Ketemu! Cruz membuka kedua matanya begitu akhirnya dia bisa melacak keberadaan Carla dengan kemampuan yang dimilikinya. Lelaki itu lantas memacu laju kudanya, mengarahkan kudanya ke tempat di mana posisi wanita yang menjadi tunangannya itu berada. Cruz sebisa mungkin pergi dengan menggunakan jalan pintas. Tak lama setelah usahanya melewati jalan tikus, akhirnya Cruz bisa melihat Carla yang kini sedang digendong oleh Enrique yang berusaha membawa wanitanya itu perg. Cruz juga bisa melihat Carla yang sebisa mungkin berjuang untuk meloloskan diri. Wanita itu bahkan terus meronta guna melawannya. Cruz yang melihat itu seketika berubah kesal. Lelaki itu mencengkram erat tali yang menjadi kendali untuk kudanya lalu memacu kudanya lebih cepat menuju arahnya. Dia tidak mungkin bisa membiarkan ada pria lain yang menyentuh wanitanya. Tidak sedikitpun, walau hanya sehelai rambutnya. Cruz juga akan melakukan apapun untuk menghancurkan siapapun yang berani menyentuhnya. Terlebih, kalau dia melakukan hal itu secara sengaja. Dengan kecepatan tinggi, Cruz mengarahkan kudanya pada Enrique. Sementara Enrique yang sadar akan adanya kuda yang nyaris menabraknya, spontan berusaha untuk menghindar. Namun usaha lelaki itu gagal. Hal itu membuatnya spontan tersungkur jatuh di tanah dengan posisi Carla yang menimpa tubuhnya. Kejadian itu berlangsung begitu cepat, tapi beruntuh Carla cukup awas.
Menyadari adanya kesempatan untuk melarikan diri, wanita itu segera bangkit dan mendorong Enrique. Baru saja dia berhasil bangun, secara tiba-tiba Carla di kejutkan dengan hal lain. Cruz sudah memutar kembali laju kudanya. Dengan sebelah tangan yang terulur, pria itu lansung menangkap tubuh ramping wanitanya, dan dalam satu kali tarikan, usahanya berhasil membuat Carla beralih ke pangkuannya.
"Akh!" Carla tersentak begitu Cruz mengangkat tubuhnya dan mendaratkannya dalam pangkuan. Tapi posisinya yang seperti ini membuat Carla sama sekali tidak bisa berbuat banyak. Kalau dirinya memberontak, tubuhnya bisa saja jatuh dan mengalami cedera.
Di sisi lain, Enrique yang menyadari Carla baru saja di rebut paksa darinya lantas bergegas bangkit dengan bantuan anak buahnya. Dengan ekspresi marah, lelaki itu menatap Cruz dengan begitu kesal.
"Sial! Siapa itu?! Berani sekali kau berusaha menabrak seorang Duke! Hey, dasar berandalan!" Enrique berteriak ke arah Cruz. Tapi dia langsung diam begitu sadar kalau ternyata lelaki yang dia teriaki barusan adalah Cruz. "Berengsek! Ternyata dia. Kenapa dia harus tiba-tiba muncul di saat aku baru saja berhasil menangkap Carla. Dasar menyebalkan. Argh!! Lagi-lagi aku gagal menangkapnya!" Enrique lagi-lagi hanya bisa menggeram penuh kesal.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang, tuan? Haruskah kita mengejarnya?" tanya Darwin setelah menyaksikan Carla yang kini pergi bersama Cruz.
"Argh, tidak perlu! Percuma juga kalau kita mengejarnya. Lebih baik kita pulang saja. Pakaianku kotor," balas Enrique dengan penuh rasa kesal. Lelaki itu lantas beranjak menghampiri kudanya dan pergi bersama dengan anak buahnya. Berniat untuk pulang.
*
Carla terdiam tanpa kata. Ia shock saat Cruz tiba-tiba menarik tubuhnya. Namun bukan itu yang membuatnya diam, melainkan karena sosok yang menariknya adalah seorang pria yang sungguh tampan seperti dia. Carla bahkan sampai merasa tidak percaya kalau sosok yang baru saja menyelamatkannya dari Enrique dan yang lainnya adalah seorang pria setampan Cruz.
Aku tidak sedang bermimpi, kan? Lelaki tampan ini baru saja menolongku? Tidak, tunggu. Aku tidak boleh senang dulu. Karena dia adalah pria asing yang tidak aku kenal. Bagaimana kalau ternyata dia juga berniat jahat padaku? pikir Carla. Cruz yang menyadari perempuan itu sedang memandanginya, lalu melirik Carla lewat ekor matanya, membuat pandangan mata mereka saling beradu satu sama lain untuk sesaat.
"Sudah berapa kali aku bilang, jangan keluar tanpa pengawasan langsung dariku!" Suara yang begitu dalam dengan nada yang dingin di dengarnya. Ada ketegasan pada setiap kalimat yang terlontar dari mulutnya. Entah kenapa mendengar suaranya membuat hati Carla bergetar. Suara lelaki itu terdengar begitu indah di telinganya. Namun sekali lagi, Carla menyadari ada hal ganjil lain. Dia baru sadar kalau Cruz barusan berbicara padanya dengan nada seolah dia sudah begitu kenal dengan dirinya. Carla termangu dalam lamunannya. Jujur saja, dia tidak pernah ingat kalau Cruz mengatakan hal demikian. Bahkan kalau diingat-ingat, faktanya adalah dia dan Cruz baru saja bertemu. Bagaimana mungkin dia mengatakan hal demikian? Carla baru saja membuka mulut, hendak menanyakan maksud dari perkataannya barusan. Tapi Cruz sudah lebih dulu memotong kalimatnya dengan berkata, "Jangan beralasan. Aku tidak ingin mendengar kalimat apapun darimu sampai kita tiba di rumah!"
"Huh?" Carla seketika mengerutkan kening begitu mendengar kalimat yang baru saja berloncatan keluar dari mulut Cruz. Rumah? Dia baru saja bilang rumah, kan? Apa maksudnya?
Cruz kembali beralih fokus, mengendalikan kudanya menuju arah jalan pulang. Dia bahkan membiarkan mereka dalam keadaan seperti ini tanpa merasa terganggu sama sekali oleh posisi Carla yang kini berada dalam pangkuannya. Sepanjang perjalanan, Carla hanya diam sambil memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Dan begitu dirinya tersadar, mereka telah sampai di sebuah bangunan yang begitu megah dan besar. Tampilannya sungguh antik, seperti bangunan-bangunan kuno yang selama ini selalu dia kagumi. Cruz menghentikan kudanya di depan halaman rumah, lalu melangkah turun dan menggendong Carla. Wanita itu panik setengah mati ketika Cruz tiba-tiba saja menurunkannya di sana. Kalau sampai lelaki itu sungguh membawanya ke rumah, maka sama saja artinya dengan keluar dari mulut singa dan masuk ke dalam lubang buaya, begitu pikir Carla. Dia hanya berharap semua dugaannya salah. "T-tunggu, di mana ini? Kenapa kau membawaku ke sini?"
"Kau bicara seolah-olah ini bukan rumahmu," komentar Cruz yang langsung membawanya masuk, masih dengan posisi digendongnya.
"APA? Sejak kapan?"
***
"Turunkan aku!" Carla memberontak. Jujur saja dia merasa sangat asing dengan tempat yang di maksud Cruz sebagai rumahnya itu. Lagipula sejak kapan rumah sebagus dan semewah itu menjadi rumahnya? Carla rasa itu semua tidak masuk akal sama sekali. "Kalau kau terus memberontak, kau bisa jatuh." "Kalau begitu cepat turunkan aku!" ujarnya lagi. Cruz menghela napas dalam. Ia tidak mendengarkan ucapannya dan terus membawa Carla hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu yang kemudian dia dorong dengan tubuhnya lalu membawa Carla masuk. Wanita itu kian panik saat sadar ruangan yang mereka masuki ternyata adalah sebuah kamar berukuran super besar dengan ranjang yang juga tidak kalah besarnya. "Kenapa kau membawaku kemari?!" teriaknya. Cruz hanya diam tanpa menjawab. Ia membawa Carla menuju sofa dan mendudukkannya di sana. Begitu berhasil bebas dari Cruz, Carla segera bangkit dan menjauh dari Cruz dengan raut wajah kesal, namun Cruz punya refleks yang lebih cepat. Dalam satu gerkan, le
Ini bukan tubuhku. Tapi kenapa aku bisa tiba-tiba berada di tubuh wanita ini? Apa yang terjadi? Okay, Carla. Tenang... Jangan panik. Pertama, aku harus memperjelas situasinya terlebih dulu, dengan begitu aku bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi... Carla mengatur napasnya, berusaha untuk menenangkan diri yang semula panik bukan main. "Carla!" Cruz menyadarkannya dari lamunan. Wanita itu melirik Cruz dan beradu tatap dengannya lewat cermin. Dari cermin itu, dirinya bisa dengan sangat jelas melihat pria itu berdiri di sampingnya sambil menatapnya. Menyadari hal itu, Carla lantas berbalik ke arahnya. "Katakan sekali lagi!" ujar Carla, yang seketika membuat Cruz kebingungan dengan kalimatnya. Carla mendekatkan tubuhnya sambil kembali berujar. "Katakan sekali lagi! Panggil namaku." "Carla, kau benar-benar bersikap aneh. Cepat katakan apa yang sebenarnya sudah dilakukan oleh si berengsek itu padamu? Akan aku berikan dia pelajaran karena sudah membuat tunanganku bersikap aneh begini?
"Aku akan melepaskannya seperti yang kau ingin kan, tapi kau bisa keluar sebentar, kan? Aku akan menggantinya segera," tuturnya dengan panik. Tubuhnya bahkan sampai gemetar. Sama gemetarnya dengan suara yang keluar dari mulutnya. Perlahan Cruz melunak. Pria itu melepaskan cengkraman tangannya dari Carla lalu bergerak mundur, memberikan ruang untuknya bergerak. "Akan aku panggilkan maid untuk membantumu," katanya. Cruz beranjak dari tempatnya, menarik pintu itu lantas melangkah pergi meninggalkan Carla yang masih berusaha menenangkan diri di dalam kamarnya. Carla termangu, dia kini di buat bingung dengan kalimat yang dituturkan Cruz barusan. "Apa maksud dari perkataannya? Maid?" Carla mengedikan bahu, berusaha menghiarukan kalimatnya. Sekarang yang terpenting baginya adalah pria itu telah meninggalkannya, dan sekarang dia merasa aman. Dengan segera setelah Cruz pergi, Carla menutup pintu dan berjalan menghampiri sofa yang sama yang tadi mereka duduki. Dia duduk terhenyak, berusaha me
Carla menghela napas panjang. Ia membuka lemari pakaian yang ada di dalam kamarnya. Begitu pintu itu terbuka dan dirinya melangkah masuk, Carla bisa melihat ruangan yang di buat khusus untuk pakaiannya. Di dalam sana yang bisa Carla lihat hanyalah gaun, gaun, dan gaun. Tidak ada pakaian lain selain gaun yang super panjang hingga menutupi kakinya. Layaknya gaun yang semula dia kenakan. Selain itu, dia juga melihat sepatu, pakaian dalam dan aksesoris tambahan lainnya. Di etalase khusus yang terbuat dari kaca, Carla melihat ada begitu banyak perhiasan cantik yang belum pernah dilihatnya. Etalase itu terletak di tengah-tengah ruangan. Setelah melihat semua ini, Carla semakin merasa jelas bahwa dirinya memang tinggal di rumah ini bersama Cruz. Jadi... Ini semua adalah pakaian milik gadis pemilik tubuh ini? Carla melangkah secara perlahan dengan mata yang kini terus menatap sekeliling dengan begitu takjub, semua gaun yang dilihatnya terlihat mewah. Ini adalah pertama kalinya Carla melihat
Cruz melangkah masuk ke dalam kamar Carla yang berada dalam keadaan tidak terkunci. Dan di sana dia tidak melihat Carla maupun para maid yang dia perintahkan. Ruangannya kosong, dan menyadari hal itu membuat Cruz kebingungan. Pria itu lantas berjalan sambil terus menatap ke sekeliling. "Kemana dia pergi? Para jug maid tidak ada, apakah dia memutuskan untuk jalan-jalan? Tapi tidak mungkin." Cruz memonolog. Lelaki itu baru saja berbalik hendak melangkah pergi, namun langkahnya langsung terhenti saat kedua telinganya secara tidak sengaja mendengar suara Carla yang bergumam di balik layar tempat berganti pakaian. Cruz yang menyadari hal itu spontan terdiam dan menoleh ke arah dimana siluet Carla terlihat secara samar. Lelaki itu beranjak dari tempatnya, melangkah menghampiri suara yang dia dengar. "Aduh, pakaian ini benar-benar menyiksaku. Kenapa aku harus mengenakan pakaian seperti ini? Ini sungguh berbanding terbalik dengan apa yang aku bayangkan, ternyata gaunnya tidak semudah itu un
"Hmph—!" Carla membelalakkan matanya begitu Cruz tanpa aba-aba mencium dan melumat bibirnya dengan begitu intens. Apa yang dia lakukan? Berengsek! Ternyata dia tidak ada bedanya dengan pria tadi. Carla membatin. Ia menggunakan kedua tangannya untuk mendorong dada bidang Cruz supaya menjauh darinya. Namun sial, tubuh pria itu terlalu kokoh. Bahkan tenaganya tidak terlalu kuat untuk melawannya. Sementara itu, Cruz yang menyadari adanya perlawanan dari Carla lalu mencengkram tangan wanita itu dan secara perlahan mendorong tubuhnya hingga berbenturan dengan tembok. Cruz mengurung tubuh mungilnya di antara kedua tangan kokohnya. Sementara bibirnya terus bergerak, bermain dengan mulut Carla yang mulai kewalahan menghadapi serangannya. Menyingkir dariku! batin Carla. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana, tubuhnya terkurung sementara lelaki itu terus menyerang bibirnya. Brakk! Suara pintu yang di buka mendadak membuyarkan perhatian mereka. Bersamaan dengan terbukanya pintu, Carla bisa
Hélie dan Susan yang menyadari hal itu mendadak bangkit dari posisinya, mereka menghampiri Carla kini sedang memegangi pelipisnya. “Tuan putri, anda baik-baik saja?” tanya mereka yang ikut khawatir dengan kondisinya.“Carla?” Cruz memanggil wanita itu sekali lagi, menatapnya sembari berusaha memastikan keadaannya baik-baik saja. Carla mendongak, beradu tatap dengan mereka yang tampak sangat mencemaskan dirinya. “Aku baik-baik saja, tapi bisakah kalian meninggalkan aku sendiri? Aku butuh waktu untuk merenung.”“Apa?”“Jangan ganggu aku untuk sementara waktu, aku sungguh ingin sendiri dulu.” Carla berusaha mengusir mereka secara halus.“Tapi&hell
“Jelaskan padaku, aku ini orang yang seperti apa,” ucap Carla sambil memperhatikan wajah Susan lewat cermin. Wanita itu terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, “Anda adalah orang yang sangat baik hati, lembut, dan juga ramah. Banyak orang yang menyukai tuan putri, dan banyak orang pula yang ingin dekat dengan anda.”“Sungguh?”Susan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kali ini Carla yang termangu memikirkan kalimat Susan barusan. Kalau sifat dari pemilik tubuh itu memang seperti apa yang dia katakan, maka akan lebih mudah bagiku untuk berpura-pura menjadinya. Namun setelah mengetahui hal ini bukan berarti aku hanya harus diam saja. Aku tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu, dan siapa tahu saja kan ada orang yang membenci pemilik tubuh ini, atau b