membantu Meta membesarkan cucunya dengan

  • Tawanan Pewaris Psikopat   BAB 127. Akar Pahit

    Saat kesempatan itu datang, Meta hanya ingin memperbaiki apa yang rusak di antara dia dan Edward. Mungkin cara Xadira salah, tetapi dia tetap seorang adik yang ingin saudaranya sembuh. Jika aku tidak bisa, maka setidaknya kamu harus membantu Bang Edward untuk sembuh. Tolong, wujudin mimpi aku, Ta. Meta akhirnya membuka mata. Mimpi itu kembali, mimpi yang sama di mana Xadira muncul dan memintanya untuk kembali. Xadira berkali-kali mengigatkannya untuk berhati-hati dengan Dion. “Sudah bangun, manis?” Meta menoleh, Dion tersenyum miring. Meta memegangi keningnya yang terasa pening, baru sadar ada cairan kental berwarna merah di tangannya. Benar juga, dia sempat kejar-kejaran sebelum kecelakaan itu terjadi. Rasa pusing menyerangnya, tetapi itu tidak seburuk rasa khawatir pada anaknya. Meta memegangi perutnya, bersyukur tidak terjadi hal buruk pada anak itu. “Kamu butuh sesuatu?” tanya Dion bersikap sok manis, hingga membuat Meta ingin muntah di hadapan pria itu. Si perusak yang mengha

  • Tawanan Pewaris Psikopat   BAB 126. Secret Son of SM Group

    Perkembangan baru terlihat hari ini, setelah dua bulan berlalu. Kelopak mata sang leader akhirnya menunjukkan pergerakan, sebelum akhirnya terbuka. Langit-langit putih menyambutnya. Pertama kali selam hidupnya, dia terbaring selama itu di rumah sakit.Pintu ruangan yang terbuka, menarik atensi pria itu. Wajah Azura tampak sembab, kantung matanya menghitam bersama kerutan yang menandakan usia wanita itu yang semakin menua. Sudut bibir Azura terangkat, membentuk lengkungan sabit tipis.“Akhirnya kamu bangun juga, Nak,” gumam Azura penuh haru.Dua bulan dipenuhi rasa takut akan kehilangan. Hanya Edward yang kini dia miliki. Tangan Azura terulur, membantu pria itu untuk duduk, lantas menyodorkan air minum untuknya. Meski tampak enggan, Edward tidak menolak semua bantuan wanita tersebut.“Mama baik-baik aja?”Tangis Azura pecah mendengar pertanyaan putranya. Tak menunda lagi, dia memeluk tubuh putranya dengan lembut. Tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan hati Azura saat ini. Hanya tangi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status