Share

Bab 4

Author: De_anothe
last update Last Updated: 2024-03-06 23:56:06

Pada minggu pagi, seperti biasanya Lyona sedang bermalas-malasan di atas ranjangnya. Ia hanya berguling ke kanan dan ke kiri lalu berhenti dan menatap langit-langit kamarnya. Ia ditinggal sendirian oleh kedua orang tuanya yang sedang berkunjung ke paman Lyona di kota. Juki merupakan kakak kedua dari ayah Lyona yang merantau ke kota setalah lulus sekolah untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar daripada di desa. Ayah Lyona tinggal di sebuah desa yang mayoritas penduduknya adalah petani dan ia merantau ke pesisir untuk menjadi pelaut. Mimpi ayahnya itu bermula ketika ia diajak kakek Lyona berlibur ke pantai dan ia melihat para pelaut yang sedang berlayar dan nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan dengan perahu. Ayah Lyona sangat suka menaiki perahu dan suasana laut. Dalam benaknya, ia merasa sangat luas ketika berlayar di laut. Oleh karena itu, ia pun mendaftarkan dirinya untuk menjadi pelaut namun sayangnya ia tidak lolos tes untuk menjadi seorang pelayaran. Karena ia merupakan orang yang ikhlas dan gigih, akhirnya ia pun tetap menetapkan diri untuk bekerja di pesisir dan akhirnya menjadi nelayan. Hingga sekarang, ia masih menyukai laut. Karenanya walaupun uang yang dihasilkan tidak seberapa dibandingkan gaji pelaut, ia tetap dengan tekun melakukannya dengan hati yang ikhlas.

Lyona membuka ponselnya dan masuk ke situsnya. Ia melihat dengan seksama dan situsnya belum ada yang mendaftar. Lalu ia pun bangkit dan mengambil handuk. Ia mengambil sepasang baju ganti dan bergegas mandi. 15 menit kemudian ia kembali ke kamarnya dengan berlari kecil. Lalu ia membuka laptopnya dan masuk ke situsnya. Ia menunggu dengan sabar para calon anak didiknya. Lama ia menatap, akhirnya ia bosan dan perutnya lapar. Lyona pun keluar kamarnya dan mengambil nasi juga lauk, dimakannya dengan lahap. Lyona jika sudah makan, maka ia tidak akan teralihkan oleh apapun dan akan fokus ke makanannya apalagi jika sudah menu favoritnya. Ia makan dengan lahap dan melahap sesendok dan sesendok lainnya dengan teratur. Makanannya pun telah habis dan ia mengambil segelas penuh air. Ia kembali duduk dan minum air di gelasnya dengan seteguk demi seteguk. Ia menaruh gelasnya di atas meja dan menuju kamarnya, ia melihat laptopnya dan situsnya masih tetap seperti sebelumnya. Ia pun kembali ke meja makan dan membersihkan piring dan gelasnya. Ia membawa peralatan makannya ke wastafel untuk dicuci dan selesai mencuci, ia mengambil lap untuk mengalap meja makan.

Lyona kembali ke kamarnya dan menghela napas panjang. Ia kembali duduk di depan laptopnya dengan hilang semangat. Namun, ketika ia melihat menghidupkan laptopnya, ia melihat ada yang mengirim pesan kepadanya. Mata Lyona menemukan cahayanya kembali dan ia menganga tidak percaya. matanya terbelalak dan ia menutup mulut menganganya dengan tangan. Ia bergetar tidak percaya, ia mencoba menarik napas menenangkan diri dan menghembuskannya. Ia pun membalas klien pertamanya itu. Masih tidak percaya, ia berkali-kali membaca pesan tersebut dan senyumnya semakin melebar.

“Ini beneran? Astaga…..” ucapnya tidak percaya.

Klien pertama yang Lyona terima terasa sangat berharga baginya. Ia pun dengan antusias menunggu klien tersebut menjawab pesannya dan ia akan berusaha untuk seramah mungkin. Ia pun mulai menanyakan nama, jenjang pendidikan, dan mata pelajaran yang kliennya pilih. Selama 2 menit belum ada jawaban. Lalu Lyona berdiri dan mengambil segelas air, ia mendadak merasa gugup menyambut klien pertamanya. Lalu kliennya menjawab, ia bernama Malva dan duduk di bangku SMP. Lyona berpikir bahwa ini sangat pas, mengingat dirinya yang masih SMA dan pastinya sudah paham dengan materi-materi SMP. Lyona kembali membalas dan menanyakan mata pelajaran apa yang akan ia ambil serta waktu lesnya. Malva menjawab bahwa ia ingin semua mata pelajaran, namun spesifik ke matematika dan ia ingin sekitar pukul 19.00. Lyona pun berpikir sejenak. Ia merasa sedikit lupa dengan materi-materi mata pelajaran SMP. Namun ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan berusaha semaksimal mungkin dan akan membantu kliennya hingga ia bisa. Lalu masalah waktu, Lyona masih berpikir cara untuk membagi waktunya dengan mengerjakan tugas-tugasnya. Akhirnya ia mengiyakan keinginan kliennya tersebut, namun ia juga menuliskan bahwa ia tidak bisa setiap hari mengadakan les. Klien tersebut tidak langsung menjawab.

Lyona menatap layar monitor sekitar 5 menit menunggu jawaban, namun belum juga dijwab oleh kliennya. Lalu ia merasa mengantuk dan akhirnya membuka pemutar musik dan memutar musik di ponselnya. Lalu Malva membalas, ia mengiyakan permintaan Lyona tersebut. Senyum Lyona kembali melebar setelah membaca pesan kliennya. Lalu belum sempat membalas, Malva menanyakan berapa biaya untuk lesnya. Lyona pun sadar ia belum memperkirakan biayanya dan ia mengetuk-ketukkan jari-jarinya. Ia pun mencari di G****e berapa biaya les online dan ia mendapatkan pencerahan. Ia pun menawarkan 50 ribu untuk 1 jamnya dan itu sudah mencakup semua mata pelajaran. Lalu Malva menjawab akan menanyakannya dahulu kepada ibunya. Lyona pun bangkit dari tempat duduknya dan membawa laptopnya ke ranjangnya dan ia merebahkan diri di sebelah laptopnya sambil menunggu kliennya.

Hampir tertidur, ia seketika bangun setelah mendengar notifikasi pesannya. Kliennya setuju dan ingin sekitar 1-2 jam setiap les. Lalu Lyona menjawab dengan senang. Lalu Malva bertanya apakah les tersebut bisa offline atau tidak. Lyona pun menjawabnya dan mengatakan untuk saat ini hanya bisa lewat online saja. Walaupun kliennya mengiyakan, namun Lyona tahu bahwa ia pasti sedikit kecewa. Akhirnya ia menawarkan untuk sesekali zoom pada saat-saat tertentu dan akan selalu mendampinginya, dan ketika ia kesulitan Lyona akan mudah untuk mengajari dan memberikan solusi. Lyona pun juga menuliskan bahwa ia akan membantu kliennya tersebut untuk bisa dan paham dalam mata pelajaran yang dirasanya sulit. Malva membalas dengan sangat ramah dan berterima kasih kepada Lyona dan memberikan emoji love. Lyona merasa gemas dengan kliennya ini, dan ia pun membalasnya dengan menggunakan emoji juga. Ia merasa sangat tidak sabar untuk memulainya segera.

Lyona membuka new tab pada G****e-nya dan mencari materi-materi kembali SMP agar ia bisa memberikan sekaligus belajar lagi saat memulai lesnya. Ia menggulirkan halaman barunya dengan melihat-lihat materi apa saja yang sekiranya pas untuk ia bagikan nanti.

“Apa ya kira-kira?” tanyanya pada diri sendiri.

“Udah kelamaan gak SMP jadi lupa,” ucapnya. “Astaga. Gak boleh. Pokoknya aku harus inget dan bisa ngajarin muridku,” tegasnya pada dirinya.

Ia pun menyalin beberapa link yang menurutnya cocok untuk diberikan nanti kepada muridnya. Secara khusus, Lyona ingin menyebut Malva sebagai murid daripada klien. Namun ia akan memanggilnya ‘adik’ saja agar lebih enak dan nyaman. Ia pun membuka link-link tersebut dan mempelajari materi-materi tersebut satu-persatu. Ia tidak ingin mengecewakan sedikit pun kliennya.

“Ini gimana ya dulu?” ia mengetuk-ketukkan jari-jarinya di sebelah touchpad laptopnya untuk mengingat-ingat.

“Harus dicatat dan dipelajari kembali ini.” Lyona pun turun dari ranjangnya.

Ia mengambil notebook miliknya yang masih kosong dan mengambil alat tulis di tasnya. Ia pun kembali ke ranjangnya dan menatap dengan serius monitor yang ada di depannya. Ia mencatat dan menggulir-gulirkan perlahan materi-materi itu. Ia sangat serius hingga rasa kantuknya hilang. Selama beberapa lama, ia tetap seperti itu dan fokusnya teralihkan sewaktu ada notifikasi dari ponselnya. Ia melirik layar ponselnya dan melihat apa notifikasi yang masuk. Notifikasi tersebut berasal dari grup kelasnya dan berisikan informasi-informasi dari sekolah yang dikirim ke grup kelas. Ia mengabaikan dan melanjutkan mecatatnya.

De_anothe

Maaf aku baru bisa update sekarang. Soalnya lagi sibuk banget akhir-akhir ini. Oh ya, terima kasih kepada para readers yang sudah membaca dan selamat membaca bab baru.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 15

    PENGUMUMAN! PENGUMUMAN! Semua murid sekolah diistirahatkan di tempat untuk mendengarkan pengumuman dari sekolah. Sambil menunggu kesiswaan yang akan memberikan pengumuman, murid-murid meregangkan tubuhnya setelah sejam upacara. Begitu pula dengan Lyona dan teman-temannya, mereka juga meregangkan tubuh kakunya. Lalu kembali ke posisi istirahat di tempat. Kesiswaan pun memberi salam pembuka dan menyampaikan pengumuman kepada seluruh siswa. “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.” “Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.” “Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. Saya di sini akan memberikan sedikit pengumuman–“ kesiswaan memberikan rincian pengumuman seputar tata tertib dan juga kebijakan sekolah, “–dan yang terakhir, untuk kelas 11 yang akan melaksanakan study tour diharapkan berkumpul setelah jam pelajaran kedua di aula. Informasi akan disampaikan lebih lanjut. Sekian, saya akhiri, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi W

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 14

    Lyona berangkat ke sekolah dengan perasaan campur aduk. Ia takut dengan kejadian kemarin, ia terus berusaha melupakannya namun gagal. Ia semakin terlarut dan bahkan merasa semakin berdebar. Kinan, manusia yang ingin ia hindari di sekolah malah menjadikannya target. Ia tidak tahu bagaimana ia sebenarnya dan dari mana ia berasal, namun ia selalu diberitahu bahwa Kinan merupakan ‘ketua’ di sekolah dan sebisa mungkin jangan pernah berhadapan dengannya. Jika menjadi targetnya, maka tidak akan ada jalan keluar selain menjadi ‘miliknya’. Tidak peduli itu musuh atau pun wanita, Kinan akan selalu mendapatkan keinginannya. Lyona memegang pegangan tas sambil menarik napas sebelum mengangkat dan mengenakannya. Ia pun melangkah keluar dan berpamitan kepada orang tuanya yang juga telah selesai bersiap-siap akan berangkat bekerja. Langkahnya pagi ini lebih berat daripada hari-hari lainnya. Ia memikirkan hal apa yang sedang menantinya. Namun ia ingat bahwa jika seseorang memikirka

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 13

    Hari minggu yang cerah, Lyona sudah sibuk memilih pakaian yang ingin ia gunakan hari ini. Sejak pagi, ia sudah mandi dan sudah sarapan bersama orang tuanya. Hari ini ia akan main ke taman bermain bersama teman-temannya. Karena menurutnya ia harus tampil rapi dan cantik, akhirnya ia memilih pakaian yang menurutnya paling sempurna. Seakan dirinya akan kencan buta, ia bahkan memaki dirinya sendiri ‘berlebihan’ namun tetap melanjutkan mencari pakaian. Setelah 35 menit memilih pakaian, akhirnya ia memutuskan mengenakan blue jeans panjang dengan atasan kaus putih dan kemeja sky blue sebagai outer. Tidak lupa pula ia memakai sabuk, bukan karena fashion namun karena celananya agak kedodoran di badan kecilnya. Ia berdiri di depan cermin dan melihat pakaiannya dari atas ke bawah dan memutar. Ia rasa sudah pas dan cocok di badannya. “Hihihi … sudah lucu dan cantik.” Lyona memuji dirinya sendiri. “OK. Waktunya make up biar lebih cantik lagi.” Lyona

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 12

    Petang itu, Lyona membersihkan ruang tamu selepas kepulangan teman-temannya. Saat ia mendorong meja di ruang tamu, ibunya mengucapkan salam dan Lyona menoleh sambil membalas salam ibunya. Ia memberikan pelukan selamat datang kepada ibunya. Ibunya juga membalas pelukan Lyona. “Habis ada temanmu neng?” tanya ibu Lyona. “Iya, tadi baru aja pulang,” jawab Lyona. “Oh gitu, kamu udah makan neng?” “Udah bu, sebelum teman-teman datang.” “OK. Ibu mau mandi dulu, gerah.” “Iya, ibu.” Lyona tersenyum ketika ibunya mengelus rambutnya sambil berjalan. Setelah selesai merapikan meja dan membersihkan sampah-sampah bekas plastik makanan, Lyona masuk ke kamarnya. Ia langsung merebahkan tubuhnya dan mengambil ponselnya. Ia menggulir chat yang masuk dan mengecek tugas untuk esok hari. Kemudian pesan baru masuk dari nomor tidak dikenal. Ia menunggu si pengirim untuk mengirim pesan yang lain sebelum membukanya. Pikirannya kem

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 11

    Lyona membuka pintu rumahnya dengan membuang napas kasar. Ia kemudian menutup kembali pintu yang ditutupnya di belakang. Ia melempar tas sembarangan ke pojok kamarnya dan melompat menuju kasurnya. Ia tidur telentang dan menatap langit-langit kamarnya. merasa lelah, ia memejamkan matanya dan menutupnya dengan tangan kirinya. Saat ia memejamkan mata, ia kembali melihat senyuman Kinan di lapangan basket tadi. “Ihh …” ia membuka matanya dengan lebar sambil menghembus-hembuskan napasnya dengan mulut. Ia bangun ke posisi duduk di atas ranjangnya dengan kedua tangan di samping badannya. Ia mengerjap-ngerjap berkali-kali berharap bayangan senyuman itu hilang. Namun ia malah semakin melihatnya jelas. Ia mengangkat tangannya menutupi wajahnya. “Aarrgghh …” ia mendongak kesal menatap langit-langit kamarnya. Kemudian ia beranjak turun dari ranjangnya dan membuka almari pakaiannya untuk berganti baju. Setelahnya ia mengambil tasnya yang tergel

  • Teardrops in the Cold Water   Bab 10

    Pagi ini, Lyona berbisik kepada Jian jika dia punya sesuatu yang spesial. Tanpa berpikir panjang, Jian pun bertanya kepada Lyona apa yang hal spesial yang ia rahasiakan. Pertanyaan itu hanya dijawab dengan senyuman jahil dan meledek dari Lyona. “Nanti juga tau,” bisik Lyona saat guru masuk ke dalam kelas. “Kelamaan. Keponya sekarang bukan nanti,” balas bisik dari Jian yang membuat Lyona semakin tersenyum lebar. Selama satu jam pelajaran berlangsung, Jian merasa tidak tenang dan berkali-kali melirik kea rah Lyona yang juga dibalas tatapan bertanya dari Lyona. Hingga akhirnya ia menatap Lyona lekat-lekat. “Apa?” tanya Lyona tanpa bersuara. Jian pun mengambil sticky notes dan menuliskan pesan di atasnya. Ia menulis dengan fokus penuh. Lyona yang melihatnya bertanya-tanya dan berniat mengintip namun urung karena Jian mengangkat kepalanya dan menempel sticky notes itu di depan Lyona. Tertulis ‘kasih tau rahasianya sekara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status