Senyuman sinis terkembang di wajah Nicko saat mendengar pernyataan Raymond. Sepertinya wakilnya lebih tak terima akan hinaan yang ditujukan padanya.
Perempuan itu bergeming begitu mendengar ucapan Tuan Evans. Ia tak bisa mengelak kebenaran yang diucapkan oleh calon klien dari Sugardaddynya.Simon Will yang baru saja datang tampak sedikit terkejut dengan apa yang dilihatnya. Tak terima akan penghakiman untuk Deborah kekasihnya. Terlebih saat melihat kekasihnya tertunduk lesu.Ingin sekali ia menegur pria berambut cokelat terang di sampingnya ini, tapi ia tak punya nyali. Lebih tepatnya sangat takut untuk kehilangan kesepakatan dengan klien prospektifnya.Ada tagihan 28 miliar dolar yang harus ia lunasi segera. Jika kliennya menawar empat puluh miliar tentu hotel ini akan dilepaskan olehnya.Simon Will sudah merencanakan untuk membayar semua hutangnya dan sisanya akan dipakai untuk hidup bersama Deborah dan meng"Hmm, ternyata gembel sepertimu cerdas juga ya! Iya memang aku mengharapkan dirinya. Aku sudah tahu kalau Tuan Evans lebih bisa menjanjikan kemewahan padaku dibanding si gendut itu," kata Deborah dan disambut senyuman sinis oleh Nicko."Sekarang cepat ceritakan tentangnya padaku, agar aku bisa mendapatkan Tuan Evans. Nih untukmu!" kata Deborah melemparkan selembar lima dolar ke hadapan Nicko.Keangkuhan perempuan ini sepertinya tak berarti apa-apa bagi Nicko. Pemuda dengan celana jeans robek ini pun mengacuhkan uang yang baru saja dilemparkan oleh Deborah."Kenapa? Ayo ambil! Uang ini kan bisa kau pakai untuk membeli roti lapis. Harusnya kau berterima kasih karena aku sudah bersedia beramal padamu," ejek Deborah menunjuk lembaran uang yang kini jatuh di depan kakinya."Atau mungkin kurang ya! Hmm baiklah, aku akan menambah sepuluh dolar lagi, tapi kau harus bersujud di kakiku dan menjadi perantaraku untuk Tuan Evans," tambahnya kem
Sementara di Hotel Windsor ...Damian tampak bolak balik memeriksa dapur. Ia memerintahkan Chef untuk menyajikan hidangan terbaik untuk tamu istimewa mereka."Pastikan semua tersaji dengan baik, gunakan bahan yang fresh dan mewah. Kalian tahu kalau pihak Richmond akan datang pada perusahaan kita sore ini!" perintah Damian."Tapi Tuan, untuk persediaan ikan, baru ada besok pagi, untuk yang kali ini sudah dipesan oleh tamu dari Jepang," jawab Chef Kendrick pada Damian.Malam ini hotel mereka memang akan kedatangan tamu dari negeri matahari terbit. Mereka akan mengadakan jamuan makan malam dengan menu utama sushi dan sashimi."Kalau begitu kau ganti saja menu mereka dengan ikan beku, tak ada bedanya kan?"Chef Kendrick yang sudah berpengalaman dalam mengolah masakan ala Jepang itu pun menggeleng tak setuju. Ia sangat tahu kalau untuk membuat sushi ataupun
Tanpa sengaja Josephine menabrak seorang pria di koridor karyawan. Pria itu mengenakan celana panjang hitam dan kaos polo abu-abu, sambil menenteng tas ransel di punggungnya, seperti hendak pulang kerja."Chef Kendrick?" tegur Jo menatap pria di hadapannya."Nona Windsor, saya mohon maaf atas kesalahan yang saya perbuat semasa bergabung dengan perusahaan ini," katanya sambil membungkukkan badan.Perempuan berias tipis itu terhenyak dengan pernyataan juru masaknya. Mempertanyakan apa yang dimaksud dari permintaan maafnya."Maksud Anda bagaimana Chef? Tunggu, apa itu artinya Anda tidak lagi bekerja di sini?"Chef bertubuh kekar itu mengangguk, dan membenarkan ucapan dari manager keuangan di hotel."Tapi kenapa?" tanya Jo.Tentu saja pernyataan pamit dari Chef Kendrick benar-benar mengejutkan untuknya. Selama ini juru masaknya dikenal sangat tekun dan hebat. Beliau tidak hanya piawai dalam menyaj
Kehadiran Nicko bersama orang-orang berjubah hitam itu sungguh mengejutkan Tuan Will. Membuat pria tua ini seperti kehilangan arah, mempertanyakan siapa sebenarnya anak muda di hadapannya. Kenapa bisa memiliki pengawal?Sekilas ia melirik Tuan Evans dan mulai ingat sesuatu."Ah mungkin dia salah satu pengawal Tuan Evans yang menyamar, itulah kenapa ia datang bersama para pria berpakaian hitam-hitam," pikirnya.Tak ingin mengecewakan tamunya, Tuan Will pun mempersilakan para pengawal itu duduk.Menganggap kehadiran mereka adalah permintaan Tuan Evans."Mohon maaf untuk kekacauan yang terjadi, istriku sudah setuju dengan harga empat puluh miliar," katanya kemudian melirik Mandy dengan mata melotot garang.Mandy hanya tersenyum simpul penuh misteri, tapi tak diperhatikan oleh suaminya yang gemuk. Sementara Nicko menaikkan satu alisnya sebagai kode pada wakil direktur Richmond."Sebenarnya, saya tak mas
Pria botak itu berdiri dan memutar tubuhnya sambil memegang kepalanya yang licin. Ia tak percaya dengan apa yang barusan didengar."Mandy, apa kau sedang mabuk?" tanya Simon."Huh, kalau aku mabuk tak mungkin berada di sini. Oh ya satu hal lagi, Simon," Mandy mengingatkan kemudian diam sebentar dan menunggu reaksi suaminya yang menyebalkan.Bagaimana mungkin pria yang pakaianya buruk adalah Tuan Muda Lloyd. Namun melihat sikap dari Raymond Evans dan kelompok jubah hitam padanya menunjukkan kalau kenyataan itu benar adanya."Aku sudah mendaftarkan perceraian kita secara daring," tambah Mandy.Pria sombong itu menggaruk kepalanya, tak mengira akan reaksi sang istri yang meminta perceraian. Tentu saja ia memikirkan bagaiamana melunasi hutang 28 miliar."Kau masih ingat dengan perjanjian pra nikah kita kan? Jika kita bercerai, maka semua harta akan jatuh ke tangan anak kita?" Dengan nada yang mengejek, wanita
"Kau ... Kau lupa padaku? Bukankah kau janji akan meninggalkan istri dan anakmu setelah menjual hotel ini dan kita hidup bahagia bersama?" Deborah mengingatkannya."Hmm jadi benar kau perempuan selingkuhan Simon?" tanya Mandy.Perempuan genit itu berdiri berkacak pinggang. Rambut dan wajahnya berantakan membuatnya tampak aneh dengan posisi seperti itu."Hei perempuan tua, dengar ya! Pria ini begitu mencintaiku, buktinya dia rela meninggalkan Istri dan anaknya untuk bisa bersamaku. Kau tahu, dia selalu beralasan dinas di luar kota, padahal berlibur denganku. Ia pun hanya pulang ke rumahnya satu atau dua hari dalam sepekan."Ucapan Deborah benar-benar membuat Mandy geram. Wanita itu mencengkeram roknya kuat-kuat, mencoba menahan marah."Begitukah?" tanya Mandy yang ingin tahu lebih banyak tentang hubungan gelap sang suami."Tentu saja, apa kau tahu apa yang dikatakan oleh Simon tentang istrinya. Ia bilang is
Mandy Thompson mencegat Nicko bersama pengawalnya, begitu pemuda ini keluar dari ruangan."Tuan Muda Lloyd," panggilnya."Ada yang bisa kubantu Nyonya?" tanya Nicko ramah."Saya hanya ingin berterima kasih atas apa yang telah Anda berikan pada saya."Pemuda bertubuh proporsional itu hanya tersenyum dan mengangguk.Apa yang dilakukannya untuk Mandy hanyalah suatu kebetulan. Niat awalnya adalah ia ingin memberikan hadiah untuk Istrinya.Wanita paruh baya itu pun mengeluarkan kartu nama dari dalam tas nya. Kemudian ia menyerahkan kartu nama untuk Nicko."Ini adalah alamat tokoku, Anda bisa datang kemari kapan saja, akan saya siapkan hadiah untuk Anda," tawarnya."Tak perlu Repot-repot Nyonya.""Tidak Tuan, sama sekali tak merepotkan. Tolonglah terima pemberianku yang tak seberapa ini," tambah Mandy."Hmm baiklah Nyonya, nanti akan kubicarakan dengan Istriku.
Ekspresi wajah yang tak bersahabat menyambut Nicko begitu tiba di rumah mertuanya. Wanita yang selalu merias wajahnya berlebihan itu telah menunggunya di depan pintu."Lama sekali. Dari mana saja kau?" tanya Daisy geram."Maaf Bu, aku harus mengerjakan sesuatu," kata menantu yang selalu diremehkan itu, tapi Ibu mertuanya hanya mendengkus dan mencibirnya."Sudah, cepat ganti pakaianmu dengan yang pantas. Kita akan menghadiri makan malam dengan pejabat Richmond di hotel. Jangan buat malu kami!" perintah Daisy.Pemuda ini pun mengangguk patuh dan masuk ke dalam. Segera membersihkan diri dengan cepat dan berganti pakaian. Celana chinos, kemeja putih dan juga jas warna khaki yang sudah sering dipakainya di tiap acara formal. Jas yang diberikan oleh Damian karena sepupu istrinya itu sudah bosan."Ayo, kita betangkat Bu!" ajaknya kemudian. Wanita berambut pirang ini memperhatikan menantunya, dan merasa tak suka.