Share

Teleportasi
Teleportasi
Author: Khansa Maria

Prolog

Keira melihat dengan jelas sosok pria yang menusukkan belati berwarna perak digenggamnya berkali-kali di bagian perut seorang wanita.

Seolah memastikan agar korbannya meregang nyawa saat itu juga.

Wanita itu hanya bisa meringis menahan sakit, ia terlihat sangat ketakutan, wajahnya semakinnlama semakin pucat tak berdaya.

Kacamatanya yang mulai merosot memperlihatkan mata belo yang indah, dan seketika itu juga wanita itu tergelepar di atas rerumputan malam yang mulai berembun. 

Tubuh Keira kaku, ia ingin berlari namun tak sanggup saat tangan wanita yang berlumuran darah itu mencengkeram pergelangan kaki kanannya.

Bibirnya Keira kelu melihat pemandangan yang mengerikan itu tepat di depan matanya.

Tapi tak ada yang bisa dilakukannya selain melihat wanita itu menghembuskan nafas terakhirnya, dengan raut wajah putihnya 

yang pucat di bawah siraman cahaya bulan.

Perlahan pria bertopeng 

itu pergi dan menghilang dari pandangannya, seolah tak menyadari kehadiran Keira.

"Tidak! Tidak Mungkin!!" Ujar Keira tak berdaya, ia mengoyak-oyakkan tubuh wanita itu hingga tangannya berlumuran darah.

“Tidakkkk!” jerit Keira yang membuat seisi kamar terbangun. 

Meski kejadian itu sudah sering dialami Keira di dalam mimpi, tapi gadis itu tetap saja tak bisa mengendalikan dirinya dan membuat gaduh.

Keira melihat dengan jelas sosok pria yang menusukkan belati berwarna perak digenggamnya berkali-kali di bagian perut seorang wanita.

Seolah memastikan agar korbannya meregang nyawa saat itu juga.

Wanita itu hanya bisa meringis menahan sakit, ia terlihat sangat ketakutan, wajahnya semakin lama semakin pucat tak berdaya.

Kacamatanya yang mulai merosot memperlihatkan mata belo yang indah, dan seketika itu juga wanita itu tergelepar di atas rerumputan malam yang mulai berembun. 

Tubuh Keira kaku, ia ingin berlari namun tak sanggup saat tangan wanita yang berlumuran darah itu mencengkeram pergelangan kaki kanannya.

Bibirnya Keira kelu melihat pemandangan yang mengerikan itu tepat di depan matanya.

Tapi tak ada yang bisa dilakukannya selain melihat wanita itu menghembuskan nafas terakhirnya, dengan raut wajah putihnya 

yang pucat di bawah siraman cahaya bulan.

Perlahan pria bertopeng 

itu pergi dan menghilang dari pandangannya, seolah tak menyadari kehadiran Keira.

"Tidak! Tidak Mungkin!!" Ujar Keira tak berdaya, ia mengoyak-oyakkan tubuh wanita itu hingga tangannya berlumuran darah.

“Tidakkkk!” jerit Keira yang membuat seisi kamar terbangun. 

Meski kejadian itu sudah sering dialami Keira di dalam mimpi, tapi gadis itu tetap saja tak bisa mengendalikan dirinya dan membuat gaduh.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status